Banyak Satwa Mati, Dokter Hewan Medan Zoo Sarankan Satwa untuk Dikawinkan, Ini Kata PUD Pembangunan 
Ayu Prasandi November 18, 2024 02:32 PM

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Dokter Hewan Medan Zoo  Agung Muhammad Syah menyarankan, agar satwa-satwa di Medan Zoo untuk dilakukan breeding (perkawinan).    

Menurut Agung, breeding ini menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk pihaknya agar satwa di Medan Zoo tetap bertahap.

Agung mengatakan, ada lima unsur yang harus dipenuhi oleh  satwa yang berada di kebun binatang. Salah satunya breeding.

"Semua satwa di sini seharusnya, dari lima unsur ini salah satunya mereka bebas breeding atau untuk melakukan perkawinan," jelasnya, Senin (18/11/2024). 

Terkait masalah breeding, kata Agung pihaknya sudah berkali-kali berdiskusi untuk melakukan breeding. 

"Kita breeding itu tujuannya bukan untuk menambah koleksi satwa. Tetapi, kita juga memikirkan satwa di sini  usianya masih produktif tapi sampai satwa itu mati, ia tidak memilki keturunan," katanya. 

Dengan satwa tidak melakukan breeding, kata Agung itu sangat menyiksa mereka (satwa).

"Sudah mereka di kandang, mereka tidak breeding, itu menambah penyiksaan mereka dan membuat stress satwa tersebut," jelasnya. 

Dikatakannya, tantangan saat ini tinggallah breeding para satwa. 

"Semua sudah kita lakukan perbaikan kandang, manajamen pakan dan pola di Medan Zoo tantangan selanjutnya ini hanyalah breeding dan mencari genetik baru untuk mengawinkan me," ucapnya.

Untuk itu, kata Agung ia berharap di Tahun 2025  itu satwa Medan Zoo bisa di breeding sehingga melahirkan satwa satwa baru yang menarik masyarakat.

"Selama ini satwa di Medan Zoo mati terus. Kalau mati semua kita mau dapat dari mana lagi satwanya. Medan zoo jadi kosong. Maka dari itu mau tidak mau satwa di Medan Zoo harus di breeding," jelasnya.

Pihaknya tidak mungkin melakukaan breeding satwa yang ada di Medan Zoo. Sebab, mereka semua adalah sedarah dan satu induk.

"Untuk itu  kami masih mencoba dimana ada lembaga konservasi yang mau kita lakukan pertukaran genetik," ucapnya.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan   Ardian Surbakti mengatakan, pihaknya sedang melakukan upaya kolaborasi  dan komunikasi dengan BKSDA dan DKLH   untuk melakukan pertukaran satwa. 

"Apabila ada hewan yang layak maka kita akan coba komunikasi dengan BKSDA agar ada satwa baru yang masuk ke Medan Zoo," jelasnya.

Diakuinya, pihaknya tidak bisa melakukan breeding terhadap satwa Medan Zoo,  karena mereka sedarah.

"Kita tidak melakukan  breeding antar satwa Medan Zoo karena mereka sedarah. Itu bisa membuat sakit," jelasnya.

Seekor harimau Sumatera di Medan Zoo Anggi (23) sedang berbaring lemas di kandangnya, kamis (14/11/2024). Anggi sekarat, karena  faktor usia dan sedang mengalami penyakit komplikasi.
Seekor harimau Sumatera di Medan Zoo Anggi (23) sedang berbaring lemas di kandangnya, kamis (14/11/2024). Anggi sekarat, karena  faktor usia dan sedang mengalami penyakit komplikasi. (TRIBUN MEDAN/ANISA)

Seekor Harimau Sumatera kembali sekarat di Medan Zoo Jalan Bunga Rampai IV Kelurahan Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.  

Pantauan Tribun Medan, Harimau Sumatera itu bernama Anggi (23), terlihat lemas dan enggan keluar dari kandangnya.

Matanya pun terlihat sayu, bobot badannya terlihat kurus begitupun dengan kulitnya di beberapa bagian seperti mengering.

Sesekali, Anggi terlihat meraung menunjukkan rasa sakitnya.

Ia juga berbaring ke kanan dan ke kiri untuk mencari posisi yang enak untuk beristirahat. 

Selain itu beberapa kali terlihat ia mengangkat kakinya menendang  bagian perutnya sambil meraung.

Saat seorang kipper Medan Zoo memberikan makanannya berupa daging ayam yang sudah dipotong pun, ia enggan mengambilnya.

Malah memilih menidurkan badannya sambil meraung.

"Aum, aum, aum,"teriak anggi.

Dokter Hewan Medan Zoo Agung Muhammad Syah  mengatakan, Anggi mengalami penyakit komplikasi sejak setahun lalu.

