TRIBUN-MEDAN.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih mendeteksi keberadaan Bibit Siklon Tropis 96S di sekitar wilayah Indonesia pada Sabtu (27/12/2025).
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menjelaskan, bibit siklon ini mulai terbentuk pada Kamis (25/12/2025) pukul 01.00 WIB di wilayah Samudra Hindia, tepatnya di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berdasarkan hasil analisis pada Sabtu pukul 07.00 WIB, pusat sirkulasi bibit siklon berada di sekitar 11,9 derajat Lintang Selatan (LS) dan 119,2 derajat Bujur Timur (BT).
“Kecepatan angin maksimum yang terpantau saat ini mencapai 20 knot atau sekitar 37 kilometer per jam, dengan tekanan udara minimum sebesar 1003 hPa,” ujar Andri dikutip dari Kompas.com, Sabtu.
Andri mengungkapkan, berdasarkan pengamatan citra satelit selama enam jam terakhir, aktivitas konvektif terpantau cukup signifikan.
"Terlihat adanya awan dengan area deep convection dan dense overcast. Namun, pola awan tersebut masih belum terorganisasi dengan baik dan cenderung sporadis," kata dia.
Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas konvektif yang disertai meluasnya area awan hujan di wilayah Bali dan NTB.
Meski demikian, kata Andri, struktur perawanan masih menyebar dan belum menunjukkan pola yang jelas.
Perkembangan deep convection juga masih fluktuatif, terutama di bagian utara sistem, sehingga bibit siklon ini belum memperlihatkan ciri khas pembentukan siklon tropis (siklogenesis).
Hasil analisis angin dari lapisan permukaan hingga ketinggian 850 hPa menunjukkan adanya sirkulasi, namun masih melebar ke arah selatan.
Andri menjelaskan, pada lapisan 700–500 hPa, sirkulasi angin semakin meluas ke arah timur.
Sementara itu, pada lapisan 200 hPa terpantau angin dengan kategori rendah hingga sedang, yang menandakan bahwa divergensi di lapisan atas belum cukup kuat.
Andri mengungkapkan bahwa Bibit Siklon Tropis 96S didukung oleh beberapa faktor, antara lain aktifnya gelombang atmosfer frekuensi rendah, gelombang Kelvin, dan Equatorial Rossby di sekitar sistem.
Selain itu, suhu permukaan laut yang cukup hangat, berkisar antara 26–29 derajat Celsius, geseran angin vertikal (vertical wind shear) yang relatif rendah, yakni sekitar 10–15 knot, kelembapan udara yang cukup tinggi, serta vortisitas yang kuat pada lapisan 850 hingga 500 hPa turut mendukung pembentukan sistem ini.
"Kondisi konvergensi di lapisan bawah juga dinilai cukup mendukung," ucap Andri.
Meski demikian, terdapat pula sejumlah faktor yang menghambat perkembangan bibit siklon ini, seperti adanya massa udara kering di bagian selatan sistem serta divergensi lapisan atas yang masih berada pada kategori sedang hingga rendah.
Berdasarkan prediksi BMKG, dalam 24 jam ke depan intensitas sistem ini diperkirakan masih bertahan, dengan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knot di bagian selatan sistem.
Bibit siklon diprakirakan bergerak ke arah tenggara menuju wilayah dengan kondisi vertical wind shear yang lebih rendah, sehingga berpotensi mendukung pertumbuhannya.
Dalam 48 jam ke depan, kecepatan angin maksimum diperkirakan meningkat hingga 30 knot di bagian barat daya sistem, dengan pergerakan masih ke arah tenggara.
Namun, pada 72 jam berikutnya, sistem ini tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan dan diperkirakan terus bergerak ke tenggara hingga mulai memasuki daratan utara Australia.
Secara umum, potensi Bibit Siklon Tropis 96S untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam kurun waktu 24 hingga 72 jam ke depan berada pada kategori sedang.
Bibit Siklon Tropis 96S diperkirakan memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di Indonesia hingga 28 Desember 2025 pukul 07.00 WIB, antara lain:
Hujan Lebat dan Angin Kencang
- Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
- Angin kencang berpotensi terjadi di pesisir selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur.
Gelombang Tinggi
- Gelombang laut kategori sedang dengan ketinggian sekitar 1,25–2,5 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, serta perairan selatan Pulau Lombok hingga Pulau Timor Laut Sawu.
- Gelombang laut kategori tinggi dengan ketinggian 2,5–4,0 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur.
Bibit Siklon Tropis 96S yang terdeteksi di sekitar wilayah Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup dinamis dengan potensi untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam waktu dekat.
Faktor-faktor pendukung seperti suhu permukaan laut yang hangat dan kelembapan udara yang tinggi memberikan peluang bagi sistem ini untuk tumbuh, meski ada juga hambatan dari massa udara kering dan divergensi lapisan atas yang masih rendah.
Masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi yang dapat terjadi sebagai dampak tidak langsung dari bibit siklon ini.
(*/Tribun-medan.com)