TIMESINDONESIA, SURABAYA – Investasi properti bukan kegiatan yang mengandalkan intuisi semata, namun lebih kepada melakukan akuisisi lahan secara strategis, mampu meramal masa depan dengan mengetahui pola pembangunan perkotaan, memprediksi pergerakan manusia, perencanaan kota, dan rezonasi.
Hal inilah yang menjadi salah satu kunci sukses Iwan Sunito, CEO dan Founder ONE Global Capital, perusahaan investasi yang berbasis di Sydney, Australia.
Iwan mengungkapkan, investasi properti yang dilakukannya di Five Dock—kawasan pinggiran Kota Sydney—bersama beberapa koleganya membuahkan hasil.
“Jika 20 tahun lalu, saat kami mengakuisisi lahan di Five Dock, harganya masih AUD15 juta, saat ini berdasarkan valuasi terbaru, nilai lahan di Five Dock melonjak menjadi AUD110 juta,” ucap Iwan Sunito, Selasa (5/11/2024).
Menurutnya, rezonasi atau rencana pembangunan berdensitas tinggi oleh pemerintah negara bagian New South Wales di Five Dock turut berperan dalam lonjakan harga yang terjadi di kawasan ini.
“Kita harus memahami, bahwa nilai properti naik-turun. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan investasi properti dengan rasio utang rendah yang sangat konservatif, karena investasi dengan rasio utang tinggi, cenderung menjebak Anda ke dalam kesalahan,” katanya.
Hal lain yang patut diingat, menurut Iwan, adalah bahwa properti memiliki siklus dan kita tidak dapat memprediksi siklus tersebut.
“Untuk itu, ada tiga hal yang selalu kami lakukan, yaitu: membeli dengan baik, menambah nilai jual, dan menjualnya dengan baik,” tuturnya.
“Anda tidak menghasilkan uang dengan menjual, namun Anda menghasilkan uang dengan membeli. Jadi, Anda harus pastikan bahwa Anda membeli dengan sangat baik," sambung Iwan.
Setelah kesuksesan penawaran perdana saham One Global Retail, Iwan Sunito menjelaskan rencana ke depannya melalui One Global Capital Fund Management Paltform yang baru saja diluncurkan.
One Global Capital berhasil mendapatkan lisensi wholesales pada Kuartal IV 2024, yang mengizinkan One Global Capital untuk menawarkan produk investasi kepada sekelompok investor terpilih yang dianggap memilik visi dan misi yang sama.
"Kami berencana untuk meluncurkan penawaran berikutnya di pasar dalam beberapa pekan ke depan dengan harga yang menarik,” ungkap Iwan.
Kendati demikian, tukasnya, perlu diingat bahwa setiap investasi memiliki risiko. Setiap investasi memiliki pasang surut, tetapi dia ingin memastikan bahwa pihaknya menjaga agar para investor tetap aman.
“Itulah sebabnya saya membawa mantan CEO Land Lease menjadi anggota dewan direksi. Saya ingin memastikan bahwa tata kelola perusahaan ditetapkan di perusahaan. Saya ingin memastikan sistem pemeriksaan dan keseimbangan yang tepat, transparansi, dan yang terpenting, perlindungan atas para investor sebagai prioritas utama kami,” paparnya.
Iwan Sunito pun mengaku dirinya cukup beruntung, karena selama 25 tahun terakhir tidak pernah kehilangan uang dalam investasi yang dilakukannya.
Bahkan, dia pun memiliki rencana untuk mengakuisisi beberapa aset Crown Group lain. Pasalnya, Iwan mengetahui dengan baik produk tersebut beserta nilainya, sehingga dia tahu harga yang harus dibayar.
“Saya sangat mengenal Sydney, dan saya menargetkan One Global Capital Fund Management Paltform akan menjadi yang terbesar di Sydney dalam beberapa tahun mendatang,” tutur Iwan Sunito.
Di samping itu, Iwan Sunito juga optimistis melihat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan, pria kelahiran Surabaya ini memiliki keyakinan, Indonesia dapat menjadi yang terdepan dalam investasi global.
Selain itu, populasi penduduk Indonesia yang lebih dari 275 juta jiwa, menjadi nilai tambah yang dimiliki negara ini.
“Namun, yang perlu dilihat bukanlah besaran jumlah penduduk, namun besaran modal dan sumber daya, kapasitas pendanaan, serta pertumbuhan di masa depan,” ujar Iwan Sunito.
Menukil data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), total penduduk Indonesia hingga semester I 2024 mencapai 282.477.584 jiwa.
Sementara itu, berdasarkan sebaran per provinsi, jumlah penduduk terbanyak ada di Pulau Jawa dengan besaran 55,93% (157.393.610 jiwa), disusul Sumatera sebesar 21,81% (61.583.691 jiwa), Sulawesi sebesar 7,36% (20.783.350 jiwa), dan Kalimantan sebesar 6,18% (17.454.078 jiwa).
"Kita melihat, pada tahun 1960-an terjadi gelombang imigran dari Lebanon dan Vietnam ke Australia, kemudian gelombang investasi dari Hong Kong ke Australia pada tahun 1996. Saya juga melihat gelombang investasi Korea ke Australia dan saat ini gelombang imigran dari China ke Australia terjadi sejalan dengan semakin makmurnya negara tersebut,” paparnya.
Menurut Iwan Sunito, kini sudah saatnya Indonesia belajar cara tumbuh secara global. Mungkin ini akan menjadi proses belajar yang terlambat, tetapi setidaknya kita sudah memulainya.
“Sudah saatnya Indonesia belajar cara tumbuh secara global,” katanya.
Menurut Iwan Sunito, investasi Indonesia ke Australia per tahun sebesar AUD2 miliar, atau dua kali lipat dari investasi Australia ke Indonesia yang hanya AUD1 miliar. Dan angka tersebut akan terus bertumbuh.
Dia memberi contoh, peminat dari penawaran perdana saham One Global Retail yang melonjak hingga tiga kali lipat, menjadi bukti nyata kekuatan investasi Indonesia termasuk diaspora Indonesia di pasar global.
“Visi kami di One Global Capital adalah sebagai jembatan investasi Indonesia ke luar negeri, terutama ke Sydney, di mana kami mempunyai kekuatan dan track record selama lebih dari dua dekade. Dan Jika saya bisa menjadi bagian dari pertumbuhan Indonesia menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia, saya akan merasa sangat bangga dan terhormat,” ungkap Iwan Sunito. (*)