Dikatakan Agung, Anggi telah bertahan melawan sakitnya selama setahun tersebut. Mulai dari penyakit ginjal hingga hati.

Agung mengatakan, suatu hal yang langka, Anggi masih bisa bertahan melawan sakitnya selama setahun ini.

"Sejak Anggi mengalami komplikasi,  dia divonis dengan istilah Dubius. Bisa sembuh dengan catatan dan bisa mati dengan catatan.   Artinya 50:50 ini. bisa dikatakan selamat dan tidak selamat," jelasnya.

Namun, selama setahun, dengan upaya yang diadakan oleh Medan Zoo dan Direksi Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan Pemko Medan, Anggi bisa bertahan hingga saat ini.

"Tapi melihat kondisinya saat ini, kita tidak tahu berapa lama lagi dia akan bertahan.  Karena, kita sudah jaga seluruh pola makan kesehatan gizi dan lain-lain tapi melihat usianya sudah masuk usia yang lansia itu akan sulit membuat dirinya bertahan," ucapnya.

Dikatakannya, meski kondisi anggi terus mengalami penurunan, Ia (harimau sumatera) itu tetap mau makan.

"Kalau makan ia mau walaupun sedikit tapi tetap makan dia tidak susah. Hanya itulah, tadi dia enggak mau bermain keluar kandang,  dan suka berbaring begitu saja," ucapnya.

Saat ini, kata Agung, tak ada yang bisa dilakukan oleh pihaknya kecuali dengan memberikan makanan dan perawatan sesuai dengan SOP.

"Inilah makanya kita cuman bisa berdoa sekarang. Karena segala upaya sudah kita lakukan. Tetapi saat ini kita cuman bisa menjaga pola makan dan perawatan sesuai SOP," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Utama Perusahan Umum Daerah (Dirut PUD)  Pembangunan,  Ardian Surbakti mengakui adanya harimau sumatera anggi yang kondisinya secara media kurang baik.

"Jadi ada tujuh harimau di Medan Zoo saat ini. Dua jenis Sumatera lima Benggala.

Untuk harimau Sumatera Anggi, kondisinya sekarang secara medis memang sedang kurang baik.  

Karena memang dari penglihatan penciuman ada ginjal organ dalam itu bermasalah," ucapnya.

Dikatakan Ardian, faktor utama harimau tersebut sakit karena usianya yang sudah memasuki lansia.

 "Namun itu sebenernya disebebkan oleh faktor usia karena memang Anggi ini estimasi kita umur 23-24 tahun. Dimana dalam keterangan dokter dan ahlinya harimau memang di umur segitu sudah cukup tua," jelasnya.

Dikatakan Ardian, pihaknya sudah melakukan segala cara agar Anggi tetap bisa hidup dengan baik.

"Jadi sebenernya kita dan manajemen Medan Zoo sudah melakukan cukup banyak perawatan terhadap Anggi mulai dari pola makan dan kesehatan. Tapi semua yang kita lakukan sudah maksimal. Sehingga  jika karena umur sudah tua kita tak bisa berbuat banyak seperti harimau lain," jelasnya.

Dikatakannya, dalam perawatannya, Anggi mendapat perawatan yang khusus dan dipantau secara intensif.

"Kalau harimau lain kita tetap pantau tapi mereka semua dalam keadaan sehat dan baik. Beda halnya dengan Anggi, makanya kita fokuskan untuk melakukan perawatan intensif," jelasnya.

Berdasarkan data yang Tribun Medan dapatkan, sudah ada enam harimau Sumatera yang mati di Medan Zoo dalam kurun waktu hampir satu tahun ini.

Keenam harimau ini mati di Medan Zoo karena memiliki penyakit komplikasi.  Bahkan di beberapa bulan belakang kemarin, Harimau tersebut mati dalam jangka waktu yang berdekatan.

Banyaknya harimau yang mati,  membuat Medan Zoo menjadi sorotan hingga hari ini, Kamis (14/11/2024).  

Pasalnya  matinya harimau berturut-turut itu, membuat masyarakat menyoroti fasilitas kandang dan perawatan Hewan di Medan Zoo  yang terlihat tidak terawat.

Banyak kandang-kandang yang telah rusak dan seluruh satwa di Medan Zoo kekurangan makanan.

Namun pantauan Tribun Medan saat ini, Kamis (14/11/2024). sejumlah kandang sudah diperbaiki dan terlihat lebih layak dari sebelumnya.

Selain itu, untuk menambah pemasokan untuk pakan satwa, Pihak PUD Pembangunan berkolaborasi dengan Hipmi membuat tempat wisata dhuna Glow.

Uang pemasukan tempat wisata Dhuna Glow di Medah Zoo ini akan dibagikan setengahnya untuk perawatan dan pakan satwa di Medan Zoo

(Cr5/tribun-medan.com)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.