Kecerdikan Gajah Mada Taklukkan Kerajaan Bali dengan Jurus Aturan Dharma Ksatria
GH News September 23, 2024 07:04 AM
PERLUASAN wilayah kekuasaan Majapahit dilakukan semasa Gajah Mada menjabat mahapatih. Perluasan wilayah sebagaimana diucapkan Gajah Mada di Sumpah Palapa-nya itu menjadi bagian untuk penyatuan nusantara.

Langkah awal disusun untuk menaklukkan Pulau Bali, di sebelah timur Pulau Jawa. Awalnya penaklukkan Pulau Bali diskemakan berjalan sedikit mudah, karena adanya beberapa kesamaan. Tapi hal itu ternyata tak berjalan sesuai keinginan dari Kerajaan Majapahit.



Meski akhirnya berhasil, tapi penaklukkan Pulau Dewata, ini tak bisa dilepaskan dari peran Gajah Mada langsung. Gajah Mada yang melihat ada kendala pada penaklukkan Pulau Bali, langsung menerapkan ajaran dharma, yaitu perkara menempati janji.

Strategi ini dinilai cukup cerdik sebagaimana dikutip juga dari buku “Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan,”tulisan Enung Nurhayati. Mahapatih Majapahit ini berhasil mengalahkan Ki Pasung Grigis karena persoalan hewan.

Ya Gajah Mada berhasil memojokkan pasukan Bali berkat keingkaran janji pemimpin pasukan kala itu Ki Pasung Grigis. Saat itu Ki Pasung Grigis menjanjikan, bahwa anjing tersebut akan diberi makanan, tetapi dalam kenyataannya, ia hanya memberi tempurung kelapa.

Pada pandangan ksatria, perbuatan tersebut termasuk pengingkaran janji dan suatu perbuatan yang rendah. Gajah Mada pun menekan terhadap Ki Pasung Grigis bahwa melalui perbuatan itulah maka kesaktiannya akan hilang, jika berkelahi.



Ki Pasung Grigis awalnya terkejut dengan keadaan ini, namun aturan tentang dharma ksatria yang sangat dipercayainya membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Maka dia segera menyatakan takluk terhadap Gajah Mada.

Tentara Kerajaan Majapahit, memenangi pertempuran, tanpa menyebabkan banyak korban.Namun bukan Gajah Mada namanya bila berpuas hati. Mahapatih tersebut langsung membagi tugas dengan Arya atau ksatria Majapahit lainnya menaklukkan Bali secara utuh.

Guna melancarkan usahanya itu, Gajah Mada dikisahkan membagi beberapa orang yang dilantik menjadi kepala pasukan Majapahit untuk menetap dan memimpin wilayah tertentu.Adapun pemimpin pasukan tersebut yakni Arya Kutawaringin di Gegel, Arya Kenceng di Tabanan.

Arya Belog di Kaba - kaba, Arya Dalancang di kapal, Arya Sentong di Carangsari, dan Arya Kanuruhan Singa Sardula di Tangkas dan lainnya. Pasukan itu disiagakan untuk berperang agar wilayah Bali benar - benar takluk sepenuhnya kepada Majapahit.



Selanjutnya dikisahkan dari Babad Arya Kutawaringin, tentara Majapahit dibawah komando Gajah Mada dan Mpu Aditya (Adityawarmman), mulai bergerak. Konon Mpu Aditya sendiri adalah seorang kerabat Tribhuwanottunggadewi yang berdarah Melayu, menyerang Pulai Bali.

Serangan tersebut dilakukan melalui empat jalur, dua armada Majapahit mendarat di Bali selatan setelah melewati Selatan Bali dan Samudra Indonesia.Sedangkan dua armada lainnya mendarat di bagian utara Bali, melalui Laut Bali.

Bala tentara yang dipimpin oleh Gajah Mada dan Adityawarmman mendarat di Puracanak wilayah Jembrana. Kemudian mereka berjalan kaki menuju bagian Bali Utara, daerah Celukanbawang, wilayah barat Buleleng.

Lalu pasukan ini berbelok ke arah pedalaman melalui Gunung Batukau Danau Buyan, Gunung Batur, lalu membelok ke selatan menuju keraton Raja Bali, Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten di daerah Bedahulu, sekarang Bedulu, Gianyar.

Singkat cerita pertempuran pun pecah, tentara Bali berusaha mempertahankan Bedahulu selama beberapa waktu. Bedahulu yang digempur dari tiga jurusan dan tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari rakyat Bali sendiri.

Sebaliknya rakyat Bali justru bersimpati ke tentara Majapahit, karena menganggap rajanya. Akhirnya Bali jatuh ke tangan tentara Majapahit, Raja Bali beserta sanak keluarganya pun menyerah.

Bali pun akhirnya takluk sepenuhnya ke tangan Majapahit di bawah komando Gajah Mada.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.