TRIBUNJATENG.COM - Sebuah patung berbentuk macan yang berdiri di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mendadak menjadi perbincangan luas di media sosial.
Patung tersebut menyita perhatian publik karena bentuknya dinilai tidak lazim dibandingkan representasi harimau pada umumnya.
Patung macan berwarna hitam putih itu memiliki panjang sekitar 1,5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi mencapai 2,5 meter termasuk bagian pondasi.
Karya tersebut diketahui baru saja rampung dibangun sebelum akhirnya viral dan menuai beragam komentar dari warganet.
Sebagian masyarakat menilai patung tersebut gagal menampilkan sosok harimau yang realistis.
Proporsi tubuhnya dianggap janggal dan justru menyerupai perpaduan beberapa jenis hewan seperti hewan kuda nil, zebra, dan tapir, sehingga memicu kritik dan candaan di dunia maya.
Namun demikian, tidak sedikit pihak yang memandang patung tersebut dari sudut pandang seni.
Pelaku seni M. Prastiyo menilai karya tersebut dapat dilihat sebagai ekspresi artistik yang tidak harus meniru bentuk alam secara utuh.
Baca juga: Turnamen dan Fun Game Sepak Bola PT Taspen, Gelora FC Kalahkan Jurnalis FC Semarang di Final
Baca juga: Detik-detik Irwan Irwanto Warga Brebes Babak Belur Dihajar Warga, Gagal Curi Motor di Pom Bensin
Baca juga: Tawuran Maut Antar Kelompok Mahasiswa Tewaskan Satu Orang, Dipicu Adu Mulut
"Kalau aliran surealis, ya suka-suka seniman pematungnya.
Juga ada ekspresionisme, yang enggak melulu meniru alam,” ujar M Prastiyo, seorang pelaku seni, Minggu (18/12/2025).
Pria yang akrab disapa Cak Mad itu menambahkan, penilaian terhadap patung seharusnya juga mempertimbangkan latar belakang, tujuan, serta kesepakatan awal pembangunannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
“Makanya perlu dicek latarbelakang dan fungsi maupun kesepakatan awal pembangunan patung tersebut,” ucap Cak Mad.
Sementara itu, Kepala Desa Balongjeruk, Safii, menjelaskan bahwa pembangunan patung macan tersebut merupakan inisiatif pemerintah desa.
Menurutnya, rencana pembuatan patung telah dibahas dan disetujui melalui beberapa kali rapat desa sebelum direalisasikan.
“Tujuannya adalah untuk mengangkat legenda desa sebagai ikon desa.
Kebetulan desa kami ada legenda macan putih,” ujar Safi’i pada Kompas.com, Sabtu (27/12/2025).
Safi'i mengatakan, niatan awal pembangunan patung tersebut cukup mulia karena untuk menjunjung tinggi legenda desa yang selama ini terpelihara secara turun temurun melalui tutur lisan.
Untuk itu, dia berupaya mengangkatnya menjadi ikon desa supaya mempertegas cerita tersebut sekaligus sebagai pengingat bagi generasi selanjutnya.
Atas niatan itu pula, dirinya mulai mencari pembuat patung.
Kebetulan terdapat warga setempat yang juga selama ini dikenal sebagai pembuat patung.
Patung yang terbuat dari campuran besi dan semen tersebut mulai dikerjakan bulan lalu dan berhasil selesai dalam tenggat waktu 18 hari.
“Namun ternyata setelah selesai, banyak mendapatkan respons dari masyarakat,” ujar Safi'i.
Dia juga merasa kaget dengan hasil pembuat patung tersebut yang ternyata wujudnya jauh dari perencanaan awal.
“Ternyata hasilnya seperti yang kita ketahui itu,” ujar dia.
Meski demikian, dalam menyikapi viralnya patung tersebut, pihaknya tidak lantas gerah apalagi memarahi pembuat patungnya.
Ia menganggap semuanya adalah masukan untuk pengembangan kemajuan desanya.
“Semuanya kita tampung karena kritik dan saran itu sangat penting bagi kemajuan bersama,” kata Safi'i.