Kapolri Larang Pesta Kembang Api Malam Pergantian Tahun, Pedagang di Palopo Sebut Daya Beli Menurun
December 29, 2025 03:22 PM

 

TRIBUN-TIMUR.COM, PALOPO - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak akan memberikan izin bagi siapa pun untuk merayakan pergantian tahun 2026 dengan pesta kembang api.

Penegasan ini disampaikan sebagai bentuk empati dan solidaritas terhadap para korban bencana banjir bandang yang melanda wilayah Sumatra.

Kapolri juga mengusulkan agar masyarakat Indonesia mengisi momen pergantian tahun dengan doa bersama, sebagai wujud rasa simpati dan kepedulian terhadap saudara-saudara yang terdampak bencana.

Sejalan dengan arahan tersebut, Kapolres Palopo AKBP Dedi Surya Dharma turut mengimbau masyarakat agar tidak merayakan tahun baru secara berlebihan.

Ia secara khusus meminta warga untuk tidak menyalakan petasan maupun kembang api.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak terlalu euforia merayakan tahun baru. Mari kita tunjukkan empati kepada saudara-saudara kita yang terdampak bencana,” ujar AKBP Dedi Surya Dharma.

Namun demikian, pantauan di lapangan menunjukkan masih maraknya aktivitas penjualan kembang api di Kota Palopo menjelang pergantian tahun.

Salah satu titik yang terlihat ramai pedagang kembang api berada di pinggir jalan sekitar kawasan Pusat Niaga Palopo.

Di lokasi tersebut, para pedagang menjajakan berbagai jenis kembang api dengan beragam ukuran dan harga.

Lapak-lapak kembang api tampak menarik perhatian masyarakat yang melintas, meskipun pihak kepolisian telah mengeluarkan imbauan agar tidak menyalakan petasan atau

kembang api sebagai bentuk empati terhadap korban bencana.

Salah satu pedagang kembang api di kawasan Pusat Niaga Palopo, Geri, mengungkapkan kondisi penjualan kembang api menjelang pergantian tahun.

Menurut Geri, aktivitas pembelian biasanya mulai meningkat setelah perayaan Natal.

Namun, situasi tersebut tidak sepenuhnya terjadi pada akhir tahun ini.

Ia menilai daya beli masyarakat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga jumlah pembeli tidak seramai yang diharapkan.

“Tahun lalu setelah Natal pembeli cukup ramai, tapi tahun ini terasa berkurang,” kata Geri saat ditemui di lapaknya di Jalan Rambutan, Kecamatan Wara, Kotta Palopo, Sulawesi Selatan.

Geri mengungkapkan pada periode yang sama tahun lalu, ia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp2 juta per hari dari penjualan kembang api.

Sementara itu, pada tahun ini pendapatan hariannya hanya berkisar Rp500 ribu, jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia menjelaskan kembang api yang dijual di lapaknya memiliki variasi harga yang cukup beragam.

“Harga kembang api yang kami jual mulai dari Rp5 ribu sampai yang paling mahal sekitar Rp2,3 juta,” jelasnya sembari menunjuk kembang api berbentuk kapal dengan harga Rp 2,3 juta.

Geri juga menyampaikan pihak kepolisian telah datang ke lokasi untuk menyosialisasikan imbauan larangan pesta kembang api saat malam pergantian tahun.

Meski tidak ada larangan untuk berjualan, ia akan mengurangi jumlah produk yang dijajakan dan berharap malam pergantian tahun dapat berjalan dengan aman. (*)

Laporan Wartawan Kontributor Tribun-Timur: Andi Bunayya Nandini

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.