TRIBUN-MEDAN.COM,- Hamas, organisasi politik dan militer Palestina mengumumkan bahwa juru bicara mereka, Abu Ubaida telah meninggal dunia.
Abu Ubaida meninggal dunia dalam serangan Israel yang terjadi pada 30 Agustus 2025 kemarin.
Setelah Abu Ubaida wafat, Hamas mengungkap identitas asli sang juru bicara.
Baca juga: Profil Abu Ubaida, Juru Bicara Hamas yang Dikonfirmasi Tewas Dibunuh Israel
Nama asli Abu Ubaida adalah Hudhaifa Samir Abdullah al-Kahlout.
Hudhaifa Samir Abdullah al-Kahlout bertindak sebagai juru bicara resmi Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.
Ia merupakan lulusan Islamic University of Gaza dengan gelar master.
Setelah Abu Ubaida wafat, Hamas pun menunjuk penggantinya.
Namun, Hamas tetap merahasiakan identitas juru bicaranya yang baru.
Baca juga: Dibocorkan Donald Trump, Hamas dan Israel Akan Gencatan Senjata di Gaza, Saling Bebaskan Tawanan
Ini bertujuan untuk melindungi sang juru bicara dari serangan Israel dan juga Amerika Serikat.
Hanya saja, Hamas tetap menggunakan nama sandi atau nama samaran Abu Ubaid untuk juru bicara Hamas yang baru.
Pertanyaannya, kenapa Hamas sering menggunakan sandi atau nama samaran Abu Ubaida?
Bagaimana sejarahnya?
Baca juga: Sayap Militer Hamas Brigade Al Qassam Serang Tangki Minyak Israel di Selaran Ashkelon
Beberapa sumber menyebutkan, bahwa Hamas menggunakan nama samaran Abu Ubaida untuk juru bicara Brigade Al Qassam mereka karena terinspirasi dari Abu Ubaida bin al-Jarrah.
Abu Ubaida bin al-Jarrah merupakan sahabat Rasulullah Muhammad S.A.W.
Semasa hidupnya, Abu Ubaida dikenal sebagai sosok yang jujur.
Bahkan, Abu Ubaida termasuk sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga.
Baca juga: Mohammed Diab Ibrahim al-Masri, Panglima Hamas yang Disebut Punya 9 Nyawa
Abu Ubaida dikenal sebagai Amin al-Ummah atau "Kepercayaan Umat" karena kejujuran, keberanian, dan ketakwaannya yang luar biasa.
Ia berasal dari suku Quraisy cabang al-Fihri, masuk Islam di awal dakwah, dan ikut serta dalam hampir semua perang besar seperti Badar, Uhud, dan Khandaq.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap umat ada aminnya, dan amin umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah," menegaskan posisinya sebagai orang terpercaya yang sering ditugaskan memimpin pasukan atau menjaga amanah seperti Baitulmal.
Baca juga: Yahudi Haredi, Kelompok Ortodoks yang Menentang Aksi Zionisme di Palestina
Di Perang Uhud, ia heroik mencabut dua cincin besi dari pipi Nabi dengan giginya sendiri, sehingga kedua giginya tanggal, memperoleh gelar al-Qawiy al-Amin (Yang Kuat dan Terpercaya).
Abu Ubaida memimpin pasukan dalam ekspedisi seperti Dzatus Salasil, di mana ia menunjukkan kepemimpinan bijak dengan menghindari perselisihan antar komandan demi kesatuan umat.
Ia juga bertarung melawan ayahnya sendiri, Abdullah bin Jarrah, yang kafir, dalam Perang Badar, menunjukkan pengorbanan demi iman.
Baca juga: Profil Yehuda Kaploun, Rabi Yahudi Viral Disebut Ingin Ubah Kurikulum Pendidikan Indonesia
Setelah wafatnya Nabi, Abu Ubaida diutus oleh Khalifah Abu Bakar memimpin penaklukan Syam (Suriah), di mana ia berhasil mengalahkan pasukan Romawi di Yarmuk dan menaklukkan Yerusalem secara damai, sebelum wafat karena wabah pada tahun 639 M di Amwas.
Nama Abu Ubaida dipilih oleh Hamas untuk menyimbolkan sifat-sifat jujur, amanah, dan pemberani dalam perang.
Sehingga, nama Abu Ubaida dinilai mencerminkan citra ideal juru bicara militer yang tegas dan dapat dipercaya di mata pendukung mereka.
Penggunaan nama samaran yang sama secara konsisten sejak 2002 juga membantu menjaga kerahasiaan identitas asli, menghindari targetting oleh Israel.
Baca juga: Syarat Netanyahu Akhiri Perang: Semua Warga Palestina Keluar dari Gaja, Hamas Letakkan Senjata
Bagi mereka yang ditunjuk sebagai juru bicara Hamas, umumnya akan selalu menggunakan kaffiyeh.
Kaffiyeh adalah syal tradisional berpola kotak-kotak hitam-putih yang terbuat dari katun, sering dipakai oleh pria di Timur Tengah sebagai penutup kepala atau leher untuk melindungi dari matahari dan debu gurun.
Di Palestina, kaffiyeh menjadi simbol identitas nasionalisme dan perlawanan sejak Revolusi Arab 1936-1939 melawan Inggris, di mana dipakai untuk menyamarkan wajah pemberontak.
Baca juga: Bella Hadid, Supermodel Berdarah Palestina-Belanda Terpapar Lyme Disease
Kaffiyeh berasal dari Mesopotamia sekitar 3100 SM, awalnya dipakai petani dan Badui Palestina di era Ottoman untuk kepraktisan di iklim panas.
Pola hitam-putih khas Palestina membedakannya dari varian lain seperti merah-putih di Yordania atau hijau di negara Arab lain.
Yasser Arafat mempopulerkannya secara global sebagai lambang solidaritas Palestina, dan kini sering dipakai aktivis internasional; ditutupi agal (cincin tali) saat sebagai ikat kepala.(ray/tribun-medan.com)