AI Bisa Dorong PDB RI, Pelatihan - Pendidikan Skill Praktis AI Perlu Digenjot
kumparanTECH October 10, 2024 07:22 PM
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berpotensi membawa nilai ekonomi yang besar. Sebuah riset Kearney menemukan AI dapat menyumbang 366 miliar dolar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2030 dan hampir 1 triliun dolar AS terhadap PDB Asia Tenggara.
Potensi yang sangat besar ini diharapkan dapat mendorong integrasi dan pemanfaatan AI oleh banyak pihak di berbagai sektor di Indonesia. Namun faktanya, adopsi teknologinya untuk tujuan ekonomi belum begitu besar.
Rio Ferdinand Kiantara, founder dan CEO Advisia Group sekaligus Direktur Keanggotaan dan Komersialisasi KORIKA (Kolaborasi Asosiasi Riset dan Inovasi Industri AI), mengatakan, bahwa adopsi teknologi AI di Indonesia masih dalam tahap awal atau early stage. Sejauh ini, baru perusahaan besar dengan pegawai di atas 100 orang yang sudah menggunakan kecerdasan buatan, sementara di pemerintah penggunaannya masih terbatas.
Bagi korporasi dan pemerintah, teknologi AI belum dipandang secara utuh. Sejumlah pihak memandangnya sebatas teknologi yang memberikan layanan otomatisasi bagi operasional perusahaan, padahal, AI bisa dimanfaatkan lebih dari itu. Rio berkata, penerapan AI bisa memberikan insight dan analisis yang jauh lebih mendalam. Dua hal itu berperan penting dalam mengambil keputusan bisnis agar tidak salah langkah di masa depan.
“Orang menganggap AI itu sama kayak automation. Ya, automation itu memang salah satu fungsinya, melakukan otomatisasi bisnis atau operasional apa pun. Tapi ujung-ujungnya yang lebih keren dari AI itu adalah kemampuan untuk menghasilkan analitik, bisa menghasilkan insight, itu masih belum dianggap hal yang penting di Indonesia,” ujar Rio.
Data ini ia temukan dari hasil survei Advisia Group, bersama dengan KORIKA dan IBM, per Maret 2024.
"Kalau dibandingkan negara lain, misal Malaysia, jujur kita jauh banget," kata Rio kepada kumparan beberapa waktu lalu. "Di Malaysia, level UMKM kayak restoran, atau medium enterprise-nya, sudah pakai (AI) buat customer service-nya."
"Di Indonesia mungkin yang baru pakai cuma level enterprise, perusahaan besar. Saya lihat masih perlu banyak edukasi dari pemain AI-nya."
Ilustrasi Talenta Digital di bidang Artificial Intelligence (AI). Foto: Abid Raihan/kumparan
Adapun korporasi yang mulai memprioritaskan adopsi AI, bergerak di bidang manufaktur hingga perbankan. Sebanyak 62 persen perusahaan mengaku memanfaatkan kecerdasan buatan untuk efisiensi biaya guna menghasilkan kepuasan pelanggan.
Di lain pihak, CEO Kata.ai, Irzan Raditya, menyebut industri di sektor telekomunikasi, perbankan, fintech, dan e-commerce sudah menggunakan artificial intelligence dalam bisnisnya. Mereka memakai AI buat otomatisasi, analisis data, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
"Kampus dan industri di Indonesia sudah mulai mengejar tren AI, tapi masih banyak yang harus dilakukan," ucap Irzan.

Tantangan Adopsi AI: Sumber Daya Manusia

Meski sudah mulai banyak yang mengadopsi AI, sejumlah perusahaan masih mengalami kendala dalam memanfaatkannya. Hampir setengah dari bisnis di Indonesia, atau 48 persen responden, ditemukan tengah berjuang dengan kesenjangan keterampilan digital, yang meliputi kurangnya pemahaman tentang potensi AI bagi produktivitasnya, praktik ketangkasan dalam mengadopsi perubahan baru, dan kesulitan dalam menarik talenta AI.
Sumber daya manusia (SDM) memang menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya mengadopsi AI. Masalahnya, pengembangannya membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
"Karena tidak ada keseriusan, jadinya secara spending perusahaan di Indonesia ke R&D (riset dan pengembangan) rendah. Kurang komitmen," tambah Rio.
"Investasi di Indonesia itu masih kurang. Enggak ada duit, enggak ada modal, bagaimana pemain lokal bisa flourish, bisa bersaing dengan tingkat internasional?"
Ilustrasi Talenta Digital di bidang Artificial Intelligence (AI). Foto: Abid Raihan/kumparan
Padahal, pengembangan talenta AI sangatlah penting. Hal itu telah diamanatkan dalam Surat Edaran (SE) Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial. Penguatan keterampilan SDM Indonesia dalam bidang AI memungkinkan tenaga kerja kita untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital yang semakin mengandalkan teknologi.
Pendidikan dan pelatihan menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan keterampilan dalam bidang AI. Tanpa investasi yang signifikan dalam pendidikan dan pelatihan AI, Indonesia berpotensi kehilangan peluang besar dalam pertumbuhan PDB pada 2030 mendatang.
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan program-program pelatihan yang menjawab kebutuhan industri. Selain itu, peran universitas dan lembaga pendidikan juga sangat krusial dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan AI dunia.
"Jadi, solusinya adalah kolaborasi lebih erat antara kampus dan industri, biar lulusan siap kerja dan industri bisa lebih cepat adopsi teknologi AI dari inovasi kampus," ujar Irzan.
"Di kampus, seperti di Binus dan ITB, sudah mulai ada mata kuliah AI dan program riset. Namun yang perlu lebih diperhatikan adalah skill-skill praktis yang langsung bisa dipakai di industri."

