TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Menjelang akhir tahun 2025, wajah Ibu Kota Nusantara (IKN) menunjukkan dinamika baru.
Jika beberapa tahun lalu pembangunan berlangsung agresif dengan narasi percepatan, kini IKN memasuki fase transisi yang lebih tenang namun penuh kalkulasi strategis.
Perubahan ritme pembangunan ini tidak lepas dari pergantian kepemimpinan nasional.
Pemerintah kini lebih menekankan kematangan perencanaan tata ruang dan mitigasi risiko fiskal dibanding sekadar mengejar seremonial perpindahan.
Baca juga: Membeludak, 4.990 Kendaraan Tembus Tol IKN Hari Ini, Libur Nataru Kawasan Inti IKN Dibuka untuk Umum
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai pembangunan IKN tetap berjalan, tetapi kecepatannya tidak lagi seperti di masa Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
Perubahan paling nyata terlihat pada instrumen anggaran.
Publik sempat dikejutkan dengan penurunan alokasi dana, yang akhirnya ditetapkan sebesar Rp48,8 triliun hingga 2029.
Menurut Yayat, langkah ini mencerminkan sikap pragmatis pemerintah dalam menghadapi kondisi keuangan negara.
Prioritas fiskal saat ini banyak dialihkan untuk penanganan bencana alam di berbagai wilayah, seperti Sumatera.
Membangun kembali pemukiman yang rusak akibat bencana membutuhkan biaya besar, setara dengan membangun kota baru.
Baca juga: IKN Dibuka saat Libur Nataru dengan Akses dan Layanan Lengkap, Siapkan 12 Unit Bus Listrik
Dalam konteks tersebut, perlambatan pembangunan IKN menjadi konsekuensi logis dari kebijakan anggaran yang lebih berempati pada kebutuhan mendesak masyarakat.
Fokus pembangunan kini bergeser pada penyelesaian infrastruktur dasar pemerintahan untuk mengejar target tahun 2028.
Percepatan diarahkan pada pembangunan gedung eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun Yayat menekankan, pembangunan gedung hanyalah bagian kecil dari puzzle besar sebuah ibu kota.
“Sebuah kota tanpa ekosistem pelayanan publik yang hidup hanyalah kumpulan beton yang mati,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (24/12/2025).
Baca juga: IKN Dibuka saat Libur Nataru dengan Akses dan Layanan Lengkap, Siapkan 12 Unit Bus Listrik
Yayat menambahkan, yang lebih penting adalah membangun ekosistem perkotaan yang lengkap.
Meski fasilitas seperti masjid dan rumah sakit mulai hadir, kebutuhan akan sekolah dan sarana penunjang kehidupan harian menjadi kunci agar IKN mampu menarik penduduk secara alami.
Konsep Tata Ruang
Kematangan konsep tata ruang kini menjadi "pekerjaan rumah" terbesar Otorita IKN.
Revisi master plan hars wegera dituntaskan, khususnya untuk Wilayah Perencanaan (WP) Barat yang dicadangkan sebagai penyokong Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).
WP Timur yang telah lebih dulu siap dalam penyiapan lahan kini menunggu sinkronisasi dengan WP Barat melalui perubahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Panduan Rancang Kota (PRK).
Revisi ini adalah langkah krusial untuk memperbaiki kekurangan dalam rencana awal yang mungkin terburu-buru, seperti kajian geoteknik, daya dukung tanah, dan kepastian akses air baku.
Penyempurnaan dokumen ini bukan sekadar urusan teknis, melainkan bentuk mitigasi risiko agar tidak timbul permasalahan baru saat lahan-lahan tersebut ditawarkan kepada investor swasta.
"Di dunia properti dan perkotaan, berlaku prinsip "no piti, no activity", tanpa uang, tak ada prestasi," ucapnya.
Tantangan ke depan bagi IKN adalah bagaimana melepaskan ketergantungan kronis pada APBN.
Di sinilah skenario pemasaran atau marketing kota memegang peranan vital.
Membangun kota bukan hanya untuk pemerintah, melainkan untuk siapa pun yang bisa menghidupkan mesin ekonomi di dalamnya.
Jika sebuah kota ingin tumbuh cepat, ia harus memiliki mesin pendorong, entah itu manufaktur, industri, pariwisata, atau jasa perdagangan.
"Tanpa adanya akselerasi pada mesin-mesin ekonomi ini, IKN hanya akan berfungsi sebagai pusat administratif yang sepi tanpa dinamika supply dan demand yang organik," imbuh Yayat.
Evaluasi terhadap target 2028 pun menjadi hal yang tak terelakkan.
