TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ungkapan Jawa Sithik Edhang Padha Rewang menjadi ruh konser amal yang digelar Persatuan Seniman Sudra Macak Kere Jogjakarta di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Jumat (26/12/2025) malam.
Para seniman menyuarakan semangat saling membantu bagi korban banjir di Sumatera.
Konser amal tersebut digelar sebagai upaya penggalangan dana yang seluruh hasilnya akan disalurkan kepada warga terdampak bencana banjir di Sumatera.
Panggung solidaritas itu menghadirkan berbagai seniman lintas generasi yang tampil secara sukarela di ruang publik yang selama ini dikenal sebagai titik temu sejarah dan kebudayaan Yogyakarta.
Koordinator acara, Andri Surawan, menjelaskan bahwa tema Sithik Edhang Padha Rewang dipilih untuk menegaskan makna berbagi, meskipun dengan cara yang sederhana. Spirit tersebut, menurut dia, tercermin dari keterlibatan seluruh penampil yang hadir tanpa paksaan dan tanpa orientasi komersial.
“Spiritnya membantu, jadi para penampil bersedia main dengan sukarela dan dari kami juga tidak ada yang memaksa,” ujar Andri Surawan.
Pria yang akrab disapa Tikus itu menuturkan, konsep konser amal sengaja dibuat menyerupai kegiatan mengamen.
Panitia menyiapkan tim khusus yang akan membawa kotak donasi dan berkeliling di sekitar area panggung.
Selain donasi tunai, panitia juga menyediakan opsi donasi digital untuk memudahkan partisipasi publik.
“Kami juga menyediakan barcode qris untuk mereka yang mau menyumbang melalui uang digital, berapapun nominalnya akan kami terima dengan senang hati,” bebernya.
Baca juga: Banjir Terjang Gunungkidul, Jalan Menuju Pantai Baron dan Puluhan Kios Tergenang
Sejumlah seniman dan kelompok seni turut meramaikan panggung solidaritas tersebut, di antaranya Kelompok Sandiwara Bahasa Jawa Sedhut Senut, Sanggar Seni Kinanti Sekar, Poem Bengsing, Sri Redjeki, Tcong Pick, Semendelic, Papa Slam, Trias Mahardika, serta Demolish, Fighter, dan Katraheat yang tergabung dalam Malioboro Metalhead. Seluruh kebutuhan panggung dan perlengkapan teknis didukung oleh Asmaralaya Art Production.
Konser amal ini juga memberi ruang partisipasi bagi masyarakat yang hadir. Panggung dibuka secara bebas bagi pengunjung yang ingin turut menampilkan karya atau ekspresi seni.
“Pengunjung yang ingin tampil boleh join juga karena ada panggung bebas,” jelas Andri.
Pemilihan kawasan Malioboro, khususnya Titik Nol Kilometer, disebut memiliki makna simbolik.
Andri menuturkan, banyak seniman, musisi, hingga sastrawan senior Indonesia yang lahir dan tumbuh dari ruang-ruang publik Malioboro.
Melalui konser amal ini, para seniman tidak hanya berdonasi, tetapi juga berupaya menghidupkan kembali ekosistem seni jalanan.
“Kami seperti kembali ke rumah, ini sekaligus reuni dengan teman-teman seniman,” paparnya.
Ia juga menilai pekerja seni memiliki cara tersendiri dalam menyuarakan nurani dan kepedulian kemanusiaan.
Melalui panggung solidaritas, pesan empati disampaikan bukan lewat orasi, melainkan melalui karya dan pertunjukan.
“Dari panggung solidaritas ini, teman-teman bisa menyuarakan kemanusiaan melalui bahasa seni yang disuguhkan dalam bentuk karya,” ujarnya.
Selain sebagai medium ekspresi dan kritik sosial, panggung tersebut diharapkan mampu menguatkan rasa empati dan solidaritas, baik di kalangan seniman maupun masyarakat luas.
“Membangkitkan semangat solidaritas merupakan tugas moral seniman bagi masyarakat,” tandasnya.
Seluruh hasil donasi dari konser amal Sithik Edhang Padha Rewang rencananya akan disalurkan kepada korban bencana banjir di Sumatera melalui SAR DIY.
Setelah dana terkumpul, penyerahan akan dilakukan secara simbolis kepada perwakilan SAR DIY. (*)