Menilik Kain Tradisional Karo, Sempat tak Diterima Masyarakat Sekarang Pembeli sampai Luar Negeri
Muh Rosikhuddin September 22, 2024 12:34 PM

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Rumah Uis yang dimiliki oleh Averiana Barus, meninggalkan kesan tersendiri bagi para penikmat kain tradisional. Rumah Uis bahkan menjadi One Stop Shopping untuk berbelanja kain tradisional Karo. Rumah Uis berlokasi di Jalan Jamin no 252 Ginting, Kota Medan.

Tidak hanya menjual Uis, namun tersedia juga asesoris, tas, bahkan pakaian yang bisa dibuat sesuai kemauan pembeli.

Kecintaan Averiana Barus kepada Budaya Karo, menjadi alasan wanita cantik tersebut mendirikan Rumah Uis, walaupun pada awalnya tidak semua orang suka atas hasil karyanya. 

“Di awal-awal waktu aku memodifikasi Uis ini, ya tidak semua orang suka. Karena perspektif orang memandang kain tradisional itu kan gak sama. Ada yang melihat sisi sakralitasnya, ada yang melihat sisi budayanya yang enggak boleh diapa-apain,” jelas Averiana Barus kepada reporter Tribun Medan beberapa waktu lalu.

Uis Gara atau Uis Karo bukanlah hal yang asing di masyarakat Karo. Uis merupakan kain atau pakaian yang digunakan dalam acara adat ataupun kegiatan sehari-hari masyarakat Suku Karo.

Ave sapaan akrabnya, mengaku melihat dari sisi ekonomi Uis. Ia mengatakan banyak wacana-wacana yang bermunculan ketika ia mulai memodifikasi Uis, dari orang-orang yang menganggap kain tradisonal tersebut tak seharusnya dibuat seperti itu. 

Ave mengatakan Rumah Uis bermula dari keprihatinan terhadap kepopuleran Uis Karo, di mana ketika ia melihat pameran-pameran kain tradisonal, Uis Karo tampak di belakang.

“Menurut saya di tahun 2014, dibanding kain-kain tenun yang lain, kain Karo itu masih belum punya panggung. Jadi tempatnya itu selalu di belakang, karena memang digunakan untuk acara adat saja,” kenang Ave. 

“Kain kami yang sebagus ini, sehalus ini kok gak ada panggungnya? Aku pikir pada waktu itu ya mungkin belum tren,” tambahnya.

Berawal dari membuat benda-benda sederhana seperti asesoris, tas, kemudian berkembang hingga baju yang ia buat di rumah orang tuanya.

Uniknya setiap karya yang diproduksi oleh Rumah Uis, memiliki hasil motif yang berbeda.

“Karena tenun Karo itu semuanya tenun manual atau tenun gedok, setiap karya penenun itu pasti berbeda. Jangankan penenun yang lain dengan yang lain, satu kain aja bisa berbeda,” ucap Ave.

Hal ini tentunya menguntungkan bagi para pelanggan yang tidak ingin memiliki motif pasaran. 

Di dalam ruko tingkat tiga tersebut, tampak seorang wanita muda yang kebingungan ketika hendak memilih koleksi Uis yang dimiliki oleh Ave. Sesekali pelanggan tersebut menelepon rekannya untuk membantu menentukan pilihan. 

Adapun koleksi dari Rumah Uis dapat dibanderol mulai dari harga Rp 50.000 dan yang paling banyak diminati adalah Uis Nipes. 

“Kalau yang paling banyak diminati itu, Uis Nipes. Karena keperluannya selain untuk fashion juga untuk adat. Jadi, persentase yang tertinggi itu ya di Uis Nipes,” ucap penyanyi Karo tersebut.

Penjualan kain tradisional dari Rumah Uis pun sudah sampai ke luar negeri, mulai dari Asia hingga Eropa,

“Saya tidak mengekspor, tapi banyak pelanggan yang dari Asia seperti Jepang, bahkan Eropa, Australia yang memesan dari Rumah Uis. Kebanyakan orang Karo yang tinggal di sana,” ucapnya.

Telah mendirikan Rumah Uis selama sepuluh tahun, Averiana mengaku memiliki lebih banyak suka dibanding duka atas bisnis yang ia geluti. Setiap hari bertemu banyak orang dan melihat karya seni yang baru adalah hal yang menyenangkan bagi ibu satu anak itu. 

Rumah Uis menjadi bukti bahwa penolakan itu tak serta merta berujung pada hal yang buruk. Atas perhatian Averiana terhadap budaya Karo, ia pun memenangkan nominasi Perempuan dan Seni Budaya yang digelar oleh Tabloid Nova pada malam penganugerahan “Perempuan Inspiratif NOVA 2017”. (cr 33)

Host: Joy Silvana
Program: UMKM Local Experience
Video Production: Muh Rosikhuddin

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.