TRIBUN-MEDAN.com - Viral di media sosial video yang menunjukkan seorang ibu hamil mau melahirkan digotong warga selama 5 jam.
Warga diketahui menggotong ibu hamil tersebut sambil berjalan kaki sejauh 11 km.
Peristiwa ini terjadi di Desa Matemega, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis (14/11/2024) siang.
Puluhan warga berjalan kaki selama lima jam sejauh 11 Kilometer menuju lokasi yang bisa diakses ambulans puskesmas.
Detik-detik Dewi ditandu direkam dan dibagikan oleh akun Facebook Matemega dengan caption sebagai berikut.
"Proses evakuasi ibu Dewi warga dusun Matemega dan Lamede yang mengalami kendala dalam proses melahirkan.
Dewi terpaksa harus dirujuk ke Puskesmas Alas. Namun yang menjadi kendala akses jalan buruk dan tidak memadai sehingga warga berinisitif mengotong dengan kain seadanya dan berjalan kaki sejauh 11 Km.
Di saat seperti ini ke mana kami masyarakat kecil ini harus mengadu. Mau sampai kapan kami seperti ini. Video itu ramai dibagikan oleh netizen," melansir dari Kompas.com.
Dalam percakapan warganet di kolom komentar terungkap bahwa yang bersangkutan tidak bisa dibawa dengan sepeda motor lantaran kondisi jalan yang buruk, berlumpur dan berlubang.
Kondisi jalan semakin parah karena licin akibat hujan yang mulai sering turun di wilayah hutan lindung kawasan desa Matemega hingga Marente.
Warga dalam video tersebut menyampaikan harapan agar pemerintah memperhatikan akses jalan yang buruk segera diperbaiki, listrik masuk kampung, dan mendapat pelayanan kesehatan prima.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Junaedi membenarkan peristiwa tersebut.
"Benar, ibu hamil dan anaknya dibawa warga berjalan kaki menuju puskesmas. Saat ini ibu dan bayi sudah bisa diselamatkan dan alhamdulillah kondisinya baik,” kata Junaedi saat dikonfirmasi Jumat (15/11/2024).
"Dari Puskesmas Alas, ibu dan anaknya dirujuk ke RSUD Sumbawa tadi malam,” tambah Junaedi.
Pihaknya akan terus memantau perkembangan kondisi ibu dan bayi tersebut.
Sebelumnya juga viral di media sosial video warga jalan kaki 10 km tandu wanita sakit.
Peristiwa ini disebut terjadi di Desa Sidik Tajur, Kecamatan Sengah Temilak, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Tandu itu digotong oleh sejumlah warga untuk menuju puskesmas.
Lantaran wanita yang sakit tersebut sudah lemas.
Video aksi warga ini diunggah akun X @bacottetangga__2 pada Minggu (3/11/2024), melansir dari BanjarmasinPost.
Tampak medan jalan yang dilalui para warga tidak lah mudah.
Sembari membawa tandu yang terbuat dari rangkaian bambu di pundak, para warga harus melewati jalan setapak yang kiri dan kanannya merupakan hutan belantara.
Empat pria bertugas memikul tandu, sedangkan belasan lainnya ikut berjalan di belakang dan siap membantu maupun bergantian.
Perjalanan para warga membawa wanita yang sakit itu pun kian sulit lantaran kondisi jalan yang masih berupa tanah dan sangat menanjak.
Sesekali para warga yang membawa tandu itu tampak menarik nafas lantaran kelelahan.
Bisa dibilang perjalanan mereka membawa pasien tersebut cukup berbahaya lantaran kondisi jalan yang menanjak serta berada dekat dengan jurang.
Sementara perekam video menuturkan di daerah tempat mereka tersebut hingga saat ini belum dilengkapi fasilitas mumpuni seperti ambulans.
“Perhatikan perjuangan orang Sidik Tajir, ini ambulans kampung namanya ambulans manual tanpa mesin, bila perlu diberi ambulans kami sebuah, ambulans helikopter,” celetuknya.
Sementara wanita yang sakit dan hendak dibawa ke puskesmas itu tampak terduduk lemas di atas tandu.
Perjalanan para warga menandu pasien yang sakit itu harus ditempuh sejauh sekitar 10 km.
Beberapa waktu lalu juga viral di media sosial sosok Bidan Safrani, yang bertugas di Desa Ratte, Sulawesi Barat.
Video warga gotong Bidan Safrani selama 10 jam menuju rumah sakit jadi sorotan publik.
Rekan sejawat mengungkap perjuangan Bidan Safrani hingga warga berbuat demikian untuknya.
Momen warga menggotong Bidan Safrani menggunakan tandu diunggah akun instagram @undercover.id, Sabtu (7/9/2024).
Dalam video, rampak puluhan warga laki-laki membawa sang bidan menggunakan tandu sederhana terbuat dari kain dan batang bambu.
Mereka berjalan kaki selama 10 jam.
Dipaparkan bahwa Safrani sudah mengabdi sebagai seorang bidan di desa mereka selama 12 tahun.
Tak terhitung sudah berapa banyak anak-anak dan ibu-ibu desa tersebut yang sudah dirawat olehnya.
Setelah belasan tahun membantu merawat warga di desa tersebut kini giliran Safrani yang jatuh sakit.
“Namanya bidan safrani
Dia bertugas diwilayah terpencil desa ratte Beliau sudah bertugas selama kurang lebih 12 tahun disana menjaga ibu hamil, bayi balita dan ibu bersalin Hari ini beliau begitu lelah hingga beliau yg ditanduh dan dirujuk kerumah sakit
Begitu besar perjuanganmu, pengabdianmu untuk negeri ini Bu bidan,” tulisnya, melansir dari BanjarmasinPost.
Sayangnya kondisi di desa tempat mereka tersebut belum memadai untuk proses pengobatan Safrani.
Alhasil Safrani pun harus dibawa berobat ke rumah sakit yang berjarak puluhan kilometer dari kampung mereka.
Masalah pun tak berhenti sampai disitu lantaran akses jalan menuju kampung mereka yang rusak parah dan tak bisa dilalui kendaraan roda 4.
Terlihat kondisi jalan yang masih diselimuti oleh lumpur dan bebatuan.
Alhasil satu-satunya cara membawa bidan tersebut hanyalah dengan menggunakan tandu.
“Teman sejawat ku cepat sehat dan pulih, Wargamu, dan kami menunggu senyum semangatmu dalam melayani
Bidan hebat yg biasanya mengawal pasien yg ditanduh dirujuk kekota sekarang dirimu sendiri yg ditanduh dan dirujuk kekota Tampa pengawasan tenaga kesehatan
Mohon doanya teman teman untuk teman sejawat kita dari ratte,” tambahnya lagi.
(*/tribun-medan.com)
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel