Nvidia adalah perusahaan fenomenal di era AI ini. Mereka berhasil menciptakan kombinasi hardware dan software yang memudahkan perusahaan mengembangkan solusi berbasis AI.
Bagaimana Nvidia bisa mencapai sukses seperti itu? Menurut Jensen Huang (CEO Nvidia), kuncinya adalah obsesi untuk memecahkan kemustahilan. “Kami selalu mencari masalah yang hampir mustahil dipecahkan,” ungkap Jensen. “Terkadang hal tersebut membuat kami merasa sendirian, namun itulah konsekuensi dari keinginan kami menembus batas kemungkinan,” tambah Jensen.
Jensen Huang mengungkapkan hal tersebut pada acara Indonesia AI Day yang berlangsung pada Kamis (14/11). Acara ini diselenggarakan Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) untuk menunjukkan potensi AI bagi Indonesia, sekaligus mengumumkan ketersediaan Sahabat AI.
Sahabat AI sendiri adalah LLM (Large Language Model) pertama yang khusus ditujukan untuk mengolah Bahasa Indonesia dan bahasa lokal negeri ini. Sahabat AI dikembangkan oleh Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) bekerjasama dengan GoTo dan Nvidia.
Menurut Jensen, Nvidia selalu mencari masalah yang hampir mustahil dipecahkan. “Meramal cuaca itu sulit, begitu pula AI dan robotik,” ungkap Jensen. Namun perlahan, semua masalah sulit itu sudah menemukan solusinya. “Meramal iklim akan jauh lebih sulit, karena kita akan membutuhkan supercomputer yang ribuan kali lebih bertenaga dibanding supercomputer tercepat saat ini. Namun kami berkomitmen untuk melakukannya,” menurut pria yang identik dengan jaket kulitnya ini.
Menurut Jensen, ada banyak keuntungan dari cara berpikir “pecahkan masalah yang hampir mustahil” itu. “Karena jika gagal, orang akan maklum,” ungkap Jensen sambil tertawa kecil. “Namun jika berhasil, Anda akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi dunia,” tambah Jensen.
Karena itulah Jensen menyambut baik kehadiran Sahabat AI. Menurutnya, Sahabat AI akan menjadi tools yang membantu ekosistem digital Indonesia mengembangkan teknologi berbasis AI. “Tidak akan ada astrofisikawan jika tidak ada teleskop,” ungkap Jensen memberi analogi. Dengan Sahabat AI, kini kesempatan terbuka lebar. “Saya yakin, hari ini adalah day zero dari mekarnya inovasi berbasis AI di Indonesia,” tambah Jensen.
Tips Mengembangkan AI
Selain mencari masalah yang hampir mustahil untuk terpecahkan, Jensen juga memberikan tips bagi mereka yang ingin mengembangkan berbasis AI. “Coding untuk AI berbeda dengan coding untuk aplikasi biasa,” ungkap Jensen. Coding untuk aplikasi biasa harus eksplisit, sementara coding untuk AI harus implisit. “Kita tetap harus menentukan konteks dan tujuan yang ingin dicapai, namun biarkan aplikasi berbasis AI mencapai hasil di luar imajinasi kita,” ungkap Jensen.
Jensen pun mendorong setiap orang dan organisasi untuk memanfaatkan AI. “Jika 100 tahun lalu Anda berkata bisa lari 100 kali lebih cepat dari kuda, Anda akan disebut manusia super,” ujar Jensen memberikan analogi. Kini, kini manusia bisa bergerak ribuan kali lebih cepat dari kuda berkat mobil dan pesawat terbang.
Dalam konteks yang serupa, AI akan membuka kesempatan yang sama. “Gunakan AI untuk membuat Anda menjadi manusia super,” ungkap Jensen.