AMRO 2024: Ekonomi Kawasan ASEAN+3 Dibayang-bayangi Ketegangan Geopolitik
kumparanBISNIS October 10, 2024 05:20 PM
The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) meluncurkan Laporan Stabilitas Keuangan ASEAN+3 (AFSR 2024), yang menganalisis perkembangan pasar terkini dan potensi risiko di kawasan ASEAN+3. Laporan tersebut sekaligus menawarkan analisis komprehensif tentang beberapa tantangan utama yang dihadapi kawasan tersebut.
Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor mengatakan sejak Desember 2023, risiko keuangan di kawasan ASEAN+3 telah berkembang. Sementara beberapa risiko seperti inflasi tinggi, suku bunga lebih tinggi untuk jangka panjang telah mereda, sedangkan risiko lainnya ketegangan geopolitik telah meningkat.
"Kawasan ini siap menghadapi berbagai risiko dan tantangan terhadap stabilitas keuangan dalam jangka pendek hingga jangka panjang," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/10).
Pada semester pertama tahun 2024, telah mengalami pelonggaran kondisi keuangan global karena Federal Reserve AS (Fed) mengakhiri siklus kenaikan suku bunga kebijakannya.
Pergerakan pasar terutama dipengaruhi oleh ekspektasi seputar tindakan Fed. Namun, pada kuartal ketiga tahun 2024, ketidakpastian tentang prospek pertumbuhan AS, yang diperparah oleh penghentian perdagangan yen, memicu volatilitas pasar yang signifikan.
Fed memulai pelonggaran moneternya pada bulan September, yang telah menyebabkan pelonggaran kondisi moneter, tetapi ketidakpastian seputar inflasi dan prospek pertumbuhan masih ada.
Selain itu, situasi geopolitik di Timur Tengah masih rapuh dan hasil pemilihan presiden AS yang akan datang tetap menjadi sumber utama ketidakpastian bagi pasar keuangan.
"Secara keseluruhan, risiko terhadap stabilitas keuangan di ASEAN+3 pada tahun 2024 tampak lebih rendah dibandingkan pada tahun 2023," kata Hoe Ee Khor.
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. Foto: Nugroho Sejati/kumparan

Peluang ASEAN Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Menurutnya, iklim pertumbuhan dan disinflasi yang kuat saat ini memberikan peluang bagi para pembuat kebijakan regional untuk mengurangi utang, membangun kembali ruang kebijakan, dan memperkuat kapasitas fiskal guna mengelola potensi guncangan dengan lebih baik.
"Mengisi kembali cadangan devisa selama arus masuk modal dapat lebih meningkatkan keyakinan pasar dan memberikan penyangga terhadap volatilitas pasar yang ekstrem," kata Hoe Ee Khor.
Adapun kajian tematik dalam AFSR 2024 memberikan analisis mendalam tentang risiko-risiko khusus yang dihadapi kawasan ini. Sementara ASEAN+3 tetap rentan terhadap guncangan keuangan makro dari negara-negara ekonomi maju utama dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Di sisi lain, meningkatnya interkonektivitas sistem keuangan ASEAN+3 menggarisbawahi perlunya mengambil pandangan ekonomi makro dan keuangan holistik di kawasan ini untuk melindungi diri dari risiko sistemik.
"Penurunan pasar properti yang dipicu oleh pandemi COVID-19 dan inflasi yang tinggi telah menimbulkan kekhawatiran tambahan, karena melemahnya permintaan dan kondisi keuangan yang ketat di beberapa negara telah berdampak buruk pada kesehatan keuangan pengembang properti, yang menyebabkan penurunan profitabilitas, likuiditas, dan kapasitas pembayaran utang," jelas Hoe Ee Khor.
Dia menilai penyangga modal yang kuat di sektor perbankan tampaknya telah mengurangi risiko spillover dari pasar properti, tetapi ancaman yang kurang terlihat dari bank-bank lokal yang lebih kecil dan aktivitas perbankan bayangan yang terkait dengan sektor properti mengintai, memerlukan pemantauan ketat dan mungkin memerlukan intervensi regulasi.
Houthi Media Centre/Handout via REUTERS Foto: REUTERS
Menurutnya, ketergantungan kawasan ini yang tinggi terhadap dolar AS untuk aktivitas keuangan lintas batas menimbulkan dua risiko besar.
Pertama, potensi kekurangan pendanaan dalam dolar AS, yang dapat mengganggu stabilitas pasar keuangan dan lembaga perantara. Kedua, penularan guncangan global melalui dolar AS, terutama selama periode pengetatan moneter atau ketegangan geopolitik.
Adapun sejumlah rekomendasi kebijakan dalam jangka pendek pada laporan tersebut. Ekonomi ASEAN+3 harus tetap waspada terhadap risiko kenaikan inflasi, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan global.
Pemantauan berkelanjutan terhadap dampak internasional sangat penting, di samping peningkatan pengawasan dan kerja sama ekonomi makro dan keuangan regional.
"Langkah-langkah penting termasuk memperkuat pengawasan lintas batas dan berbagi data, melakukan uji stres regional, meningkatkan pengawasan tuan rumah, dan memperkuat jaring pengaman keuangan regional," ujarnya.
Langkah-langkah untuk menstabilkan sektor properti harus dilaksanakan guna mencegah perusahaan-perusahaan yang secara fundamental sehat mengalami gagal bayar akibat ketatnya kondisi kredit akibat memburuknya pasar, sekaligus meningkatkan kesehatan lembaga-lembaga keuangan dengan eksposur yang signifikan, terutama bank-bank kecil dan lembaga-lembaga keuangan nonbank (NBFI).
Kepulan asap mengepul setelah serangan udara Israel di desa Khiam di Lebanon selatan dekat perbatasan dengan Israel, Senin (7/10/2024). Foto: AFP
Untuk memperkuat ketahanan terhadap guncangan eksternal dalam lingkungan yang bergantung pada dolar, negara-negara ASEAN+3 harus memperkuat fundamental ekonomi dan keuangan mereka, meningkatkan kerangka pengawasan untuk memantau likuiditas dolar AS, memperkuat langkah-langkah makroprudensial bagi bank dan lembaga keuangan nonbank, dan memberikan dukungan pembiayaan kepada negara-negara anggota yang mengalami tekanan likuiditas dolar AS.
Lebih jauh, mengurangi ketergantungan struktural pada dolar AS dalam jangka menengah hingga panjang dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dan mengembangkan sistem pembayaran lintas mata uang harus menjadi prioritas utama.
"Untuk mengatasi berbagai risiko dan tantangan jangka pendek hingga jangka panjang terhadap stabilitas keuangan ASEAN+3, kawasan ini harus bersatu dan berupaya mencapai ketahanan dan stabilitas," tegas Dr. Khor.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.