Seberapa Penting Imunisasi Dasar bagi Anak?
Maulafi Alhamdi Stivani September 22, 2024 10:00 AM

Salah satu langkah yang sangat efektif dalam menjaga anak dari penyakit menular adalah dengan melakukan vaksinasi melalui program imunisasi dasar. Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat dengan berbagai penelitian di dunia telah membuat vaksin terbukti mampu untuk menjadi pelindung anak dari berbagai penyakit khususnya penyakit menular seperti polio yang sedang marak saat ini, campak, bahkan hepatitis. Walaupun banyak penelitian telah membuktikan manfaat besar dari vaksin, masih banyak orang tua yang tidak ingin anaknya divaksin dengan berbagai alasan. Ada yang hanya melakukan imunisasi dasar beberapa kali, bahkan ada yang tidak ingin anaknya diberikan imunisasi sama sekali. Padahal, Indonesia adalah salah satu negara dengan pemberian imunisasi dasar gratis yang disediakan oleh pemerintah secara serempak dan merata di seluruh negara.

Pada tahun 2018, sebanyak 700.000 kematian anak disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi. World Health Organization telah melaporkan beberapa laporan terkait cakupan vaksin yang ada di dunia. Secara global, cakupan Imunisasi DPT3 (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada tahun 2022 mencapai angka 84%. Laporan ini menunjukkan penurunan persentasi yang mungkin disebabkan oleh pandemi COVID-19, sehingga terjadi gangguan pada layanan imunisasi rutin di banyak negara. Selanjutnya adalah cakupan global Imunisasi Campak (Measles) dosis pertama yang berada di sekitar 81% pada tahun 2022. Angka ini juga menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya, dan membuat lebih banyak anak berisiko tinggi untuk terkena campak. Vaksin Pentavalent yang mencakup perlindungan terhadap difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae tipe b, memiliki cakupan global sekitar 85%.
Secara nasional, di Indonesia, cakupan vaksinasi dasar juga belum mencapai 100%. Cakupan imunisasi DPT3 di Indonesia pada tahun 2019 hanya mencapai 80-85%. Angka ini mirip dengan cakupan global yang hanya mencapai 84%. Walaupun angka ini melebih 50%, cakupan ini masih jauh dari yang diharapkan oleh WHO yaitu sebesar 99%. Masalah lainnya adalah daerah-daerah terpencil di Indonesia bahkan memiliki cakupan vaksinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan nasional. Cakupan dosis pertama untuk imunisasi campak di Indonesia berada di kisaran 80%. Tantangan lain imunisasi adalah sulitnya untuk memberikan vaksin di daerah-daerah terpencil, apalagi masih banyak masyarakat yang menolak pemberian vaksin untuk anak-anak mereka. Cakupan vaksin pentavalen di Indonesia tahun 2019 masih berada di angka 80-85%.
Data terbaru dari Kementrian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar meningkat signifikan menjadi 94,9% pada tahun 2022. Namun, angka ini masih belum mencapai target WHO. Apalagi masih ada 5% atau 240.000 anak Indonesia yang masih belum mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap. Imunisasi sangat perlu dilakukan khususnya di Daerah Terluar DTPK. Beberapa alasan yang membuat vaksinasi tidak mencapai batas yang ditentukan oleh WHO yaitu karena keraguan dan penolakan orang tua, fasilitas kesehatan, dan gangguan pada layanan. Banyak orang tua yang masih ragu untuk memberikan vaksin kepada anaknya karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat vaksin, banyaknya hoaks yang tersebar di masyarakat, kekhawatiran mengenai efek samping yang diberikan oleh vaksin, keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan khususnya di daerah terpencil, dan kurangnya kepercayaan terhadap layanan kesehatan di daerah tersebut.
Imunisasi adalah salah satu langkah paling mudah untuk mencegah penyakit menular yang mematikan. Saat seorang anak melengkapi imunisasi dasar, anak tersebut sudah dapat tercegah dari penyakit seperti difteri yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan bahkan kematian, pertusis (batuk rejan) yang menyebabkan batuk yang sulit sembuh, tetanus yang dapat menyebabkan kejang pada otot, tuberkulosis yang menyebabkan gangguan pernapasan dan membutuhkan pengobatan yang lama, rubella yang merupakan campak, pneumokokus yang menyebabkan pneumonia sampai sepsis (infeksi berat), dan diare yang disebabkan oleh rotavirus.
