TRIBUNWOW.COM - Simak kunci jawaban Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 12 SMA/SMK Kurikulum Merdeka, Aspek Pengetahuan Bab 5 halaman 178.
Soal ini terdapat pada Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 12 SMA/SMK Kurikulum Merdeka, Bab 5 Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan Bangsa Indonesia.
Pada Bab 5 yang membahas tentang Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan Bangsa Indonesia, siswa diharapkan mampu memahami makna umat Katolik berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia sebagai perwujudan imannya dalam hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.
Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 12 SMA/SMK ini merupakan karya dari Daniel Boli Kotan dan Fransiskus Emanuel da Santo.
Kunci jawaban ini dapat digunakan orang tua atau wali untuk mengoreksi hasil belajar anak.
Sebelum melihat hasil kunci jawaban, pastikan siswa terlebih dahulu mengerjakan sendiri soal yang disiapkan.
1. Jelaskan makna ajaran Yesus tentang kewajiban warga negara dalam Injil Markus 12:13-17!
2. Jelaskan makna ajaran Rasul Paulus tentang hubungan masyarakat dengan pemerintah Roma 13: 1)!
3. Jelaskan tugas dan kewajiban seorang Katolik (kristiani) pada negara menurut Injil Matius 5:13-16!
4. Salah satu tantangan negara kita saat ini adalah hoaks. Jelaskan apa makna hoaks!
5. Jelaskan bagaimana sebaiknya sikap kalian menghadapi hoaks yang beredar di media sosial!
6. Jelaskan apa ajaran Yesus tentang hukum Taurat dalam Injil Matius 5:17-43!
7. Jelaskan apa ajaran Gereja tentang membangun perekonomian masyarakat dalam Gaudium et Spes artikel 64!
8. Jelaskan ajaran Paus Paulus VI, kerusakan lingkungan alam dalam Ensiklik Populorum Progressio, art. 21!
9. Jelaskan bagaimana siakp Yesus terhadap penindasan dan ketidakadilan dalam Injil Matius 11:8, Injil Lukas 22: 25 Lukas 13: 32!
10. Jelaskan apa sikap Gereja terhadap Ketidakadilan menurut Evangelii Nuntiandi artikel 31!
1. Yesus mengajarkan bahwa setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak kepada penguasa. Tujuan pajak, pada akhirnya, demi membangun negara dan kepentingan bersama. Namun, Yesus juga menekankan perlunya kewajiban sebagai warga Kerajaan Allah. Dengan demikian, kewajiban yang satu tidak meniadakan kewajiban yang lain. Kedua-duanya mesti dipenuhi. (Markus 12:13–17)
2. Rasul Paulus menegaskan pula: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah… Sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah, pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah (Roma 13:1). Ungkapan ini benar dan tepat yaitu bahwa seluruh warga negara harus menghormati pemerintahnya dengan baik sebab hanya dengan cara demikian kita sebagai warga negara yang beragama kristiani (Katolik) harus ikut membangun kehidupan negara dan bangsa. Dalam arti mendorong setiap kita orang kristiani untuk ikut mengambil bagian dalam membangun bangsa dan negara sebagai wujud dari sikap menghadirkan Allah kepada dunia.
3. Tugas dan kewajiban seorang Katolik (kristiani) dalam negara adalah melaksanakan panggilan dan pengutusannya, supaya orang lain mengenal Kristus melalui kehadirannya. Oleh karena itu, orang kristiani tidak boleh memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan hidup keimanannya di Gereja.
Justru melalui hidupnya sebagai warga negara kristiani, ia dapat membuktikan keberadaannya serta isi pengakuan imannya (Mat. 5:13–16).
Sikap seorang Katolik yang baik dan benar, tidak boleh memusuhi sesama warga negaranya, sebaliknya kehadirannya kiranya boleh menjadi saluran berkat bagi kehidupan sesamanya.
4. Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
5. Setiap individu harus menjadi "lembaga sensor" bagi dirinya sendiri. Dalam level keluarga, orang tualah yang berperan memberi pemahaman, pengertian dan pengawasan pada anak-anaknya. Adapun dalam sebuah institusi, para pimpinannyalah yang mengoptimalkan komunikasi internal agar gejala penyebaran hoaks agar dapat dieliminir dan terdeketsi sejak dini. Dengan membuka saluran-saluran komunikasi dalam institusi juga dapat memberi forum bagi terjadinya komunikasi internal yang konstruktif.
6. Hukum. Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat bagaimana Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum Taurat sebab pada dasarnya hukum Taurat dibuat demi kebaikan dan keselamatan manusia (bdk. Mat. 5:17–43). Satu titik pun tidak boleh dihilangkan dari hukum Taurat. Ia hanya menolak hukum Taurat yang sudah dimanipulasi, di mana hukum tidak diabdikan untuk manusia, tetapi manusia diabdikan untuk hukum.
Segala hukum, peraturan, dan perintah harus diabdikan untuk tujuan kemerdekaan manusia. Maksud terdalam dari setiap hukum adalah membebaskan (atau menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang (dapat) menghalangi manusia untuk berbuat baik. Demikian pula tujuan hukum Taurat. Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkas dengan mengatakan bahwa Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih.
7. Harapan Konsili itu jelas, perekonomian mesti terutama mengabdi kepentingan perkembangan manusia, sehingga titik berat perkembangan ekonomi bukan sekadar keuntungan semata mata! Di sinilah tantangan sekaligus sebagai peluang bagi umat Katolik dan umat beragama dan berkepercayaan lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan rakyat (GS. 64).
8. Berbagai bencana dan kerusakan alam, Paus Paulus VI, dalam Ensiklik Populorum Progressio, art. 21 mengatakan:
“Bukan saja lingkungan materiil terus menurus merupakan ancaman pencemaran dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan lingkungan hidup manusiawi tidak lagi dikendalikan oleh manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali tidak tertanggung lagi. Itulah persoalan sosial berjangkau luas, yang sedang memprihatinkan segenap keluarga manusia.”
9. Terhadap penindasan dan ketidakadilan seperti itu, Yesus bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia mengecam keras para penguasa tanpa takut. Yesus tak pernah bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil. Ia tidak berdiam diri atau bersikap kompromistis supaya terletak dari kesulitan. Ia sudah bisa membayangkan risikonya. Akan tetapi, Ia konsekuen.
Tak segan Ia mengkritik mereka yang ”berpakaian halus di istana” (Mat. 11:8). Ia mengecam raja-raja yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia mengecam penguasa-penguasa yang menyebut diri ”pelindung rakyat” (Luk. 22:25). Ia tak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk. 13:32).
10. Ketidakadilan harus diperangi, dan keadilan yang harus dipulihkan. Tercakup juga ikatan pada tingkat sangat Injili, yakni ikatan cintakasih: sebab menurutkenyataan, bagaimana orang dapat mewartakan perintah baru, tanpa mendukung dalam keadilan dan perdamaian kemajuan manusia yang otentiksejati. Gereja harus hadir untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia yang penuh dengan persoalan. Gereja harus berpihak pada orang-orang kecil dan yang tertindas, baik secara ekonomi, politik, dan sebagainya. (Evangelii Nuntiandi artikel 31).
*) Disclaimer :
Jawaban di atas hanya digunakan untuk memandu proses belajar anak.
Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Sebelas Maret/Marita Nur Isnawati)