Ketika Jepang Lakukan Pembantaian di Kalimantan Dalam Tragedi Mandor
Afif Khoirul M September 20, 2024 02:34 PM

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di tengah rimba Kalimantan yang lebat, di mana sungai mengalir tenang dan kicau burung bersahutan, pernah tersimpan sebuah kisah kelam yang menggetarkan sanubari.

Peristiwa Mandor, atau yang lebih dikenal sebagai Tragedi Mandor Berdarah, adalah luka sejarah yang tak akan pernah terlupakan.

Di bawah bayang-bayang pendudukan Jepang, Kalimantan Barat menjadi saksi bisu pembantaian massal yang merenggut ribuan nyawa tak berdosa.

Pada tahun 1943, kecurigaan dan ketakutan menyelimuti Kalimantan Barat. Jepang, yang saat itu menduduki wilayah tersebut, menuduh para tokoh masyarakat, bangsawan, dan penduduk setempat terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap kekuasaan mereka.

Tuduhan ini menjadi pemicu serangkaian penangkapan dan interogasi yang brutal.

Desa Mandor, yang terletak sekitar 88 kilometer dari Pontianak, dipilih sebagai lokasi eksekusi massal. Di sinilah, ribuan orang tak berdosa, termasuk para sultan, bangsawan, tokoh masyarakat, dan warga sipil, dikumpulkan dan dibantai dengan cara yang tak berperikemanusiaan.

Mereka ditembak, dipenggal, atau dikubur hidup-hidup dalam lubang-lubang besar yang telah disiapkan sebelumnya.

Peristiwa Mandor berlangsung selama beberapa bulan, dari akhir tahun 1943 hingga pertengahan tahun 1944. Jumlah korban yang tewas dalam tragedi ini diperkirakan mencapai 21.037 orang, sebuah angka yang sungguh menyayat hati.

Peristiwa ini menjadi salah satu pembantaian massal terbesar yang pernah terjadi di Indonesia selama masa pendudukan Jepang.

Kebenaran tentang Peristiwa Mandor terungkap melalui berbagai sumber sejarah yang tak terbantahkan.

Buku-buku sejarah, dokumen-dokumen resmi, kesaksian para penyintas, serta penelitian-penelitian akademis telah menguak tabir kelam tragedi ini.

Salah satu sumber penting adalah buku "Kalimantan Barat Dalam Pergolakan Sejarah" yang ditulis oleh M. P. B. Manus. Buku ini memberikan gambaran yang jelas tentang peristiwa Mandor, termasuk latar belakang, kronologi, dan dampaknya terhadap masyarakat Kalimantan Barat.

Peristiwa Mandor meninggalkan luka yang mendalam bagi masyarakat Kalimantan Barat. Kehilangan orang-orang terkasih, trauma psikologis, dan kehancuran sosial menjadi warisan kelam yang harus ditanggung oleh generasi-generasi berikutnya.

Tragedi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Kini, Mandor telah menjadi situs sejarah yang penting. Monumen peringatan, museum, dan makam massal menjadi saksi bisu kekejaman yang pernah terjadi di tempat ini.

Setiap tahun, pada tanggal 28 Juni, masyarakat Kalimantan Barat memperingati Peristiwa Mandor sebagai Hari Berkabung Daerah.

Ini adalah momen untuk mengenang para korban, menghormati perjuangan mereka, dan memperkuat tekad untuk menjaga perdamaian dan persatuan.

Peristiwa Mandor adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Tragedi ini mengajarkan kita tentang betapa berharganya perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Semoga kita dapat belajar dari masa lalu, agar kekejaman seperti ini tidak pernah terulang lagi. Mari kita jaga perdamaian dan persatuan, demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

---

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.