Magek, Nagari Panjua Anak
Feliks Rolandus Sujono October 02, 2024 02:20 PM
Siang itu hembusan angin terasa begitu dingin di pori kulit, Mentari pun ikut menyembunyikan diri dibalik awan pekat dan menghitam di siang bolong. Dibarengi rintikan hujan yang diterpa angin dari balik bukit Barisan, dari kejauhan, terlihatr dua orang lansia duduk di anak tangga musolah Ruhama, Jorong Ambacang, Nagari Magek, Kecamatan Kamang magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Salah seorang diantaranya bernama Usman. Ia lahir pada tahun 1932 atau sudah menjalani pahit manisnya kehidupan selama 92 tahun. Sembari menunggu giliran pengecekan kesehatan pada posiandu lansia Nagari, Ia memulai cerita ketika ditanyaakan perihal sebuah tugu ikan yang berdiri kokoh di persimpangan jalan depan musolah. Sedikit menjadi sebuah kebingungan bagi pengunjung yang baru pertamakali menginjakan kaki di Nagari ini dengan keberadaan tugu ikan tersebut, pasalnya ketika mengelilingi kampung tidak terlihat aktifitas masyarakat yang membudidayakan ikan atau beternak ikan. Hanya terlihat beberapa kolam ikan yang kurang terawat dan kebanyakan menjadi tempat itik berendam di sore hari.
GAmbar : Pak Usman dan Rekannya. Sumber : Doc. Pribadi
Usman bercerita ketika masa kecilnya hingga masa parubaya aktivitas masyarakat magek khususnya Jorong Ambacang dan Jorong Kasiak, merupakan sentral atau pusat yang cukup besar dan maju dalam hal pembudidayaan ikan, sehingga dibangun sebuah tugu yang menandakan kejayaan dimasanya. Selain itu, aktivitas masyarakat juga kebanyakan beternak ikan. Begitu juga dengan aktifitasnya hanya berada diseputar lingkungan perikanan.
“ dulu waktu apak masih ketek-ketek yo, karajo kami bataranak ikan” jelas pak Usman
Ia juga mengatakan selain mejadi sentra pembudidayaan ikan Nagari Magek juga turut mendistribusikan bibit ikan ke daerah-daerah di Sumatera Barat.
“iyo dari tampek ko bibit ikan di baok ka daerah-daerah lain, sampai juo ka Rao, mangkonyo nagari ko diagia gala nagari panjua anak, anak yang dimaksud tu anak ikan atau bibit ikan” pak usman menjelaskan bahwa nagari magek dahulunya mendistribusikan bibit ikan ke berbagai daerah hingga di juluki “Nagari Penjual Anak”, anak yang dimaksud adalah anak ikan. Dimana anak ikan atau ikan yang di budidayakan dengan cara yang khas dari daerah magek di distribusikan bahkan bagi orang-orang luar daerah luar yang sudah mengenal dan percaya dengan kualitas ikan daerah magek akan datang di setiap hari kamis setiap pekan nya untuk mengambil bibit ikan.
Berdasarkan pengakuan warga Magek, perangkat Nagari dan beberapa orang yang ditemui yang mengetahui magek dahulunya, mereka mayoritas mengatakan Nagari Magek dahulu memang memiliki pembudidayaan ikan yang terkenal tidak hanya di Kabupaten Agam, bahkan terkenal hingga ke daerah-daerah lain di Sumatera Barat. Namun menurut pengakuan Pak Usman, dalam tempo satu dekade belakangan ini pembudidayaan ikan di daerah magek turun drastis. Selain itu menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Agam penghasilan dari pembudidayaan ikan di Kecamatan Kamang Magek, kususnya di Nagari Magek, mengalami penurunan.
Wali Nagari Magek Hizralias, juga membenarkan hal tersebut Ia mengatakan bukan tanpa arti sehingga terdapat sebuah tugu ikan di wilayah Kenagarian nya, memang dahulu nagari Magek terkenal dan mayoritas masyarakat beraktifitas atau berprofesi sebagai pembudidaya atau peternak ikan. Ikan yang di budidayakan juga bermacam macam seperti Ikan khas dari daerah setempat, Ikan Rayo, ikan Paweh dan lainnya. Selain itu terdapat juga jenis ikan lain seperti ikan Mas dan ikan Nila. Namun mirisnya kejayaan pembudidayaan ikan di Nagari Magek tidak lagi berjaya seperti dahulu. Kondisi saat ini menurutnya sangat jauh berubah dari `dekade sebelumnya.
