Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Dya Ayu
TRIBUNJATIM.COM, BATU - Kota Batu menjadi salah satu kota di Jawa Timur dengan destinasi wisata favorit para wisatawan.
Didukung dengan panorama alam yang indah dan cuaca yang sejuk, Kota Batu terus menjadi jujukan para pelancong. Bahkan pada tahun 2023 lalu kunjungan wisata di Batu mencapai 10 juta.
Meski demikian, pariwisata Kota Batu masih tetap harus dipoles agar lebih berkilau, sebab pariwisatanya masih fokus pada wisata buatan.
Ketua Forum Desa Wisata Kota Batu Mochammad Dadi mengatakan, potensi wisata di Kota Batu selain wisata artifisial sangatlah besar. Apalagi wisata yang berbasis desa. Di Kota Batu sendiri, ada 19 desa dan 5 kelurahan.
Masing-masing wilayah memiliki keunikan dan daya tarik wisatanya sendiri-sendiri. Ada yang menjadi kampung batik, kampung gamelan, kampung sayur dan buah, serta magnet wisata lainnya yang berbasis di desa.
Untuk itu Dadi berharap, nantinya Wali Kota Batu terpilih bisa membangun wisata Kota Batu bukan hanya berfokus dari sisi wisata artifisial saja. Namun juga berbasis sejarah, budaya, dan hasil alam.
“Batu ini potensinya besar. Dari dulu sudah jadi jujukan wisatawan. Kunjungan turis asing juga sudah masuk. Tapi kalau dari kami pegiat desa wisata, kami ingin pembangunan wisata bukan hanya dari wisata artifisial namun juga yang berkonteks dengan alam juga,” kata Dadi, Rabu (6/11/2024).
Lebih lanjut Dadi mengatakan, meski Batu menjadi salah satu kota favorit untuk liburan, namun cepat atau lambat, para wisatawan dinilai akan bosan jika wisata di Kota Batu hanya itu-itu saja. Sehingga perlu diberi pilihan-pilihan lain yang memiliki kesan bagi mereka agar datang kembali.
“Saat ini wisatawan kok saya lihat sudah mulai bosan karena tujuan ke Batu itu-itu saja. Mereka ingin ada yang baru, dapat pengalaman baru, dapat kesan baru. Jadi orang yang datang itu dapat kesan yang nyantol di hatinya dan ingin kembali,” ujarnya.
Untuk itu pemerintah harus mendukung secara total pembangunan desa wisata. Sehingga para pegiat desa wisata ini bisa berinovasi dan lebih giat lagi untuk membangun wisata berbasis desa. Sebab jika tidak didukung, maka pegiat desa wisata tidak bisa leluasa untuk mengekspresikan keinginan melalui inovasi terbaru.
Salah satu dukungan dari pemerintah menurut Dadi adalah memudahkan para pegiat desa wisata dalam pengurusan izin pembangunan pusat wisata di desa.
Dengan mengulurkan tangan membantu pengurusan izin pembangunan wisata desa, maka para pegiat desa wisata bisa aktif dan ikut andil dalam kemajuan wisata kota.
“Misal terkait izin, untuk membangun destinasi wisata di desa pasti harus ada izin, nah kami berharap teman-teman ini supaya dipermudah izinnya tapi tetap harus sesuai aturan yang berlaku. Seperti amdalalin dan sebagainya. Pemerintah jangan fokus pembangunan wisata besar-besar saja yang dipermudah perizinannya. Kami yang berbasis desa ini juga harus diperhatikan. Lalu pengelolaan sampah di kota wisata. Ini krusial kan sampah itu. Ketika suatu kota, desa wisata tidak dikukng kebersihan yang maksimal ya eman juga, muspro,” jelasnya.
Soal Calon Wali Kota Batu yang berkontestasi di Pilkada Kota Batu 2024, Dadi menilai Batu butuh sosok pemimpin yang tahu cara mengangkat wisata berbasis desa.
“Kami sudah pernah diskusi dengan Mas Gum (Firhando,red) ya. Ada korelasi yang kuat antara keinginan kami dengan program dari Mas Gum. Salah satunya mengembangkan smart city di Kota Batu. Nah desa wisata ini yang memang butuh hal itu. Harapannya ada korelasi atau hubungan yang kuat sehingga pembangunan desa wisata bisa lebih kuat lagi utamanya di dunia digital. Wajib hukumnya mengikuti dunia digital, kalau tidak pasti ketinggalan,” pungkasnya