Dengan perubahan anggaran dan ritme pembangunan, master plan yang ada tidak boleh bersikap kaku.
Toleransi revisi hingga 20 persen dalam konteks tata ruang dianggap sebagai hal yang wajar demi menyesuaikan diri dengan informasi terbaru dan dinamika permintaan investasi. Fleksibilitas ini justru menunjukkan kematangan dalam perencanaan yang responsif terhadap tantangan zaman.
IKN pada tahun 2025 adalah simbol dari pembangunan yang mulai belajar untuk bernapas lebih panjang, memastikan bahwa setiap batu yang diletakkan didukung oleh analisis risiko yang kuat dan ekosistem yang siap menopang kehidupan manusia di masa depan.
Ke depannya, keberhasilan IKN akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk bergeser dari sekadar "kota pemerintahan" menjadi kota yang memiliki fungsi layanan jasa yang kompetitif.
Laju pertumbuhan penduduk yang sekarang mencapai 147.427 jiwa, dan pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi jika terdapat daya tarik nyata yang ditawarkan kepada sektor swasta.
Revisi master plan yang sedang dilakukan saat ini harus dipandang sebagai upaya untuk menghadirkan kepastian hukum dan teknis bagi para pemodal.
"Dengan demikian, meskipun kecepatannya berkurang, IKN sedang membangun pondasi yang lebih kokoh untuk menjadi sebuah ibu kota yang tidak hanya megah di atas kertas, tetapi juga fungsional dan berkelanjutan sebagai pusat gravitasi baru Indonesia," tuntas Yayat.
Jumlah penduduk yang tercatat tinggal di wilayah IKN mencapai 147.427 jiwa dengan 43.293 rumah tangga.
Data ini berasal dari Pendataan Penduduk Ibu Kota Nusantara (PPIKN) Tahun 2025, yang dilakukan oleh Otorita IKN bersama Badan Pusat Statistik (BPS).
Pendataan ini menjadi pencatatan penduduk menyeluruh pertama di wilayah IKN, dan menggambarkan kondisi demografi secara detail, mulai dari sebaran penduduk, struktur usia, hingga kondisi perumahan.
Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah IKN saat ini, dihuni oleh penduduk dengan karakteristik usia yang relatif muda dan produktif.
Sebaran penduduk belum merata.
Kepadatan tertinggi tercatat berada di Desa Samboja Kuala, Muara Jawa Ulu, Muara Jawa Pesisir, dan Telemow.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru di Ibu Kota Nusantara, Daftar Destinasi Wisata Sekitar IKN yang Cocok Dikunjungi
Wilayah-wilayah ini menjadi kantong permukiman utama, yang menampung sebagian besar penduduk IKN.
Dari sisi struktur usia, penduduk IKN didominasi kelompok usia produktif 15–64 tahun.
Rasio ketergantungan tercatat sebesar 47,25, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung sekitar 47 orang usia nonproduktif.
Komposisi ini menunjukkan potensi tenaga kerja yang besar di kawasan IKN.
“Hampir setengah penduduk IKN merupakan Generasi Z dan Milenia, ini menjadi gambaran penting dalam menyiapkan layanan dasar, perumahan, hingga lapangan kerja yang sesuai dengan karakter penduduknya," ungkap Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono, Jumat (26/12/2025).
Selain jumlah dan struktur usia, PPIKN 2025 juga mencatat data fertilitas, mortalitas, migrasi, tingkat pendidikan, penggunaan bahasa, serta kondisi hunian.
Seluruh data dilengkapi dengan informasi lokasi rumah tangga (geotag), sehingga memungkinkan pemetaan penduduk secara presisi.
Pendataan dilakukan oleh 856 petugas lapangan yang sebagian besar berasal dari masyarakat setempat.
Prosesnya berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan dan pelatihan, pendataan lapangan pada Juli–Agustus 2025, hingga pengolahan dan evaluasi data yang selesai pada November 2025.
Baca juga: Membeludak, 4.990 Kendaraan Tembus Tol IKN Hari Ini, Libur Nataru Kawasan Inti IKN Dibuka untuk Umum
Keberadaan data berbasis lokasi ini memungkinkan pemerintah mengidentifikasi kebutuhan penduduk secara spesifik, termasuk penentuan sasaran pembangunan hunian, layanan dasar, serta perlindungan bagi kelompok rentan di wilayah tertentu.
“Ini bukan survei sampel, tetapi pencatatan penduduk secara menyeluruh. Semua yang tinggal di IKN dicatat,” pungkasnya. (TribunKaltim.co/ Nita Rahayu/Kompas.com)