Sosok Nia Gadis Penjual Gorengan yang Tewas Tak Wajar di Sumbar: Berlatih Silat demi Jaga Sahabatnya
Erik S September 13, 2024 12:33 PM

TRIBUNNEWS.COM, PADANG PARIAMAN -  Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar) dikenal sahabatnya sebagia sosok yang cekatan dan gigih.

Yoeka Aulia mengatahan Nia bukan lagi hanya sebatas teman buatnya. Dia sudah menganggap Nia sebagai kakak pelindung walau mereka seumuran.

Kenangan akan tawa, semangat, dan kerja keras Nia masih melekat erat di benak Yoeka, terutama momen terakhir mereka bertemu secara tak sengaja di pasar.

Momen itu hanya beberapa hari sebelum Nia dinyatakan hilang hingga ditemukan meninggal tragis dengan jenazah terkubur di daerah Korong Pasa Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2×11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman pada Minggu (8/9/2024).

Sosok Nia yang gigih bekerja demi impian menjadi guru bahasa Indonesia, kini hanya tersisa dalam ingatan.

Yoeka masih ingat betul semburat senyum gadis 18 tahun itu, binar mata dan kegigihan Nia, belum pudar di ingatannya.

Perkenalan mereka bermula di Institut Negeri Syafei (INS) Kayu Tanam tiga tahun lalu, saat berbaju putih-abu.

Keduanya mulai akrab saat duduk di bangku kelas yang sama, bermain, belajar dan bermimpi bersama.

Yoeka biasa memanggil Nia Kurnia Sari dengan sapaan Anya, meski tidak ada korelasi dengan nama gadis tersebut, tapi sedemikian rupa kedekatan mereka.

"Anya itu, orangnya sangat cuek dengan orang baru. Tapi kalau sudah dekat, tidak ada batasan lagi," ujar Yoeka ditemui, Kamis (12/8/2024).

Sosok  periang, mandiri, pekerja keras dan tidak mudah menyerah Anya, menjadi contoh bagi Yoeka, karena sangat susah mencari sosok serupa itu dari anak sebayanya.

Sifat pekerja keras Anya sudah hadir sejak ia memiliki mimpi untuk mengenyam bangku kuliah dan menopang ekonomi keluarga melalui berjualan.

Anak kedua dari empat bersaudara itu sudah mulai berjualan sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Saat di INS Kayu Tanam, Anya rela datang terlambat dan menerima hukuman demi menyiapkan barang dagangannya, dijajakan di sekolah.

Sepengetahuan Yoeka, Tidak hanya berjualan, usaha lain sampai kuli panggul pernah juga dicoba oleh Anya.

"Kalau saya jadi Anya, mungkin tidak akan bisa. Hanya manusia terpilih bisa melakukan hal serupa," ujarnya, diiringi uraian air mata yang sudah tertahan sejak awal diwawancara TribunPadang.com.

Dalam isakan sendu, Yoeka mengaku masih belum bisa menerima kenyataan. Kehilangan Anya adalah pukulan bagi anak umur 18 tahun itu.

Terakhir pertemuannya dengan Anya juga tidak disengaja, karena pasca menyelesaikan sekolah keduanya sudah sibuk masing-masing.

Pertemuan itu terjadi di pasar, satu pekan sebelum Anya dinyatakan hilang, dengan kebetulan, keduanya sempat berbincang dan makan bersama sebelum berpisah.

Pasca pertemuan itu, komunikasi keduanya tidak berjalan seperti biasa, Yoeka yang baru mendapat pekerjaan, mulai sibuk dengan rutinitasnya.

Sedangkan Anya masih berjibaku menjajakan gorengan mewujudkan mimpinya berkuliah dan menjadi guru bahasa Indonesia.

Nia Janji Jaga Yoeka

Masih menyeka air mata, Yoeka kembali mengingat pesan-pesan Anya pada dirinya, satu diantaranya saat ia ingin ikut berlatih silat.

Anya adalah seorang yang jago bela diri antara mereka berdua, selain untuk menjaga diri, Anya ikut beladiri mengisi waktunya, disela berjualan.

Melihat Anya yang bisa bela diri, Yoeka juga tertarik untuk mencoba, tapi ternyata Yoeka terlalu lemah untuk mengikuti olahraga ini.

Beberapa kali saat latihan ia harus mengeram sakit, saat menerima tendangan dari pesilat lain.

Waktu itu, Anya langsung meminta Yoeka agar tidak melanjutkan latihan silat dan tidak perlu menyiapkan bekal untuk membela diri, karena Anya siap melindungi dan menjaga Yoeka.

"Kalau adek (sapaan akrab Nia pada Yoeka) tidak sanggup, tidak usah lanjutkan. Adek tidak perlu takut, biar Anya saja yang jaga adek," ujar Yoeka berurai air mata mencontohkan percakapan Nia Kurnia Sari.

Tangis Yoeka membuatnya kembali pada ingatan masa itu, beberapa kali ia mengangkat kerudungnya untuk menyeka air mata.

Posisi duduknya juga ia ubah beberapa kali, sebelum melanjutkan perbincangan dengan TribunPadang.com, untuk kembali mendapat kenyamanan.

Ia masih belum menerima kenyataan sahabat, kakak, bahkan sosok yang ia anggap sebagai orang tuanya itu meninggal dalam kondisi serupa ini.

Ia sempat panik mendengar kabar Anya hilang, bahkan pingsan di lokasi pencarian Anya hari pertama.

Pelindung dan teman berkeluh kesah Yoeka sudah tiada, ia meninggal dengan misterius di tangan orang yang masih dalam pencarian pihak kepolisian.

Kematiannya tidak meninggalkan sedikitpun tanda-tanda pada Yoeka, Nia tidak pernah bercerita tentang masalah apapun yang berhubungan dengan kejadian ini.

"Setahu saya Anya tidak pernah punya masalah dengan orang lain, Anya tidak pernah bercerita soal itu," ujar Yoeka mengingat semua percakapannya selama ini dengan Anya.

Yoeka berharap pelaku yang telah menghilangkan nyawa Anya bisa segera diusut tuntas polisi dan diberi hukuman setimpal atas perbuatannya.

Kehilangan Anya adalah kenyataan yang tidak pernah terbayangkan Yoeka, kepergiannya yang sangat tragis menyisakan pilu, hatinya begitu teriris.

Yoeka tidak tahu apakah akan ada pengganti Anya di hidupnya, sekarang hanya doa yang bisa ia sampaikan pada sahabatnya itu.

Masih dalam kondisi berlinang air mata Yoeka menatap langit-langit tempat ia berdiri, kosong. Tapi hidup harus berlanjut, ada dan tiada Anya, Yoeka harus kembali menata masa depannya.

Penulis: Panji Rahmat

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.