Sri Mulyani Soroti RI Deflasi 5 Bulan Beruntun, Daya Beli Konsumen Jadi Fokus
kumparanBISNIS October 04, 2024 03:20 PM
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti Indonesia yang mengalami deflasi selama 5 bulan beruntun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2024, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
Sri Mulyani mengatakan deflasi lima bulan berturut-turut terjadi karena turunnya harga pangan. Penurunan harga pangan, yang sempat melonjak tinggi pada tahun sebelumnya, dinilai menguntungkan konsumen yang sebagian besar pengeluarannya terfokus pada kebutuhan makanan.
“Kalau saya lihat dari sisi perkembangan inflasi, atau tadi disebutkan deflasi 5 bulan berturut-turut, di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food. Itu adalah memang hal yang kita harapkan bisa menciptakan level harga makanan di level yang stabil rendah, karena itu baik untuk konsumen di Indonesia,” kata Sri Mulyani kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jumat (4/10).
Meski begitu, Sri Mulyani juga menekankan komposisi inflasi perlu dilihat lebih dalam. Terutama yang berasal dari core inflation, atau inflasi inti yang mencerminkan permintaan agregat. Inflasi inti Indonesia pada September 2024 tercatat 0,16 persen.
Di samping itu, Sri Mulyani mengatakan daya beli masyarakat masih ada dalam level yang stabil dan tinggi. Tercermin dari beberapa indikator seperti keyakinan konsumen, kepercayaan konsumen, hingga dari sisi retail.
"Apakah indeks kepercayaan konsumen, konsumen confidence, atau indeks retail, atau indeks purchasing mereka, pembelian mereka, kita melihat masih pada level yang stabil dan tinggi. Artinya tidak ada koreksi yang tajam tiba-tiba menurun tajam," ungkap Sri Mulyani.
Menurutnya, jika dilihat dari persepsi kelas menengah, maka tren pada kelompok tersebut harus didata. Sri Mulyani menyebut saat ini ada sebagian dari kelompok kelas menengah turun ke kelompok rentan.
"Ada sebagian kelas menengah yang turun kepada kelompok yang rentan, tapi dari kelompok miskin ada yang naik, masuk kepada kelompok yang menjadi aspiring middle. Jadi dalam hal ini kita melihat adanya dua indikator, yang miskin naik, tapi yang kelas menengah turun," ungkap Sri Mulyani.
Sri Mulyani menuturkan turunnya masyarakat kelas menengah ini dipicu oleh inflasi. Ia mengatakan, inflasi yang tinggi telah membuat garis kemiskinan ikut naik.
"Namun kita tetap mendengar ya dalam hal ini, umpamanya terjadinya PHK di satu tempat, tapi disisi lain ada job creation. Menurut statistik 11 juta lebih dalam 3 tahun terakhir, angkatan kerja baru atau lapangan kerja baru terbuka," tutur Sri Mulyani.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.