Hasil Pasamuhan Agung SKHDN Pusat, Nyepi Akan Digelar Saat Tilem Kasanga, Bali Buat Kalender Sendiri
December 31, 2025 06:34 AM

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pelaksanaan hari raya Nyepi akan dikembalikan seperti sebelum tahun 1981. 

Di mana sejak tahun 1981 hingga kini, Nyepi digelar sehari setelah Tilem Kasanga atau tanggal apisan sasih kadasa. 

Kini, pelaksanaannya Nyepi akan digelar pada Tilem Kasanga.

Hal itu menjadi salah satu topik pembahasan dalam pelaksanaan Pasamuhan Agung Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat tahun 2025 yang digelar di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, pada Selasa 30 Desember 2025.

Baca juga: PENTINGNYA Nyepi Bagi Umat Hindu di Bali, Kini Diputuskan Sehari Setelah Tilem Kasanga Seperti 1981

Ketua Umum Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat, Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pamayun menjelaskan, sebelum tahun 1981, Nyepi dilaksanakan bertepatan dengan Tilem Kasanga. 

Hal tersebut termuat dalam beberapa lontar seperti Lontar Sundarigama, Kuttara Kanda hingga Batur Kalawasan.

Dalam lontar tersebut disebutkan jika Nyepi digelar saat panglong ping molas kresna paksa atau saat Tilem. 

“Salah satu pembahasan yakni mengembalikan nyepi seperti sebelum tahun 1981. Mengembalikan Nyepi agar kembali ke Bali ribuan tahun lalu. Sebab tahun 1981 diubah oleh PHDI Provinsi Bali,” ungkapnya.

Sementara untuk tawur dan pangerupukan akan digelar saat panglong catur dasi atau purwani Tilem Kasanga atau sehari sebelum Tilem.

Gubernur Bali, Wayan Koster pun menegaskan akan mendukung keputusan terkait Nyepi dari hasil Pasamuhan Agung ini.

Dirinya pun mendukung jika Nyepi tersebut kembali saat Tilem Kasanga. 

“Dulu Nyepi di tilem, sekarang bergeser, saat Tilem dilaksanakan tawur, besoknya baru Nyepi. Nanti silakan Ida Sulinggih membahas,” paparnya.

Koster pun mendukung keputusan yang dihasilkan dan dilaksanakan di Bali. Apalagi menurutnya sudah termuat dalam lontar sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara niskala. 

Selain itu, salah satu agenda dalam Pasamuhan Agung SKHDN Pusat tahun 2025 kemarin membahas rencana akan membuat kalender Bali sesuai dengan kearifan lokal Bali yakni sebulan 35 hari. 

Koster mengatakan, di Bali sejak dulu dikenal tika dengan jumlah hari sebanyak 35 hari dalam sebulan. 

Namun selama ini di Bali tidak menggunakan kalender ini, melainkan kalender masehi. 

Padahal dalam perhitungan hari raya, hari baik dan lainnya menggunakan pedoman 35 hari dalam sebulan. 

“Beda dengan kalender yang digunakan selama ini, ada yang 30, 31, 28 untuk Februari. Ada selisih, tidak klop. Akibatnya pada hari-hari baik tertentu mengalami pergeseran,” kata Koster.

Sehingga menurutnya, lebih baik kembali pada kalender Bali yang menurutnya murni ajaran Bali. 

“Kalender yang sekarang referensi mana? Saya lebih percaya kalau kita gunakan tika karena ada dan fungsinya, Purnama, Tilem, kenapa tidak itu pakai kalender untuk Bali,” tambahnya.

“Tunjukkan pada indonesia dan dunia jika Bali punya kalender sendiri berdasarkan kearifan lokal. Kembalikan kepada jati diri,” katanya.

Ketua Umum Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat, Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pamayun menambahkan Tika bermakna titi kahuripan. 

“Tika warisan leluhur Bali, penanggalan asli Bali berdasarkan Catur Bandana atau Catur Loka Pala, ada surya, bulan, bintang, bumi,” paparnya.

Surya bermakna warsa atau tahun, bulan bermakna sasih, bintang terkait wuku, dan  bumi atau hari. 
“Rahina Bali, ada 35 hari dalam sebulan,” katanya. (sup)

Pelayanan Kesehatan Prima untuk Sulinggih

Gubernur Bali, Wayan Koster mengakui jika selama ini kebijakannya kurang berpihak kepada sulinggih. 

Padahal menurutnya, yang mendoakan Bali adalah sulinggih salah satunya lewat puja surya sewana. 

Oleh karenanya, Koster mengaku akan memberikan fasilitas kepada para sulinggih.

Hal itu diungkapkan Koster saat membuka Pasamuhan Agung Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat tahun 2025 di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, pada Selasa 30 Desember 2025. 

Beberapa hal yang akan difasilitasi yakni terkait kesehatan hingga pendidikan cucu sulinggih.

Para sulinggih di pelaksanaan Pasamuhan Agung Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat tahun 2025 yang digelar pada Selasa, 30 Desember 2025 di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali
Para sulinggih di pelaksanaan Pasamuhan Agung Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat tahun 2025 yang digelar pada Selasa, 30 Desember 2025 di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali (Tribun Bali/Putu Supartika)

Dirinya pun menugaskan Dinas Pemajuan Adat (PMA), Dinas Kebudayaan, dan Dinas Kesehatan untuk melakukan pembahasan. 

Koster pun meminta agar dibuatkan surat edaran ke seluruh rumah sakit di Bali, agar memprioritaskan pelayanan kepada sulinggih.

“Kalau ada sulinggih datang berobat, langsung ditangani, jangan sampai antre. Bali Mandara wajib hukumnya. Ada sulinggih, cepat ditangani dan diperlakukan terhormat. Diberikan layanan prima, jangan di kamar meseksek, berikan kamar khusus,” kata Koster.

Dalam bidang pendidikan, sulinggih yang memiliki cucu atau yang kurang mampu akan dibiayai pendidikannya dari SD sampai perguruan tinggi. 

“Kalau perguruan tinggi, masukkan ke program satu KK satu sarjana dengan biaya APBD. Supaya ada yang dirasakan keberpihakannya pada sulinggih,” imbuhnya.

Koster juga akan memberikan satu set alat nyurya sewana kepada masing-masing sulinggih. 

“Kadis PMA Januari geser anggarannya sebanyak sulinggih yang ada di Bali, yang ikut di sini,” paparnya.

Ketua Umum Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat, Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pamayun mengatakan SKHDN merupakan perkumpulan sulinggi se-Nusantara. 

Di Bali yang masuk dalam anggota mencapai 600 sulinggih, Lombok 20, Sulawesi 9 sulinggih, dan Lampung 30 sulinggih. (sup)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.