TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, turun langsung ke satu desa di Bali, Sabtu (20/12/2024) untuk memonitor dan mengecek langsung kondisi Keluarga Risiko Stunting di wilayah tersebut, khususnya terkait dengan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Meski Bali terendah dalam kasus stunting, Desa Suter, Kecamatan Kintamani, tetap menjadi lokus kunjungan Menteri Wihaji karena ditengarai menteri masih ada satu-dua anak balita stunting yang belum termonitor.
"Kunjungan kami untuk memastikan (pelaksanaan) program (stunting di lapangan). Karena menyelamatkan satu orang sama dengan menyelamatkan satu generasi," ujar Menteri Wihaji dalam kegiatan Kolaborasi Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) Bersama Mitra Kerja Tahun 2024.
Kegiatan yang dihadiri Pj. Gubernur Bali dan pejabat pusat dan daerah terkait, Menteri Wihaji mengatakan, dalam pelaksanaan program Genting tidak boleh ada satu balita maupun ibu hamil yang terindikasi stunting terlewatkan mendapat intervensi.
"Bukan masalah jumlah, tapi perlu keadilan. Alhamdulilah, tokoh adat dan pejabat, termasuk seluruh bupati di Bali sepakat menjadi orang tua asuh dari salah satu anak asuh yang masuk dalam keluarga risiko stunting," urai Menteri Wihaji.
Salah satu kunci keberhasilan yang membawa Bali, termasuk Bangli, terdepan dalam penanganan stunting adalah gotong royong.
"Di Bangli bagus. Ditangani keroyokan, kerjasama gotong royong, saling bantu," ungkap Menteri.
Menteri Wihaji menegaskan negara tetap hadir menangani stunting, diantaranya melalui program Genting.
"Tapi tidak semuanya bisa dicover oleh negara. Kita konsepnya pentahelix. Di negara-negara maju juga sama, pentahelix, kerja sama antar stakeholder. Yang tidak tercover negara, dibantu oleh orang tua asuh. Jangan sampai ada warga negara tidak disentuh," tandas Wihaji.
Ia juga mengemukakan bahwa dalam program Genting Kemendukbangga/BKKBN menyasar 1 juta anak asuh sepanjang waktu ke depan, sambil memonitor dan melakukan evaluasi.
"Kami tetap berdasarkan Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Kita presisikan dan disiplinkan. Presisi artinya tepat sasaran. Sangat rigit, alamat, nama, provinsinya di mana, diketahui melalui data yang ada," ujar menteri.
Menteri Wihaji bersama rombongan juga mengunjungi secara langsung dua keluarga risiko stunting di desa tersebut. Dialog menteri berlangsung penuh kekeluargaan dengan keluarga I Wayan Sariawan. Selanjutnya menteri juga mengunjungi keluarga I Komang Budiarta.
Ketidakadilan sosial
Sementara Pj. Gubernur Bali, SM Mahendra Jaya, mengatakan persoalan stunting pada balita tidak hanya persoalan kesehatan, namun juga menyangkut ketidakadilan sosial bagi balita/anak tersebut. Penyebabnya, asupan makanan yang kurang baik/bergizi akibat ketidakmampuan ekonomi dan pola asuh yang salah.
"Hal ini menjadikan tumbuh kembang balita/anak tersebut menjadi terhambat atau terganggu, sehingga masa depannya tidak kompetitif," ujar Mahendra.
Kondisi ini dapat pula dijadikan sebagai gambaran kualitas dari suatu keluarga. Menurut Mahendra, pada daerah yang banyak angka prevalensi stunting, memberikan gambaran kalau daerah tersebut masih banyak terdapat keluarga yang kualitas hidupnya kurang, tidak bahagia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, prevalensi stunting di Provinsi Bali pada 2023 sebesar 7,2 persen, turun 0,8 poin dibanding tahun 2022 sebesar 8%. Sekaligus menjadi provinsi dengan tingkat stunting terendah di Indonesia. Sementara prevalensi stunting di Kabupaten Bangli rerata berada di atas angka rerata Bali.
"Sebagai komitmen kami dalam percepatan penurunan stunting di Provinsi Bali, Pemprov Bali telah melakukan tagging anggaran Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 sebesar Rp71.805.752.144, dengan lokus intervensi stunting di semua kabupaten/kota se-Bali, dengan desa lokus intervensi sebanyak 166 desa," urai Mahendra.
Selain program Genting yang didukung 3.327 Tim Pendamping Keluarga, Pemprov Bali telah membangun sebuah platform sistem informasi terintegrasi, yaitu Sigenting (Sistem Monitoring Pencegahan Kemiskinan dan Stunting).
Sistem informasi ini berguna untuk mendata, mengukur, memantau, mengevaluasi, dan intervensi terhadap balita atau keluarga berisiko stunting dan kemiskinan ekstrem dengan sumber data terintegrasi lintas sektor.