TRIBUN-MEDAN.com – Seorang wanita berinisial H menceritakan perjalanan hidup rumah tangganya yang awalnya berjalan harmonis berakhir pilu.
Dikutip dari Eva.vn Rabu (31/12/2025), H mengaku lebih memprioritaskan karier sehingga memutuskan menikah di usia yang tidak lagi muda.
Saat membangun rumah tangga, kondisi ekonomi pasangan tersebut tergolong biasa saja dan jauh dari kata berlebih. Meski demikian, kehidupan pernikahan mereka berlangsung rukun, penuh pengertian, dan nyaris tanpa konflik berarti.
Perubahan mulai terasa setelah H melahirkan anak pertama. Ketika sang anak masih berusia 19 bulan, sebuah peristiwa tak terduga mengubah segalanya.
Suatu malam, saat suami dan anaknya telah tertidur, H bangun untuk menyelesaikan pembukuan usaha kosmetik yang ia jalankan dari rumah. Saat itu, ponsel suaminya tertinggal di dalam laci dan tiba-tiba terdengar bunyi pesan masuk.
H menuturkan bahwa selama berumah tangga, ia selalu menjaga kepercayaan dan tidak pernah memeriksa ponsel suaminya.
Biasanya, jika ada panggilan atau pesan, ia akan memanggil suaminya. Namun karena suaminya sedang tertidur, ia memutuskan untuk melihat ponsel tersebut. Dari situlah, ia membaca pesan-pesan bernada mesra dan penuh kasih sayang antara suaminya dan seorang perempuan lain.
Penemuan itu membuat H sangat terpukul dan tidak mampu mempercayai kenyataan bahwa pria yang selama ini menjadi pasangan hidupnya telah berselingkuh.
Namun, karena belum memiliki bukti yang kuat, ia memilih untuk diam dan berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Sejak saat itu, H mulai mengamati perubahan perilaku suaminya secara diam-diam.
Seiring waktu, perubahan tersebut semakin nyata. Suaminya mulai lebih memperhatikan penampilan, kerap tersenyum sendiri, dan sering pulang larut tanpa alasan yang jelas.
H kemudian memeriksa catatan panggilan dan mencatat sejumlah nomor asing yang sering dihubungi suaminya. Salah satu nomor telepon rumah muncul berulang kali dan menimbulkan kecurigaan.
Setelah menghubungi pusat layanan telekomunikasi, H mengetahui alamat tujuan nomor tersebut. Ia pun mendatangi sebuah kafe yang berkaitan dengan nomor itu.
Di lokasi tersebut, kebenaran akhirnya terungkap. Suaminya ternyata menjalin hubungan asmara dengan seorang perempuan muda. Fakta yang semakin mengejutkan, usia ayah perempuan tersebut hanya terpaut beberapa tahun lebih tua dari H.
Saat berhadapan langsung, suami H tidak menunjukkan penyesalan. Ia justru membela perempuan selingkuhannya dan mengajukan usulan agar bisa menjalani kehidupan “dua arah”, yakni hidup bersama istri dan perempuan lain secara bersamaan.
Tawaran tersebut membuat H semakin terguncang dan tidak dapat menerima perlakuan tersebut.
Tanpa ragu, H memutuskan untuk mengakhiri pernikahan yang telah dijalani selama bertahun-tahun. Ia menegaskan bahwa dirinya hanya mempertahankan orang yang ingin tetap tinggal, bukan mereka yang memilih pergi.
H kemudian kembali ke kampung halaman bersama anaknya yang masih kecil.
Meski belum bisa berbicara, anak H menunjukkan kerinduan mendalam kepada ayahnya. Setiap sore, sang anak kerap menunjuk ke arah jalan seolah menunggu ayahnya pulang. Pemandangan itu membuat H merasa iba.
Keluarga dan tetangga sempat menyarankan agar ia memaafkan suaminya demi sang anak, namun H tetap teguh pada keputusannya untuk tidak kembali.
Beberapa waktu kemudian, H mendengar kabar bahwa mantan suaminya justru dikhianati oleh perempuan yang selama ini menjadi selingkuhannya. Perempuan muda tersebut diketahui menjalin hubungan dengan beberapa pria sekaligus.
Dalam kondisi terpuruk, sang mantan suami kembali menemui H dan memohon kesempatan untuk rujuk demi anak mereka.
Demi anak, H akhirnya memberikan satu kesempatan, meski ia menyadari kepercayaan yang telah hancur tidak akan pernah pulih sepenuhnya.
Pada akhirnya, sang mantan suami meninggal dunia secara mendadak akibat stroke, meninggalkan penyesalan atas pernikahan yang runtuh karena ketidaksetiaan.
Sutradara Le Hoang yang memandu acara tersebut menilai bahwa perselingkuhan tidak pernah memiliki nilai moral. Menurutnya, pengkhianatan terhadap pasangan akan selalu meninggalkan luka yang sulit disembuhkan, bahkan ketika seseorang mencoba kembali ke kehidupan lamanya.
Kisah ini menjadi refleksi mendalam tentang arti kesetiaan dan harga mahal yang harus dibayar ketika kepercayaan dalam rumah tangga dihancurkan.
(cr31/tribun-medan.com)