Program Studi Magister Kecerdasan Artifisial FMIPA UGM resmi membuka konsentrasi Applied AI in Business sebagai langkah pengembangan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri. Peluncuran konsentrasi ini merupakan kelanjutan dari konsentrasi AI-Preneur sebelumnya, dengan fokus baru pada penerapan teknologi kecerdasan artifisial (AI) di bidang bisnis.
Kerja sama strategis itu diwujudkan melalui penandatanganan kesepakatan antara Dekan FMIPA UGM, Prof. Kuwat Triyana, dan Founder IDS Digital College, Andi Boediman. Dalam acara itu, turut hadir dalam acara tersebut Wakil Dekan Bidang Alumni, Kerja Sama, dan Inovasi FMIPA, Dr. Fajar Adikusumo, bersama Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika UGM, Wahyono, Ph.D., dan Dr. Andi Dharmawan.
Kuwat mengatakan melalui konsentrasi Applied AI in Business ini, mahasiswa akan dibekali dengan keterampilan AI yang terintegrasi dengan konteks bisnis. “Kurikulum Applied AI in Business dirancang agar mahasiswa dapat melakukan magang di berbagai jejaring bisnis yang dimiliki oleh IDS Digital College,” kata Kuwat dalam keterangan tertulis yang dikirim ke wartawan.
Selain itu, tambah Kuwat, mahasiswa juga diarahkan untuk memperoleh sertifikasi AI yang relevan dengan penerapannya di dunia usaha, memperkuat kesiapan mereka menghadapi tantangan industri.
Pendaftaran untuk konsentrasi baru ini akan dibuka untuk Semester Genap 2024/2025. Diharapkan melalui program ini, lulusan dapat lebih mudah mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan mereka di tempat kerja, baik di institusi asal maupun di lingkungan industri yang lebih luas.
UNAIR Manfaatkan AI
Di era digital, teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi pendorong utama perubahan di berbagai sektor, termasuk perpustakaan. Penelitian terbaru Putri Nur Amalia, Irdiana Rahma Kurniawati, dan Faisal Fahmi dari Universitas Airlangga (Unair) menunjukkan bagaimana AI bisa menjadi game-changer dalam layanan informasi perpustakaan.
Studi itu mengkaji bagaimana AI dapat meningkatkan efisiensi, personalisasi layanan, dan manajemen koleksi di perpustakaan.
Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa penerimaan AI oleh profesional perpustakaan sangat positif, meskipun pelatihan staf dan privasi data tetap menjadi tantangan.
Penerapan AI dalam layanan perpustakaan mengubah cara perpustakaan mengelola informasi dan berinteraksi dengan pengguna. Dengan kemampuan otomatisasi, AI memungkinkan perpustakaan menyelesaikan tugas-tugas rutin seperti katalogisasi dan pengindeksan dengan lebih efisien.
Teknologi AI mampu mengurangi beban kerja pustakawan, memungkinkan pengurus perpustakaan fokus pada layanan bernilai tambah seperti bimbingan penelitian dan penelusuran informasi yang lebih kompleks.
"Dalam konteks ini, perpustakaan menjadi pusat inovasi yang dinamis dan memainkan peran penting dalam penyebaran pengetahuan di era digital," tulis dalam studi tersebut seperti dilansir situs resmi Unair.
Dari perspektif pengguna, integrasi AI dalam layanan perpustakaan seperti chatbot dan sistem rekomendasi memberikan pengalaman yang lebih personal dan responsif.
Pengguna dapat dengan cepat menemukan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, berkat kemampuan AI untuk menganalisis pola perilaku dan preferensi individu. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pengguna tetapi juga membuat layanan perpustakaan lebih intuitif dan mudah diakses.
Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan signifikan dalam implementasi AI.
Salah satu kendala utama adalah kebutuhan pelatihan tambahan bagi staf perpustakaan untuk mengelola dan menggunakan alat-alat AI dengan efektif.
Selain itu, kekhawatiran tentang privasi data dan potensi bias dalam rekomendasi AI juga perlu mendapat perhatian serius. Untuk memastikan penerapan AI yang etis dan bertanggung jawab, perpustakaan perlu menerapkan kebijakan privasi yang kuat dan terus memantau kinerja algoritma AI.
Selain memperbaiki layanan pengguna, AI juga berperan penting dalam manajemen koleksi perpustakaan.
Dengan algoritma AI, perpustakaan dapat mengklasifikasikan, menyusun, dan mengelola koleksi lebih efisien. Hal ini meningkatkan kualitas layanan dan memastikan koleksi perpustakaan selalu relevan dengan kebutuhan pengguna.
"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa AI menawarkan peluang besar bagi perpustakaan untuk berinovasi dan meningkatkan layanannya di era digital," tulisnya.
Namun, tantangan-tantangan yang ada harus diatasi agar manfaat teknologi ini dapat dimaksimalkan tanpa mengorbankan aspek etis dan privasi pengguna. Dengan penerapan AI yang tepat, perpustakaan dapat terus menjadi pusat pengetahuan yang relevan dan inovatif di masa depan.