TRIBUNWOW.COM - Viral di media sosial video yang memperlihatkan seorang bocah berinisial AF (13) lemas tak berdaya dalam kondisi dirantai di Bengkong, Batam, Kepulauan Riau.
Rupanya, AF menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh ibu kandungnya, JBD (37).
Saat ditemukan, AF dalam kondisi luka-luka, bahkan kepalanya sampai bocor.
Ia pun terlihat ketakutan saat diselamatkan warga.
Apa motif pelaku menganiaya korban dan bagaimana kesaksian warga hingga keterangan polisi? Berikut fakta kasus bocah dirantai ibu kandung yang viral:
Dalam rekaman yang beredar, AF terlihat duduk di sebelah pintu sebuah rumah kontrakan, dalam keadaan leher dirantai.
Korban itu terlihat lemas saat ditanya seorang wanita yang disebut sebagai pemilik kontrakan.
Sambil merekam kondisi AF dengan ponselnya, wanita itu tak berhenti menyebut nama anak kandung wanita berinisial JBD (37).
"Diapain kamu sama mama mu?" ujar wanita tersebut.
Dirinya lalu mencoba melihat rantai yang menjerat AF.
Pintu rumah yang ada di samping kanan AF sempat akan dibuka, tapi sambil ketakutan gadis itu menutup kembali pintunya.
Diketahui, peristiwa ini terjadi pada Senin, 11 November 2024, sekitar pukul 08.30 WIB di Batam.
Beredar narasi, tindakan kekerasan tersebut dipicu oleh ketidakjujuran AF mengenai handphone miliknya yang disembunyikan.
Kemarahan JBD memuncak ketika ia menanyakan keberadaan handphone tersebut.
Dalam keadaan emosi, ia memukul AF menggunakan sapu dan rantai besi, serta melilit leher anaknya dengan rantai sebanyak dua kali.
Akibat penganiayaan ini, AF mengalami sejumlah luka, termasuk kepala bocor di sebelah kiri, luka lecet di pelipis kanan, serta lebam di mata kiri.
Selain itu, terdapat luka lecet di tangan kanan dan leher, serta rasa sakit di jari tangan kanan dan kiri.
Kejadian ini terungkap setelah warga setempat melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan JBD kepada anaknya.
Menurut laporan, ini bukanlah pertama kalinya JBD berbuat demikian.
Warga sekitar merasa resah dengan perlakuan JBD terhadap AF, sehingga mereka memutuskan untuk melaporkannya ke pihak berwajib.
Meskipun dikenal sebagai ibu yang sering mentraktir makanan kepada tetangga, sikap JBD kepada anaknya sangat berbeda.
"Biasanya kita nongkrong di warung ini, dan bisa dibilang setelah selesai mengantar anak sekolah, sambil menunggu pulang kita nongkrong di warung," kata seorang tetangga, Kamis (14/11/2024).
"Kadang jajan kita saja bisa sampai Rp300 ribu. JBD ini yang bayarkan. Dia ini orangnya sangat baiklah," sambungnya.
Sumber menceritakan, dari segi ekonomi meski JBD masih ngontrak rumah, namun dia tak kekurangan.
''Dia inikan sering juga keluar masuk Singapura. Selain itu, suami sirinya juga kerja pelayaran," kata sumber.
Namun, di balik sikap baiknya, beberapa tetangga mengungkapkan, JBD sering marah kepada AF, terutama saat suaminya tidak ada di rumah.
"Kalau suaminya ada, jaranglah kita dengar JBD ini marah. Kalau pun marah, biasalah anak nakal."
"Cuma sejak suaminya berangkat kerja ke luar, di situlah kadang JBD suka marah sampai keterlaluan," bebernya.
F, seorang tetangga yang merupakan orang pertama yang menolong AF, merasa bersalah setelah mengetahui JBD harus mendekam di penjara.
"Saya tidak enak juga, saya jadi merasa bersalah. Soalnya selama ini hubungan saya dengan JBD cukup bagus, bahkan bisa dibilang tiap hari teman ngobrol," ujarnya.
F menceritakan, pada hari kejadian, AF datang ke rumahnya dengan kondisi memilukan.
Saat itu, korban AF berlari ke rumahnya, dengan kondisi badan dililit rantai yang dikunci dan tali rapia warna merah.
JBD kini telah berstatus tersangka dan diamankan oleh pihak kepolisian.
Kanit Reskrim Polsek Bengkong, Iptu Marihot Pakpahan, menjelaskan bahwa pelaku melakukan tindakan kekerasan karena kesal dengan ketidakjujuran anaknya.
"Hasil pemeriksaan awal menunjukkan demikian, namun kami masih mendalami apakah ada motif lain, termasuk kemungkinan gangguan psikologi," ungkap Marihot pada Kamis, 14 November 2024.
Kasus ini terungkap setelah pemilik kontrakan tempat pelaku tinggal melaporkan kejadian tersebut kepada Polsek Bengkong.
Polisi segera menuju lokasi dan menemukan AF dalam kondisi menyedihkan, dengan tubuh dililit rantai dan mengalami luka-luka.
Polsek Bengkong tidak hanya mengamankan pelaku, tetapi juga memberikan pendampingan psikologi kepada AF untuk memulihkan mentalnya pasca-peristiwa tragis ini.
"Sedih melihatnya, kok sang ibu sampai tega melakukan penganiayaan pada anak kandungnya sendiri," kata Marihot.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya perhatian terhadap anak dan dampak dari kekerasan dalam rumah tangga. (*)