TRIBUNNEWS.COM - Presiden terpilih Donald Trump dan Elon Musk memiliki ambisi besar untuk membuat pemerintah federal lebih ramping dan efisien dengan meninjau anggaran dan operasionalnya secara menyeluruh.
Itulah alasan mengaapa Donald Trump akhirnya mendirikan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang baru dan menunjuk Elon Musk dan Vivek Ramaswamy sebagia pemimpinnya.
Musk, orang terkaya di dunia yang memiliki serta mengelola beberapa perusahaan besar seperti Tesla dan X, telah memperingatkan bahwa tujuan lembaganya ini dapat menyebabkan "kesulitan sementara" dalam waktu dekata sebelum akhirnya menciptakan "kemakmuran jangka panjang."
Pernyataannya ini memicu rasa takut di kalangan banyak pegawai pemerintah federal dan mereka yang bergantung pada pemerintah untuk menafkah mereka.
Detail tentang bagaimana DOGE masih sangat terbatas.
Namun, keduanya telah berbicara terbuka tentang area pemerintah yang ingin mereka ubah, sementara Trump dan anggota legislatif Partai Republik memiliki daftar panjang program dan operasi yang ingin mereka reformasi.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Trump berjanji bahwa inisiatif ini akan membawa "perubahan drastis", Musk dan Ramaswamy tidak akan memiliki kekuatan langsung untuk melakukan pemotongan anggaran, perubahan regulasi, atau langkah-langkah lainnya.
Status DOGE sendiri akan berdiri di luar pemerintahan dan besar kemungkinan hanya akan memberikan rekomendasi kepada Gedung Putih untuk anggaran tahunan presiden, yang menguraikan visi presiden tetapi tidak diwajibkan untuk diikuti oleh Kongres.
Ketika ditanya dalam sebuah pertemuan umum di X bulan lalu tentang langkah pertama inisiatif ini, Musk mengatakan ada begitu banyak pemborosan di pemerintah sehingga akan mudah untuk menemukan target yang harus diperbaiki.
“Kita, sebagai negara, jelas perlu hidup sesuai dengan kemampuan kita,” kata Musk
“Itu berarti melihat setiap pos anggaran, setiap pengeluaran, dan bertanya, 'Apakah ini benar-benar perlu?'" sambungnya.
Mantan suami musisi Grimes ini juga mengakui bahwa semua orang di pemerintahan AS akan merasakan efek dari pemotongan jumlah karyawan tersebut.
"Itu pasti melibatkan beberapa kesulitan sementara, tetapi itu akan memastikan kemakmuran jangka panjang," kata Musk.
Satu lembaga yang tampaknya menjadi target panas dari Elon Musk adalah Departemen Pendidikan.
Dikutip dari CNN, baik Donald Trump dan Elon Musk diketahui kerap mengkritik lembaga ini karena diduga mengindoktrinasi anak-anak dengan propaganda kiri dan kegagalan lainnya.
Sementara itu, Ramaswamy, seorang pengusaha bioteknologi dan mantan calon presiden Partai Republik 2024 yang mengalihkan dukungannya kepada Trump, lebih spesifik tentang bagaimana dia akan mengubah pemerintah federal.
Selama kampanye, dia mengatakan akan mengurangi hingga 75 persen tenaga kerja federal.
Mengutip dari data CNN, sekitar 2,3 juta warga sipil di AS bekerja untuk pemerintah federal, dengan hampir 60 persen di antaranya bekerja di Departemen Pertahanan, Urusan Veteran, dan Keamanan Dalam Negeri.
"Segerombolan birokrat yang tidak terpilih menghambat inovasi dan mengabaikan keinginan yang dipilih oleh rakyat Amerika," tulis Ramaswamy dalam sebuah makalahnya.
Di dalam makalah yang ditulis Vivek tersebut, ia juga membuka kemungkinan untuk melakukan penutupan Departemen Pendidikan dan memindahkan program pelatihan tenaga kerjanya ke Departemen Tenaga Kerja.
Selain itu, Vivek juga memiliki ide ekstrem untuk menghapus FBI dan memindahkan 15.000 agen khususnya ke lembaga lain; serta menghapus Komisi Pengaturan Nuklir dan memindahkan tugasnya ke departemen lain.
Menanggapi wacana pemangkasan tersebut, Stephen Moore, penasihat kampanye ekonomi Trump dan seorang ekonom dari Heritage Foundation pun turut buka suara.
"Menanggulangi pemborosan di pemerintahan adalah "tugas besar," kata Moore
"DOGE akan membutuhkan ratusan orang untuk mewujudkan ini. Tidak hanya Elon dan Vivek," pungkasnya dalam wawancara bersama CNN.
(Bobby)