AMAZON - Mendengar nama gurun Sahara dan hutan Amazon, sebagian orang tentu sudah tidak asing lagi. Meski letaknya berjauhan, keduanya ternyata memiliki hubungan tersendiri yang menarik diketahui.
Gurun Sahara dikenal sebagai gurun panas terbesar di dunia. Terletak di Afrika Utara, luasnya diperkirakan mencakup hampir sepertiga luas benua Afrika.
Sementara itu, hutan Amazon merupakan hutan hujan terbesar di dunia. Membentang seluas 5.500.000 kilometer persegi, keberadaannya dilalui oleh beberapa negara seperti Brasil, Peru, Kolombia, Bolivia, Ekuador, Venezuela, hingga Guyana.
Hubungan Gurun Sahara dan Hutan Amazon
Tak banyak orang yang menyangka bahwa hutan hujan terbesar di dunia, hutan Amazon, menggantungkan hidupnya pada gurun Sahara. Hal ini diungkap dari NASA melalui satelitnya, Calipso.
Mengutip laman Science Nasa, angin kencang Sahara mengirimkan awan debu yang sangat besar dalam perjalanan lintas Atlantik ke cekungan Amazon setiap tahunnya. Menariknya, debu dari Sahara itu ternyata bisa menjadi sumber 'nutrisi' untuk hutan Amazon.
Dari 182 juta ton debu yang meninggalkan Sahara setiap tahunnya, sekitar 27,7 juta ton atau 15 persen di antaranya tersebar di lembah Amazon. Sebagian besar debu itu mengandung zat fosfor yang merupakan unsur penting bagi kesuburan tanaman dan berperan sebagai pupuk bagi hutan hujan tersebut.
Terkait asalnya, debu itu sebagian berasal dari dasar danau purba di Chad yang kaya akan fosfor. Saat mencapai hutan hujan Amazon, sisa-sisa organisme yang terbawa menyediakan nutrisi penting bagi flora di sana.
Data-data yang dikumpulkan satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation atau CALIPSO mengungkap jutaan ton debu dari Sahara akan bergabung dengan awan hujan di atas langit Amazon. Saat turun kembali ke bumi, debu-debu tadi berubah menjadi pupuk yang bakal membuat hutan Amazon semakin subur.
Satelit Calipso pada pemantauannya menggunakan laser range finder atau lidar untuk memindai atmosfer Bumi guna mengetahui distribusi vertikal debu dan aerosol lainnya. Alat ini secara teratur melacak gumpalan debu dari Sahara menuju Amazon.
Hasil lain yang diungkap Calipso adalah variabilitas hubungan tersebut yang berubah hingga 86 persen antara tahun 2007 dan 2011. Para peneliti dalam hal ini menemukan kemungkinan hubungan antara curah hujan di Sahel dan jumlah debu yang diangkut melalui Atlantik.
Saat curah hujan di Sahel lebih tinggi, volume debu lebih rendah. Alasannya didasarkan pada kemungkinan peningkatan curah hujan yang menyebabkan lebih banyak tumbuhan tumbuh di Sahel, sehingga mengurangi paparan angin kencang terhadap pasir.
Demikian ulasan mengenai hubungan gurun Sahara dan hutan Amazon yang jarang diketahui.