Seruan itu ditulis dalam sebuah surat terbuka kepada Kepala Iklim PBB Simon Stiell pada hari Jumat (15/11) dalam konferensi COP29 di Baku. Penyusunannya dilakukan setelah ketahuan bahwa setidaknya 1.773 pelobi dari industri minyak, gas, dan batu bara secara resmi terakreditasi untuk Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Azerbaijan.
Sejak awal, pemilihan Azerbaijan sebagai tuan rumah sudah dikritik, karena dianggap mewakili lobi minyak. Azerbaijan adalah salah satu tempat kelahiran industri minyak, dan mendasarkan 90 persen pendapatan ekspornya pada bahan bakar fosil.
Dalam surat kepada Simon Stiell, para penandatangan mengatakan PBB harus menerapkan kriteria penerimaan yang ketat untuk mengecualikan negara-negara yang tidak mendukung peralihan dari batu bara, minyak, dan gas sebagai tuan rumah.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev sebelumnya memuji sumber energi yang merusak iklim sebagai "karunia dari Tuhan" pada konferensi COP29 tahun ini.
Para penandatangan surat tersebut termasuk Sandrine Dixson-Declève, duta besar global Club of Rome, Johan Rockström, direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, serta mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon.
Mereka memperingatkan bahwa pemanasan global tidak berhenti bahkan setelah 28 tahun menyelenggarakan konferensi iklim. Sebaliknya, para ilmuwan mengatakan bahwa pemanasan hingga lebih dari 2,9 derajat Celsius pada tahun 2100 tidak dapat lagi dikesampingkan. Mereka menginginkan mekanisme untuk menuntut pertanggungjawaban negara ketika mengabaikan target dan komitmen iklim.
Selain itu, mereka menekankan perlunya "pertemuan yang lebih kecil, lebih sering, dan berorientasi pada solusi" dan menyerukan pembatasan akses konferensi. Pelobi bahan bakar fosil jumlahnya lebih banyak daripada perwakilan masyarakat adat.
Seruan itu muncul ketika koalisi Kick Big Polluters Out in Baku mencatat bahwa selama COP28 tahun lalu di Dubai, Uni Emirat Arab, tercatat 2.450 pelobi fosil hadir, menurut analisis sebelumnya. Ada jauh lebih banyak pelobi minyak dan gas yang terakreditasi daripada perwakilan masyarakat adat atau negara yang terancam oleh krisis iklim.
Analisis COP29 menunjukkan bahwa para pelobi menerima lebih banyak akses daripada semua delegasi dari 10 negara yang paling rentan terhadap pemanasan global.
Di Baku, koalisi Kick Big Polluters Out, didukung oleh organisasi-organisasi seperti Transparency International, Global Witness, Greenpeace, dan Climate Action Network. Nnimmo Bassey dari Kick Big Polluters Out mengecam pengaruh lobi bahan bakar fosil pada negosiasi iklim, dengan mengatakan tindakan tegas diperlukan untuk menghilangkan pengaruh tersebut.
Namun tuntutanya berlaku dua arah. Pada hari Rabu, pemerintah Presiden Argentina Javier Milei yang menolak perubahan iklim memanggil pulang perwakilannya di COP29, menurut sebuah laporan di majalah spesialis Climática. Milei menolak pandangan ilmiah yang tersebar luas bahwa manusia lah yang menyebabkan perubahan iklim. Padahal, Argentina telah mengirim lebih dari 80 perwakilan ke Baku untuk pertemuan puncak selama dua minggu tersebut.
Pembakaran minyak, gas, dan batu bara melepaskan gas rumah kaca yang merusak iklim dan memanaskan suhu planet. Pada konferensi iklim tahun lalu di Dubai, seluruh 200 negara sepakat untuk menjauh dari bahan bakar fosil.
Pada COP27 di Mesir, negara penghasil minyak lainnya, terdapat 636 negara yang hadir. Salah satu penjelasannya adalah jumlah total peserta yang berfluktuas. Tahun ini, menurut laporan, jumlah peserta di Baku jauh lebih sedikit, yaitu hanya lebih dari 52.000, dibandingkan dengan sekitar 97.000 peserta di Dubai.
Konferensi iklim ini diselenggarakan secara bergiliran di seluruh dunia. Saat itu, PBB hampir tidak memberlakukan persyaratan apa pun kepada negara tuan rumah yang ingin menyelenggarakan KTT. Sebelum Azerbaijan, adalah Uni Emirat Arab dan Mesir yang menjadi tuan rumah COP27, dia negara penghasil minyak.
rzn/hp (dpa,ap)