Kamala Harris Beri Selamat Donald Trump Menang Pilpres AS, tapi...
GH News November 07, 2024 09:07 AM
WASHINGTON - Kamala Harris, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) yang juga calon presiden dari Partai Demokrat, menelepon Donald Trump untuk memberi selamat kepadanya karena memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Menurut salah satu ajudan seniornya, Harris berdiskusi dengan Trump tentang pentingnya transfer kekuasaan secara damai dan menjadi presiden bagi semua orang Amerika.

Sementara itu, dalam pidato Rabu malam, Harris mengakui kekalahannya dari Trump dalam Pilpres AS setelah kampanye yang sengit, bergejolak, dan memecah belah.



Politisi Partai Demokrat itu mengatakan meskipun dia telah mengakui kekalahan dalam Pilpres, dia menyerukan pendukungnya untuk terus berjuang.

"Meskipun saya mengakui kekalahan dalam Pemilu, saya tidak mengakui perjuangan yang memicu kampanye ini. Berjuanglah untuk kebebasan, kesempatan, martabat bagi semua orang," kata Harris dalam pidato yang berlangsung kurang dari 15 menit.

Para pendukungnya bersorak, meskipun Harris mengakui kekalahan itu menyakitkan.

"Saya akan menutup pidato dengan ini. Hanya ketika hari sudah cukup gelap, Anda dapat melihat bintang-bintang. Saya tahu banyak orang merasa kita memasuki masa gelap. Mari kita penuhi langit dengan cahaya miliaran bintang, cahaya kebenaran, optimisme, dan pengabdian," katanya.

"Hasil Pemilu ini bukanlah yang kita inginkan, bukan yang kita perjuangkan, bukan yang kita pilih, tetapi dengarkan saya ketika saya mengatakan bahwa cahaya janji Amerika akan selalu bersinar terang selama kita tidak pernah menyerah dan selama kita terus berjuang," katanya kepada para pendukung.

"Kita harus menerima hasil Pemilu ini. Sebelumnya hari ini, saya berbicara dengan Presiden terpilih Trump dan mengucapkan selamat atas kemenangannya," kata Harris kepada para pendukungnya dalam pidato pengakuan kekalahan di Universitas Howard di Washington.

"Saya juga mengatakan kepadanya bahwa kami akan membantu dia dan timnya dalam masa transisi, dan bahwa kami akan terlibat dalam pengalihan kekuasaan secara damai," katanya, seperti dikutip dari NDTV, Kamis (7/11/2024).

Kemenangan Trump, setelah salah satu kampanye paling bermusuhan dalam sejarah AS modern, menjadi semakin luar biasa mengingat adanya hukuman pidana yang belum pernah terjadi sebelumnya, upaya pembunuhan yang nyaris gagal, dan peringatan dari mantan kepala staf bahwa dia adalah seorang "fasis".

Trump tidak pernah mengakui kekalahan empat tahun lalu ketika para pendukungnya menyerbu Gedung Capitol AS.

Dia kembali ke Gedung Putih dengan margin yang lebih lebar daripada sebelumnya meskipun pernah dihukum pidana, dua kali dimakzulkan saat terakhir menjabat, dan peringatan dari mantan kepala stafnya bahwa dia adalah seorang "fasis".

Di usianya yang ke-78, Trump akan menjadi Presiden tertua selama pelantikannya yang dijadwalkan pada tanggal 20 Januari 2025.

Andai saja menang, Harris akan menjadi presiden wanita pertama AS.

"Ini adalah kemenangan politik yang belum pernah dilihat negara kita sebelumnya," kata Trump hari ini dalam pidato kemenangannya.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.