TRIBUNJATENG.COM, REMBANG - Fajar mulai menyingsing, dari kejauhan samar terlihat satu perahu milik Lastari tiba dari arah laut Jawa menuju kawasan pesisir utara Jawa Tengah, tepatnya Desa Gegunung Wetan, Kabupaten Rembang.
Sejak subuh para nelayan sudah melaut untuk mencari kepiting, ataupun udang.
Tepat pukul 11.00 WIB, para nelayan menyandarkan kapalnya di bibir pantai, membawa hasil tangkapan yang didominasi kepiting rajungan.
Sebagian nelayan memilih untuk menjual mentah, namun juga ada yang memilih untuk menjual olah seperti rajungan kupas.
"Kali ini cuman dapat segini 5kg-an rajungan, Alhamdulillah masih bisa bawa segini, dari pada tidak dapat," ujar Lastari, Sabtu (16/11/2024).
Rajungan-rajungan yang dibawa oleh Lastari langsung diberikan ke Warningsih yakni istri dari Lastari, untuk dikupas.
Sebelum pengupasan kepiting rajungan harus direbus terlebih dahulu sekira 25 menit hingga warna rajungan berubah oranye.
"Kalau saya biasanya dibawa pulang itu memang untuk diolah jadi rajungan kupas, nanti hasilnya disetorkan ada yang ngambil," ujar Lastari.
Usai merebus, Warningsih membawa rajungan-rajungan itu ke rumah tetangganya yang berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya, untuk dikupas.
Disitu sudah ada tiga orang ibu rumah tangga yang menunggu untuk mengupas rajungan, kemudian rajungan dipotong menjadi beberapa bagian, seperti badan, kaki, dan capit.
Satu persatu bagian cangkang dipisah oleh para kelompok pengupas, sesekali mereka bersenandung dan senda gurau untuk menghilangkan penat.
Setiap pengupas memiliki tugasnya masing-masing, ada yang memisahkan daging dari kaki rajungan, ada juga memisahkan daging dari capit, dan yang terakhir memisahkan daging dari cangkang tubuh rajungan.
"Saat ini yang dikupas tidak banyak, kemarin Senin itu 10kg, terus Selasa 7kg, hari ini cuman 3,3kg saja. Biasanya kalau pas banyak biasanya satu kelompok bisa 30kg," tutur Warningsih.
Warningsih mengatakan saat ini ada sekitar empat kelompok yang dia bina, satu kelompok berisikan tiga hingga empat orang. Biasanya pekerjaan mengupas rajungan ini dilakukan secara bergantian.
Pemberian upah pun juga tergantung dari seberapa banyak daging rajungan yang sudah dipisahkan dari cangkangnya.
Semakin banyak daging yang dikumpulkan maka semakin banyak upah yang diberikan kepada para pengupas.
"Kalau sedikit yang dikupas, per orang itu Rp15ribu tapi kalau banyak ya satu orang bisa sampai Rp80ribu. Tergantung rajungan juga kalau tidak kropos dan banyak dagingnya hasilnya bisa tambah," kata Warningsih.
Usai dikupas, daging rajungan tersebut akan disetor ke perusahaan di Kabupaten Rembang, untuk nantinya diekspor. Sedangkan untuk limbah atau cangkang dari rajungan, akan di jadikan tepung sebagai pakan ternak.
Dalam sebulan, pendapatan Warningsih bergantung dari hasil tangkapan dari laut, saat musim baratan omzet Warningsih mampu mencapai lebih dari Rp5juta dalam sebulan.
Penghasilan Rp5juta saja selama perbulan sudah terhitung lumayan untuk hidup di Kabupaten Rembang, yang upah minimun kabupatennya hanya Rp2juta-an.
Sedangkan saat tak musim panen rajungan, pendapatannya hanya mencapai Rp1,5juta dalam kurun waktu satu bulan.
Bantuan Modal Untuk Pengembangan Usaha
Warningsih bercerita sebelum menjadi pengupas, kepiting rajungan yang ditangkap oleh suaminya, hanya dijual secara mentah begitu saja.
Ketika mendapatkan tawaran untuk menjadi pengupas rajungan dari saudaranya, Warningsih tak butuh lama dan langsung bersedia untuk menjadi pengupas rajungan.
Melalui jalan itu, Warningsih bahkan bisa memberdayakan para ibu-ibu rumah tangga di desanya.
"Saya sempat pinjam kredit usaha rakyat Rp50juta, modal awal saya pakai untuk membeli rajungan kemudian membayar gaji para pekerja juga digunakan oleh suami untuk perbaikan kapal. Alhamdulillah sangat membantu," tutur Warningsih.
Warningsih bercerita bahwasanya melalui bantuan modal tersebut, bisa memutar roda ekonomi keluarganya serta sebagian warga-warga di Desa Gegunung Wetan.
Adanya bantuan modal, menjadikan usaha rajungan kupas ini bisa bertahan meski saat ini tangkapan rajungan tak banyak saat musim baratan.
"Bantuan modal sangat membantu, saya rencana mau buat tempat khusus untuk pengupasan rajungan. Kalau sekarang ini masih pinjam halaman teras warga," tutur Warningsih.
Sementara itu Kepala Cabang BRI Rembang, Devi Ridwan saat ditemui Tribunjateng mengatakan produk kredit usaha rakyat bertujuan untuk membantu masyarakat untuk mandiri dalam berusaha.
Fasilitas ini merupakan bagian dari keberpihakan pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil milik rakyat.
Dengan adanya pengembangan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM, hal ini akan berdampak secara makro.
"KUR merupakan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat pelaku UMKM dengan pinjaman bunga rendah yang telah disubsidi. Tentunya ini ada untuk membantu masyarakat dalam membangun usahanya," katanya. (Rad)