Inisiatif Samsung Solve for Tomorrow dalam Pengembangan Talenta AI

Selain melalui pembelajaran di kampus, program pengembangan talenta AI adalah salah satu jalur yang perlu didorong. Yang saat ini sedang berjalan di Indonesia, adalah Samsung Solve for Tomorrow (SFT). Ia bisa dimanfaatkan dalam pengembangan talenta AI di Indonesia untuk siswa sekolah menengah atas (SMA, SMK, dan MA) serta mahasiswa (D3, D4, dan S1).
Samsung Solve for Tomorrow. Foto: Samsung
Samsung SFT bertujuan menginspirasi dan mengedukasi generasi muda dalam memecahkan masalah sosial melalui inovasi teknologi. Melalui program ini, para peserta diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics), termasuk AI, yang berpotensi besar membantu Indonesia menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.
Samsung SFT 2024 secara tak langsung membiasakan generasi muda untuk memanfaatkan AI dengan etika yang baik. Ini akan berguna bagi anak muda ketika mereka telah memanfaatkan AI guna mendorong kreativitas dan produktivitas kerja masa depan. Sejumlah penyedia layanan AI berlomba-lomba mengembangkan Large Language Model (LLM) secara besar-besaran untuk berbagai kebutuhan. Mereka juga mengembangkan kemampuan generate visual lebih kompleks dan cepat.
Oleh karenanya, lembaga riset dan konsultan teknologi Gartner, memprediksi bahwa pasar AI akan mencatatkan pertumbuhan tahunan di atas 50 miliar dolar AS. Hal ini salah satunya dipicu banyaknya permintaan industri atau bisnis untuk menyediakan layanan AI kepada penggunanya.
Menurut Fikri Arif Wicaksana, Lead Mentor Extra Class AI program Samsung SFT 2024, sektor bisnis banyak mengadopsi layanan AI seperti ini karena telah menciptakan value besar dalam alur kerja yang lebih produktif dan kreatif.
"Dalam era digital yang semakin kompleks, bisnis yang tidak memanfaatkan AI akan tertinggal. AI dapat membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih baik, memprediksi tren pasar, dan mengembangkan produk dan layanan yang inovatif. Dengan mengintegrasikan AI ke dalam strategi bisnis, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan," ujar Fikri.
Kembali ke program Samsung SFT 2024. Detail program ini bakal melatih anak-anak muda Indonesia untuk memanfaatkan AI sebagai alat yang memberikan solusi pada tantangan mereka atau lingkungannya, lalu diharapkan memperbaiki kualitas hidup manusia, dan hal-hal yang bermanfaat lainnya.
"SFT adalah peluang bagus yang dapat dimaksimalkan bagi anak muda Indonesia untuk mempelajari AI dan meraih kompetensi yang tidak hanya berguna sekarang, tapi juga untuk masa depan yang lebih baik.”
Lebih dari 600 tim (2.400 peserta) telah mendaftar untuk mengikuti Samsung SFT 2024, dan sebanyak 537 tim (2.148 peserta) memenuhi syarat untuk melanjutkan keikutsertaan mereka di Samsung SFT 2024 di babak penyisihan dan dapat mengikuti Workshop Design Thinking. Sebanyak 40 tim dari masing-masing kategori peserta di semifinal akan dipilih sebanyak 15 tim dari masing-masing kategori oleh tim juri untuk masuk ke babak final.
Tahun ini, 53 persen tim yang lolos ke semifinal mengambil tema Lingkungan dan Keberlanjutan menjadi tema yang paling banyak diminati. Sementara itu, 28 persen peserta memilih tema Kesehatan dan Kesejahteraan, dan 20 persen lainnya memilih Pendidikan dan Pembelajaran.
Sebanyak 80 tim dengan ide kreatif dan inovatif yang mengusung ketiga tema itu akan dipertajam bersama para mentor dari Samsung Electronics Indonesia, Samsung R&D Institute Indonesia, dan partner operasional Samsung SFT 2024. Kemudian dilanjutkan dengan kelas AI di mana mereka akan diberikan materi AI for Designer sebagai tambahan pembelajaran untuk memperkaya pengetahuan mengenai penerapan AI dalam pengembangan solusi inovatif, khususnya dalam desain prototipe.
Saat ini, sudah ada 15 tim yang berhasil lolos ke babak final Samsung Solve for Tomorrow 2024 untuk kategori SMA, SMK, dan MA, serta 15 tim kategori Perguruan Tinggi. Para finalis ini nantinya akan bersaing untuk menjadi juara berdasarkan pilihan juri, dan People Choice Awards dengan vote terbanyak. Berikut hadiah yang bisa didapatkan untuk masing-masing kategori:
Dengan begitu, Samsung SFT 2024 turut berkontribusi dalam menyiapkan SDM yang siap beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan, yang didominasi oleh teknologi AI dan otomasi, sesuai dengan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia yang dicanangkan pemerintah.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.