Bukti Bahwa Kesenian Merupakan Hasil Peninggalan Zaman Praaksara
Afif Khoirul M November 19, 2024 12:34 PM

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Fajar menyingsing di ufuk timur, semburat jingga membelai lembut langit yang masih berselimut embun.

Di kaki bukit kapur yang menjulang tinggi, Gua Leang-Leang menanti, menyimpan bisikan kisah dari masa lampau yang teramat jauh.

Di dalamnya, terukir coretan-coretan purba, saksi bisu peradaban manusia di zaman praaksara.

Lukisan-lukisan yang memukau, menggambarkan fauna yang pernah hidup berdampingan dengan manusia, jejak telapak tangan yang seakan ingin menyapa dunia modern, serta simbol-simbol abstrak yang masih menjadi misteri hingga kini.

Gua Leang-Leang, hanyalah satu dari sekian banyak situs purbakala di Nusantara yang menyimpan harta karun tak ternilai, berupa peninggalan seni dari zaman praaksara.

Keberadaan lukisan-lukisan di dinding gua, artefak-artefak berukir, serta ritus-ritus yang dilakukan nenek moyang kita, menjadi bukti tak terbantahkan bahwa kesenian telah mengakar kuat dalam kehidupan manusia sejak zaman purba.

Sebuah perjalanan menelusuri jejak-jejak estetika ini akan membawa kita menyelami kedalaman jiwa manusia praaksara, memahami cara mereka memandang dunia, serta mengagumi kecerdasan dan kreativitas yang telah mereka wariskan.


Zaman praaksara, periode panjang sebelum manusia mengenal aksara, seringkali dianggap sebagai masa kegelapan, di mana manusia masih hidup primitif dan bergantung sepenuhnya pada alam.

Namun, pandangan ini sungguhlah keliru. Di balik keterbatasan teknologi dan pengetahuan, manusia purba telah mampu mengembangkan berbagai bentuk ekspresi seni yang menakjubkan.

Kesenian bagi mereka bukan sekadar hiasan atau hiburan, melainkan bagian integral dari kehidupan, sarana untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, dan memaknai dunia di sekitar mereka.

Salah satu bukti paling nyata dari keberadaan kesenian di zaman praaksara adalah lukisan gua.

Di berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, Afrika, hingga Asia, ditemukan gua-gua yang dindingnya dihiasi lukisan-lukisan purba. Lukisan-lukisan ini umumnya menggambarkan hewan buruan, seperti banteng, rusa, dan babi hutan, yang menjadi sumber makanan utama manusia purba.

Selain itu, terdapat pula cap tangan, figur manusia yang sedang berburu atau menari, serta motif-motif abstrak yang sulit diinterpretasikan.

Di Indonesia, situs-situs lukisan gua tersebar di berbagai wilayah, seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Papua, dan Maluku.

Gua Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu situs paling terkenal, dengan lukisan-lukisan yang diperkirakan berusia lebih dari 40.000 tahun.

Lukisan-lukisan di Gua Leang-Leang didominasi oleh cap tangan berwarna merah dan gambar babi rusa yang dilukis dengan pigmen alami dari tanah liat dan arang.

Penemuan lukisan-lukisan gua ini telah mengguncang dunia arkeologi dan seni.

Para ahli berdecak kagum akan kemampuan artistik manusia purba, yang mampu menciptakan karya seni yang indah dan ekspresif dengan alat dan bahan yang sangat terbatas.

Lukisan-lukisan gua ini bukanlah coretan iseng belaka, melainkan karya seni yang dibuat dengan perencanaan dan keterampilan tinggi.

Selain lukisan gua, kesenian zaman praaksara juga terwujud dalam bentuk artefak-artefak berukir.

Manusia purba menghiasi berbagai peralatan dan perlengkapan hidup mereka dengan ukiran bermotif geometris, figuratif, atau abstrak.

Ukiran-ukiran ini ditemukan pada berbagai benda, seperti kapak batu, tulang, tanduk binatang, dan gerabah.

Salah satu contoh artefak berukir yang menarik adalah Kapak Corong dari Kebudayaan Dongson di Vietnam.

Kapak ini dihiasi dengan ukiran bermotif geometris dan figuratif yang sangat rumit dan detail. Motif-motif tersebut menggambarkan berbagai binatang, manusia, dan makhluk mitologi.

Kapak Corong bukanlah sekadar alat kerja, melainkan juga benda seni yang memiliki nilai estetika dan spiritual yang tinggi.

Di Indonesia, artefak berukir dari zaman praaksara banyak ditemukan di situs-situs megalitikum, seperti di Nias, Sumba, dan Toraja.

Benda-benda megalitikum, seperti menhir, dolmen, dan sarkofagus, seringkali dihiasi dengan ukiran bermotif geometris, figuratif, atau abstrak.

Ukiran-ukiran ini dipercaya memiliki makna simbolik yang berkaitan dengan kepercayaan dan ritus masyarakat praaksara.

Selain lukisan gua dan artefak berukir, kesenian zaman praaksara juga termanifestasi dalam bentuk tarian dan musik.

Meskipun tidak ada catatan tertulis atau rekaman visual tentang tarian dan musik praaksara, namun keberadaan keduanya dapat ditelusuri melalui berbagai petunjuk arkeologis.

Di beberapa situs lukisan gua, ditemukan gambar-gambar yang menggambarkan figur manusia sedang menari atau memainkan alat musik sederhana.

Figur-figur ini biasanya dilukis dengan gerakan yang dinamis dan ekspresif, menunjukkan bahwa tarian merupakan bagian penting dari kehidupan sosial dan ritual masyarakat praaksara.

Alat musik praaksara yang telah ditemukan antara lain adalah seruling tulang, gendang dari kulit binatang, dan berbagai jenis idiofon yang terbuat dari batu atau kayu.

Alat-alat musik ini diperkirakan digunakan untuk mengiringi tarian, upacara keagamaan, atau kegiatan berburu.

Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, tarian dan musik praaksara telah menunjukkan kemampuan manusia purba dalam mengekspresikan diri dan berkomunikasi melalui seni.

Kesenian bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga media untuk menjalin hubungan sosial, mengungkapkan emosi, dan menghubungkan diri dengan alam dan dunia spiritual.

Perjalanan menelusuri jejak-jejak kesenian zaman praaksara membawa kita pada kesimpulan bahwa manusia purba bukanlah makhluk primitif yang hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan fisik.

Mereka juga memiliki kehidupan spiritual dan budaya yang kaya, yang tercermin dalam berbagai bentuk ekspresi seni.

Kesenian zaman praaksara merupakan warisan berharga yang memberikan gambaran tentang kehidupan, pemikiran, dan perasaan nenek moyang kita.

Melalui kesenian, mereka mencoba memahami dunia, mengungkapkan diri, dan mencari makna hidup.

Kesenian telah menemani perjalanan panjang evolusi manusia, dari masa praaksara hingga era modern saat ini.

Di tengah kemajuan teknologi dan peradaban modern, penting bagi kita untuk tidak melupakan akar budaya kita.

Kesenian praaksara merupakan fondasi dari perkembangan kesenian manusia selanjutnya.

Dengan mempelajari dan menghargai kesenian praaksara, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita sendiri dan sejarah peradaban manusia.

Semoga artikel ini dapat membuka cakrawala kita tentang kekayaan dan keunikan kesenian praaksara, serta menginspirasi kita untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya yang tak ternilai ini.

---

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.