Sumber: Kemenkes RI, Jadwal Imuniasi Dasar pada Anak
Semua penyakit tersebut dapat dicegah jika anak melengkapi vaksinasinya sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2023). Jadwal imunisasi yang diterbitkan oleh IDAI tahun 2023 adalah sebagai berikut:
1. Segera Setelah Lahir (0 Bulan): Hepatitis B (HepB-1), Polio (OPV
2. Usia 1 Bulan: BCG
3. Usia 2 Bulan: DTP-1 (Difteria, Tetanus, Pertusis), Hib-1 (Haemophilus influenzae tipe B), Polio (OPV-1), PCV-1 (Pneumokokus), Rotavirus (Dosis pertama)
4. Usia 3 Bulan: DTP-2, Hib-2, Polio (OPV-2)
5. Usia 4 Bulan: DTP-3, Hib-3, Polio (OPV-3), IPV (Inactivated Polio Vaccine), PCV-2, Rotavirus (Dosis kedua)
6. Usia 6 Bulan: PCV-3, Rotavirus (Dosis ketiga, untuk vaksin pentavalen), Influenza (Dosis pertama, lalu diulang setiap tahun)
7. Usia 9 Bulan: MR (Campak, Rubela), Japanese Encephalitis (JE)
8. Usia 12 Bulan: PCV (Booster), Influenza (Jika belum)
9. Usia 12-18 Bulan: Varicella (Cacar Air), Hepatitis A (Dosis pertama)
10. Usia 18 Bulan: DTP (Booster-1), Hib (Booster), Polio (IPV-Booster), MR/MMR (Campak, Rubela), JE (Booster)
11. Usia 2 Tahun: Hepatitis A (Dosis kedua, 6-12 bulan setelah dosis pertama), Tifoid (Diulang setiap 3 tahun)
12. Usia 5 Tahun: DTP (Booster-2), MMR (Booster)
13. Usia 9 Tahun ke Atas: HPV (Human Papillomavirus), 2-3 dosis)
14. Usia 9-16 Tahun (Daerah Endemik): Dengue
Dari imunisasi dasar tersebut, terdapat beberapa jenis vaksin yang diberikan secara gratis. Daftar vaksin yang biasanya disediakan secara gratis oleh pemerintah di Indonesia melalui program imunisasi dasar yang diselenggarakan di posyandu, puskesmas, dan fasilitas kesehatan pemerintah adalah Hepatitis B, BCG, Polio (OPV/IPV), DTP, Hib, MR. Saat ini, pemerintah Indonesai juga menambahkan 3 vaksin lainnya dalam cakupan imunisasi dasar gratis yaitu Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), vaksin Rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV). Vaksin yang biasanya berbayar adalah PCV, Rotavirus, Influenza, Varicella, Hepatitis A, Typhoid, Japanese Encephalitis, HPV, dan Dengue. Namun, ketersediaan vaksin gratis dapat berbeda-beda tergantung kebijakan daerah dan program imunisasi yang sedang berjalan secara daerah maupun nasional. Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan cakupan vaksin dan penerimaan vaksin bagi masyarakat. Di beberapa negara, persetujuan vaksinasi masih ditentukan oleh orang tua. Bahkan, nenek dan kakek juga mampu memberikan pengaruh pada keputusan untuk memberikan vaksinasi tersebut kepada anak. Sehingga, penerapan kesehatan yang melibatkan pendekatan keluarga dapat meningkatkan pemahaman sosial yang mendorong persetujuan orang tua terhadap vaksinasi anak.
Cakupan imunisasi di Indonesia dan global masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk akses ke fasilitas kesehatan di daerah terpencil, informasi yang tidak benar, dan gangguan layanan salah satunya akibat krisis kesehatan seperti pandemi. Dalam mencapai target vaksinasi yang disarankan oleh WHO, program berkelanjutan yang ditawarkan oleh pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat sangat penting. Langkah yang dapat dilakukan termasuk memperkuat sistem kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi, serta ke seluruh lapisan masyarakat (*)
*Maulafi Alhamdi Stivani merupakan Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat - Fakultas Kedokteran - Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.