Kurangnya Daya Beli Masyarakat Hambat Ekspansi Bisnis UMKM
Catur waskito Edy November 07, 2024 07:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Masalah pada bisnis di sektor UMKM belum selesai. Setelah sebelumnya kredit macet di sektor tersebut sempat membengkak, kini ekspansi bisnis UMKM juga mengalami perlambatan.

Hal itu terungkap dalam Indeks Bisnis UMKM Triwulan III/2024 yang dipublikasikan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

Dalam publikasi itu diketahui ekspansi bisnis UMKM pada kuartal III/2024 melambat, tercermin dari Indeks Bisnis UMKM yang berada pada level 102,6 atau lebih rendah dari periode sebelumnya yakni 109,9.

“Penurunan ini disebabkan turunnya daya beli masyarakat, normalisasi permintaan pasca-perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), normalisasi produksi pertanian pasca-panen raya, kenaikan harga barang input, dan persaingan yang semakin ketat,” ujar Supari, Direktur Bisnis Mikro BRI, dikutip dalam keterangan resminya, Rabu (6/11).

Sebanyak lima komponen Indeks Bisnis UMKM memiliki indeks di atas 100, sementara tiga komponen lain menurun di bawah 100.

Indeks terendah terlihat pada komponen volume produksi/penjualan (indeks terkait 94,1), komponen nilai penjualan (indeks terkait 96,1), dan komponen penggunaan tenaga kerja (indeks terkait 99,2).

Normalisasi permintaan barang dan jasa pasca-HBKN dan menurunnya produksi pangan pasca panen-raya, serta naiknya harga barang input menyebabkan volume produksi dan penjualan UMKM mengalami penurunan.

Meski rata-rata harga jual mencatat kenaikan, penurunan volume produksi/penjualan yang cukup dalam menyebabkan nilai penjualan juga turut menurun.

“Dilihat secara sektoral, ekspansi bisnis UMKM pada kuartal III/2024 sebagian besar mengalami perlambatan. Beberapa sektor usaha, seperti sektor pertanian, serta sektor hotel dan restoran bahkan menunjukkan kontraksi,” jelas Supari.

Menurut dia, aktivitas sektor pertanian mengalami penurunan menyusul pasca-panen raya tanaman pangan pada kuartal II/2024, dan musim kemarau yang cukup kering di sejumlah daerah.

Sektor hotel dan restoran juga mengalami kontraksi pasca-HBKN dan libur sekolah pada kuartal sebelumnya, yang membuat permintaan terhadap jasa akomodasi menurun signifikan.

Supari menyatakan, pebisnis UMKM tetap yakin akan ekspansi usahanya kuartal terakhir 2024, tercermin pada Indeks Ekspektasi Bisnis UMKM sebesar 122,3, meski mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

“Ini yang memberikan sinyal laju kenaikan aktivitas usaha yang lebih moderat. Penurunan optimisme ini terutama karena melemahnya daya beli masyarakat, persaingan yang semakin ketat, serta awal musim tanam tanaman pangan,” tandasnya. (Kontan/Adrianus Octaviano)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.