TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA – Aroma harum gula merah yang khas di sepanjang jalan poros Sangatta - Bontang, tepatnya di Kilometer 28, Kawasan Teluk Kaba, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur akan menggugah selera.
Di sanalah pusat produksi Beppa Janda Juragan, penganan tradisional khas Sulawesi yang kini telah bertransformasi menjadi ikon oleh-oleh kebanggaan Kutai Timur (Kutim).
Zulkarnain, sang pemilik (owner) Beppa Janda Juragan, menceritakan bahwa usaha ini sejatinya adalah warisan turun-temurun.
Baca juga: Pendaftaran Beasiswa Berdaya 2025 dari KPC Dibuka untuk Mahasiswa Kutim, Cek Ketentuannya
Dimulai oleh orang tuanya sejak tahun 2005, pria yang akrab disapa Zul ini mulai fokus membangun brand "Juragan" pada tahun 2015.
Pemilihan nama Juragan sendiri bukan tanpa alasan, ia ingin produknya memiliki daya tarik yang kuat di benak konsumen.
“Karena brand Juragan itu unik menurut saya. Kalau kita bilang juragan, mindset-nya kan seperti juragan tanah, punya pengaruh yang besar dan mudah diingat orang,” ujar Zulkarnain, Minggu (28/12/2025).
Kini, bisnisnya telah berkembang pesat. Dengan dibantu 15 orang karyawan inti, Beppa Janda Juragan mampu memproduksi 10.000 hingga 11.000 biji kue setiap harinya.
Dengan harga jual Rp 1.200 per biji, omzet harian yang diraup Zulkarnain mencapai angka fantastis, yakni sekitar Rp 12 juta per hari.
Menariknya, meski permintaan melonjak tajam saat musim liburan seperti Natal dan Tahun Baru, Zul tetap mempertahankan kualitas dengan cara produksi tradisional.
Seluruh adonan dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin untuk menjaga orisinalitas rasa.
“Kami tetap mempertahankan cara manual untuk mengadon. Bukan berarti tidak mau ikuti teknologi, tapi original rasa itu yang sebenarnya kami pertahankan,” terangnya.
Keunikan rasa Beppa Janda Juragan ternyata tidak hanya memikat lidah warga lokal.
Produk ini tercatat sudah melanglang buana hingga ke mancanegara, seperti Qatar, Cina, hingga menjadi bekal wajib bagi jamaah umrah ke Arab Saudi. Para turis asing yang dibawa oleh tour leader pun kerap singgah di gerai produksinya.
Meski sudah sukses secara mandiri, Zul tetap berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk pengembangan UMKM di Kutim. Ia berobsesi menjadikan Beppa Janda sebagai identitas daerah, selayaknya Bakpia di Jogja atau Wingko di Jawa.
“Harapan ke depannya, kami ingin terus memberikan nilai manfaat untuk masyarakat Kutim. Kami berharap Beppa Janda ini bisa hadir jadi ciri khas Kutai Timur meskipun namanya diambil dari Sulawesi,” pungkas Zulkarnain. (*)