Artikel ini tentang bagaimana pengalaman ibu/bapak dalam mendapatkan layanan responsif saat bersekolah dahulu? Semoga bermanfaat
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Ini masih soal dari PMM 2024, terutama untuk para guru: Bagaimana pengalaman ibu/bapak dalam mendapatkan layanan responsif saat bersekolah dahulu?
Ini jawabannya:
Contoh Jawaban 1:
Layanan responsif yang saya dapatkan saat sekolah dahulu sudah cukup baik. Namun, di masa itu, layanan responsif hanya diberlakukan bagi peserta didik yang bermasalah dari segi karakter maupun tingkah lakunya.
Jadi, tidak ada wadah diskusi untuk siswa yang ingin membahas masalah kesulitan belajar, pilihan karier, dan sebagainya.
Contoh Jawaban 2:
Layanan responsif yang diberikan ketika saya sekolah dahulu sudah baik dan memenuhi kebutuhan para siswanya. Konselor yang bekerja di sekolah saya saat itu juga berupaya membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh para siswa. Selain itu, konselor juga dapat memberikan saran yang membangun.
Contoh jawaban 3:
Layanan responsif pada saya masih sekolah dulu sayangnya kurang memenuhi apa yang dibutuhkan oleh para siswa. Sebab, layanan tersebut cenderung lebih menyepelekan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa saya sekolah dahulu.
Contoh jawaban 4:
Layanan responsif ketika saya sekolah dahulu cukup baik dan sangat memenuhi kebutuhan para siswanya. Konselor yang bekerja di sekolah saat itu sangat membantu para siswa dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh para siswa.
Tak hanya itu saja, konselor juga dapat memberikan saran yang membangun. Sehingga, para peserta didik merasa sangat terbantu dengan adanya layanan responsif yang ada di sekolah pada saat itu, termasuk saya.
Apa itu layanan responsif?
Mengutip Tribunnews.com, pelayanan responsif adalah suatu pemberian bantuan yang diberikan kepada para peserta didik yang sedang menghadapi masalah atau kebutuhan yang memerlukan pertolongan segera agar tidak menimbulkan gangguan pada proses pencapaian para peserta didik di sekolah.
Adapun tujuan dari pelayanan responsif itu sendiri ialah melakukan intervensi permasalahan atau kepedulian pribadi, sesuatu yang dirasakan oleh peserta didik. Beberapa permasalahan itu sendiri, seperti; masalah pribadi, masalah perkembangan pendidikan, serta jenjang karir dari setiap peserta didik.
Adapun fokus dari pelayanan responsif ini sendiri tergantung dari masalah-masalah yang muncul dari peserta didik. Pada umumnya, layanan ini dapat memahami permasalahan yang terjadi dari beberapa perilaku peserta didik seperti:
1. Cemas akan masa depan
2. Merasa terlalu rendah diri
3. Suka bolos sekolah
4. Malas belajar
5. Perilaku impulsive
6. Kurang dapat bergaul
7. Mempunyai kebiasaan yang kurang baik
8. Prestasi yang sangat buruk
9. Tawuran
10. Pergaulan bebas
11. Stress, hingga
12. Masalah keluarga
Sementara menurut bukuDasar-Dasar Konseling:Tinjauan Teori dan Praktik,layanan responsif merupakan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik dengan tujuan membantu mereka menyelesaikan atau memenuhi kepentingannya.
Ada beberapa topik yang biasanya dibahas dalamlayanan responsif:
- Bidang Pendidikan: Pemilihan program studi di sekolah lanjutan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan, hingga pemilihan program studi di perguruan tinggi.
- Bidang Belajar: Cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan dalam belajar.
- Bidang Sosial: Cara memilih teman dan memelihara persahabatan dengan baik, serta cara mengatasi konflik dengan teman.
- Bidang Pribadi: Pembentukan identitas karier dan sejenisnya.
- Bidang Disiplin: Tata tertib sekolah dan perilaku disiplin yang berlaku.
- Bidang Narkotika: Siswa akan diberi pemahaman tentang bahaya penggunaan narkotika dan diberi bekal agar terhindar dari benda terlarang tersebut.
- Bidang Perilaku Seksual: Pengenalan bahaya perilaku seks bebas, cara berteman yang baik, dan sejenisnya.
Jika membaca penjelasannya, layanan responsif dalam sebuah satuan pendidikan sangat penting keberadaannya. Layanan ini selain bisa menjadi semacam media konseling para siswa, juga bisa membuat para siswa "ada temannya".