Ika Wonda Meninggalkan Desing Tembakan, Menyambut Bising Dukungan Para Fan
kumparanBOLANITA October 19, 2024 07:20 PM
Nama Ika Wonda kini mencuat sebagai salah satu pesepak bola muda paling bersinar di MilkLife Soccer Challenge (MSC). Di series Solo, Ika tak cuma menyabet gelar sebagai top scorer dengan torehan 32 gol, tapi juga membawa timnya, SD Kristen Manahan Solo, keluar sebagai juara.
Pada series kedua Solo yang berlangsung di Lapangan Kota Barat pada 16-20 Oktober, Ika semakin menunjukkan dominasinya. Ia saat ini mengukirkan namanya di daftar pencetak gol terbanyak sementara dengan torehan 34 gol, lebih dua gol dari capaian sebelumnya.
Serentetan prestasi itu membuatnya cepat dikenal oleh segelintir warga Solo. Bahkan, ketika Ika Wonda bertarung di Skill Challenge kategori 1 on 1, tim lawan sampai takjub melihat keterampilan yang dimilikinya.
“Senang banget dan gembira,” kata Ika dengan mata berbinar ketika ditanya bagaimana perasaannya bisa semakin dikenal lewat prestasinya di sepak bola.
Jumat, 18 Oktober kemarin, kumparanBOLANITA berkesempatan mengunjungi rumah orang tua asuh Ika di Solo. Hanya membutuhkan 15 menit untuk tiba di sana dari Lapangan Kota Barat.
Sesampainya kami di sana, ada Kurniawan Iman—ayah angkat Ika—yang langsung menyambut kami dengan senyuman lebar. Ia antusias membagikan kisah seputar perjalanan Ika di dunia sepak bola hingga kini anak asuhnya itu mulai dikenal banyak orang.
"Satu, saya bangga ya. Yang kedua, ini bukti bahwa anak Papua juga bisa berprestasi. Mungkin beda kalau dibandingkan anak Jawa. Ika di sini sendirian, jauh dari rumah, tapi kariernya cemerlang. Itu kebanggaan buat dia sendiri dan kami yang mendukungnya," ujar Iman dengan nada bangga.
Ika Wonda, peserta MilkLife Soccer Challenge Solo Series 2 2024. Foto: Aji Nugrahanto/kumparan
Ika memang bukan anak yang biasa. Sebagai anak Papua yang tinggal jauh dari tanah kelahirannya, ia sering menghadapi tantangan yang tidak dialami oleh teman-temannya di Jawa.
Salah satunya ketika ia mendapat perlakuan diskriminatif karena warna kulitnya. "Dia dikucilkan. Dibilang, 'Kamu hitam, jelek,' tapi ternyata skillnya lebih dari anak-anak Jawa," cerita Iman.
Bagi Iman, menyaksikan perkembangan bakat yang dimiliki Ika adalah suatu kebanggaan yang tak ternilai.
"Saya sangat sayang sama anak-anak itu. Kalau cerita soal mereka, saya hampir selalu menangis. Tadi aja pas ngomongin mereka, rasanya kasihan. Anak-anak di sana, seperti Ika, kalau nggak di Jawa, mereka mau jadi apa?" ujar Iman sambil mengingat kondisi sulit di Papua.
Ika Wonda, peserta MilkLife Soccer Challenge Solo Series 2 2024, bersama keluarganya. Foto: Aji Nugrahanto/kumparan
Menurut Iman, lingkungan yang penuh konflik di Papua membuat pendidikan dan masa depan anak-anak di sana menjadi terancam. Sekolah yang sering terganggu, bahkan tutup akibat konflik, membuat masa depan mereka semakin tidak pasti.
"Sekolah saja dua minggu sekali baru masuk. Apalagi kalau ada gencatan senjata, bisa libur satu bulan. Kalau dengar ada suara tembakan itu bisa libur satu bulan mungkin," jelas Iman.
Namun, di tengah semua kesulitan itu, Ika tetap mampu tampil gemilang di lapangan. Berada di Solo memberinya kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensinya yang luar biasa.
Di bawah bimbingan orang tua asuhnya, ia tak hanya menjadi bintang di MilkLife Soccer Challenge, tetapi juga mendapatkan pendidikan yang layak—sesuatu yang mungkin sulit diraihnya jika tetap tinggal di Papua.
Bagi Iman, Ika adalah simbol harapan bagi banyak anak Papua lainnya. "Mereka yang di sini adalah anak-anak paling beruntung. Kalau mereka tidak bersyukur dan tidak mengembangkan bakat mereka, itu akan sangat disayangkan," kata Iman.
Iman juga berharap agar Ika tetap rendah hati dan terus bermimpi besar. Menurutnya, keberhasilan Ika di Jawa seharusnya menjadi motivasi untuk membangun daerah asalnya suatu hari nanti.
"Saya selalu bilang ke Ika, kembalilah ke Papua untuk membangun tanah kelahiranmu. Gapailah mimpimu dan buktikan bahwa kalian bisa. Anak-anak Papua itu hebat, cerdas, dan penuh potensi," ujarnya dengan harapan besar di matanya.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.