Jakarta (ANTARA) - Direktur Kelembagaan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Mukhamad Najib mengungkapkan dua metode untuk menjadikan perguruan tinggi di Indonesia sebagai lokomotif ekonomi nasional.
Dalam kegiatan diskusi bertajuk "Urun Rembuk Pimpinan PTS" di Jakarta, Senin, Najib memaparkan dua cara yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi antara lain peningkatan jumlah produksi angkatan kerja berkemampuan tinggi (highly-skilled worker) dan meningkatkan kapabilitas inovasi.
"Dua-duanya itu adanya di kampus seharusnya, kenapa? Karena kalau kita melihat kenyataan di Indonesia, kita mendatangkan foreign direct investment, kita lakukan industrialisasi, tapi riset dan inovasi yang dilakukan industri itu sama sekali tidak memberikan impact yang besar pada penguatan sistem inovasi kita," ungkap dia.
Najib menekankan terdapat banyak industri yang masuk ke Indonesia yang hanya menjadikan negara ini sebagai pasar.
Ia menyebut terdapat perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar di Indonesia, namun dalam hal riset dan pengembangan (R&D) dilakukan secara penuh di Singapura melalui Universitas Nasional Singapura (NUS).
"Kita tidak bisa mendatangkan talent-talent global itu melalui industrialisasi, melalui perusahaan-perusahaan itu. Karena mereka datang ke sini untuk bekerja dan menjadikan Indonesia sebagai market," ujarnya menegaskan.
Oleh karena itu, kata Najib, pemerintah kini tengah mengupayakan banyaknya perguruan tinggi dalam negeri yang masuk ke dalam level atas peringkat perguruan tinggi dunia, baik dalam QS World University Ranking (WUR) maupun Times Higher Education (THE).
Ia menggarisbawahi upaya negara untuk mendorong perguruan tinggi meraih peringkat tertinggi dunia tersebut bukan untuk gaya-gayaan semata.
Menurut Najib, perguruan tinggi yang bereputasi global bisa menjadi salah satu cara Indonesia untuk dapat mendatangkan talenta global, baik mahasiswanya, maupun ilmuwan-ilmuwannya.
"Nah, dengan banyaknya talenta global itu, kita ingin membangun sistem inovasi kita, memperkuat ekosistem inovasi kita dengan keragaman talenta global itu. Kalau kita lihat Amerika Serikat itu, innovation-nya itu tidak dibangun oleh orang Amerika sendiri, tapi oleh talenta global dari Cina, dari India, dari Indonesia, dari berbagai negara. Nah, ini yang kita ingin lakukan, dalam jumlah yang masif kita ingin meningkatkan ekosistem inovasi kita." tutur Mukhamad Najib.