Dr. Eng. Dendi Adi Saputra dosen Teknik Mesin Universitas Andalas, putra daerah magek mengatakan sebagian besar dan menjadi mayoritas penyebab penurunan hasil budidaya ikan di nagari Magek adalah kualitas air yang buruk.
“Air yang masuk dan mengaliri sungai dan parit di nagari magek ini berasal dari sungai batang Agam yang berasal dari arah Bukittinggi dan melalui pusat aktifitas masyarakat, seperti Pasar Atas, Rumah potong daging, Pasar Bawah” Ungkap Dendi.
Ia juga mengatakan selain aliran air yang sudah tercemar masuk ke nagari magek, kualitas air tanah juga tidak baik, kebanyakan kondisinya keruh dan kekuningan bahkan untuk konsumsi sehari-hari mayoritas masyarakat menggunakan depot air atau galon. Kondisi tersebut sudah terjadi bertahun-tahun dan upaya yang yang dilakukan pemerintah hingga saat ini belum optimal walaupun sudah beberpa kali pergantian Bupati namun permasalahan air bersih yang menjadi pokok kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat nagari Magek tidak pernah menemukan jalan keluarnya
Beberapa masyarakat juga mengeluhkan kondisi air bersih yang belum optiml diupayakan pemerintah, mereka mengatakan karena kondisi air aliran dan juga air tanah yang ada di nagari magek tercemar, hal tersebut cukup mengganggu dan menjadi penghambat kegiatan pokok masyarakat seperti untuk makan,minum,cuci,kakus sealain itu kondisi ini juga mengganggu kegiatan masyarakat pada sektor pertanian dan perikanan.
“ Kalau di gunuan aia ko ka tanaman, hasil panen jo kualitas tanaman buruak, kalau di baok ka tabek aia ko pasti ikan dan berkembang ataundak mati” ungkap salah satu Wali Jorong.
Ia mengatakan untuk sektor pertanian jika kedua sumber air tersebut digunakan maka kualitas tanaman seperti padi, palawija dan lainya akan buruk atau paling tidak panen akan menurun. Begitu juga jika digunakan untuk budidaya ikan, maka kualitas ikan akan burukk, bibit juga tidak baik kualitasnya, selain itu pada kenyataan nya karena masyarakat sudah menggunakan kedua sumber air tersebut selama bertahun-tahun, dalam satu dekade terakhir budidaya ikan di Magek mengalami penurunan yang signifikan, bahkan saat ini masyarakat magek tidak lagi menggembangkan dan menjalankan usaha ternak ikan.
Dari kondisi tersebut melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dilaksanakan di Nagari Magek. Dr Dendi Saputra selama periode tiga tahun berturut mengadakan program utama yaitu Air bersih dan pembibitan ikan. Sehingga melalui kegiatan pengabdian masyarakat mahasiswa yang terjun ke masyarakat tahu dan peka akan kesulitan yang dikeluhkan dan mencari solusi atas permasalahan tersebut sebagai bentuk implementasi atas semua ilmu yang di dapatkan di perguruan tinggi. Selain itu beberapa program juga bekerja sama dengan dinas terkait untuk menjalakan program tersebut, seperti pengadaan bibit ikan bekerjasama dengan DPRD ( Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dan dinas Perikanan Kabupaten Agam.
Modal Rp100.000 Mahasiswa Adakan Filter Air
Selain menjalakan program utama untuk target masyarakat luas, mahasiswa yang menjalakan KKN juga turut mengimplementasikan ilmu yang sudah didapatkan seperti ilmu pertanian, peternakan, kesehatan, teknik dan banyak lagi, salah satunya adalah mahasiswa teknik yang menerapkan kajian ilmunya untuk membuat filter air bersih langsung kepada target rumah tangga.
Selain karena merupakan kewajiban proker, sebagian masyarakat juga meminta mahasiswa untuk membantu menerapkan filter air yang disosialisasikan langsung ke rumah tangga
“Untuk membuat filter air sederhana yang bisa langsung diterapkan untuk rumah tangga estimasi biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp100.000 untuk satu filter” ungkap Aji mahasiswa Teknik Mesin Universitas Andalas yang melakukan KKN di Nagari Magek.
Gambar : Mahasiswa Membuat Filter Air Bersih Untuk Masyarakat. Sumber: Doc. Pribadi
Ia mengatakan biaya yang dikeluarkan tersebut untuk membeli peralatan yang dibutuhkan seperti Karbon Aktif, Ember, arang, spons yang bertujuan menyaring partikel partikel penyebab pencemaran air. Selain menjalankan program utama Aji mengatakan menerima permintaan dari masyarakat untuk membantu `perancanganya.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.