TRIBUNGORONTALO.COM -- Setiap pergantian tahun, resolusi menjadi ritual yang nyaris tak terpisahkan.
Mulai dari menurunkan berat badan, rutin berolahraga, hingga berhenti merokok, target-target besar kerap dipasang dengan penuh semangat.
Namun kenyataannya, tak sedikit resolusi tahun baru yang kandas hanya dalam hitungan minggu.
Berbagai penelitian menunjukkan, sebagian besar resolusi gagal bukan karena kurangnya niat, melainkan karena cara menetapkan tujuan yang keliru sejak awal.
Hal ini disampaikan oleh Tracey Musarra Marchese, dosen praktik di bidang pekerjaan sosial pada School of Education.
Menurut Marchese, kesalahan paling umum adalah memasang target yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
“Banyak orang menetapkan resolusi yang terlalu muluk. Daripada langsung menargetkan turun 30 kilogram, sebaiknya fokus pada langkah pertama yang benar-benar bisa dilakukan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, resolusi besar seharusnya dipecah menjadi tujuan-tujuan kecil yang lebih mudah dicapai.
Strategi ini dinilai mampu membangun rasa percaya diri sekaligus menjaga motivasi tetap hidup.
“Keberhasilan kecil yang dirasakan di awal akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk melanjutkan,” kata Marchese.
“Sebaliknya, mencoba mengubah hidup secara drastis dalam waktu singkat justru membuat orang lebih cepat menyerah.”
Selain soal target, faktor lingkungan juga berperan besar. Marchese menekankan pentingnya dukungan dari orang sekitar. Riset menunjukkan, akuntabilitas atau rasa tanggung jawab kepada orang lain dapat meningkatkan peluang keberhasilan resolusi.
“Ketika ada orang lain yang mengetahui tujuan Anda, akan muncul dorongan dan dukungan,” jelasnya.
“Ini bukan tentang hukuman, tetapi soal memiliki seseorang untuk saling mengecek dan menyemangati.”
Namun, dalam perjalanan menjalani resolusi, kegagalan tetap bisa terjadi. Karena itu, Marchese mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu keras pada diri sendiri.
“Bagi orang yang perfeksionis, resolusi justru bisa menjadi bumerang,” ujarnya.
“Melewatkan satu kali olahraga bukan berarti gagal total. Beri diri Anda kelonggaran dan sesuaikan kembali rencana. Setiap hari adalah kesempatan baru.”
Marchese juga menyarankan agar resolusi tidak hanya dipandang sebagai larangan, tetapi sebagai tindakan positif yang ingin ditambahkan dalam hidup. Misalnya, alih-alih hanya fokus berhenti merokok, seseorang bisa memikirkan aktivitas baru yang lebih sehat untuk mengalihkan kebiasaan lama.
“Bergerak menuju sesuatu yang positif jauh lebih memotivasi dibanding hanya menghilangkan sesuatu,” katanya.
Ia pun menegaskan, perubahan tidak harus menunggu momen 1 Januari.
“Setiap hari adalah kesempatan baru,” tutup Marchese.
“Mulailah dari langkah kecil, bangun kebiasaan, dan rayakan setiap kemajuan. Dari situlah perubahan nyata bisa bertahan.”
(*)