TRIBUN-MEDAN.com - Baru-baru ini, viral di media sosial sosok Veveonah Mosibin, mahasiswi yang kini sedang menempuh pendidikan kuliah kedokteran.
Ternyata, Veveonah Mosibin sudah pernah viral 5 tahun silam.
Lima tahun lalu, ia viral karena memanjat pohon demi sinyal wifi untuk belajar dan ujian.
Dikutip dari TribunJatim.com, 5 tahun yang lalu, selama pandemi, seorang siswa Sabahan, Malaysia, yang bernama Veveonah Mosibin menjadi viral.
Veveonah viral karena menghabiskan waktu 24 jam di dalam pohon untuk mendapatkan koneksi internet untuk melakukan ujian online.
Pasalnya, Veveonah tinggal di desa yang tempatnya sulit untuk menjangkau sinyal Wifi.
Kejadian tersebut diketahui terjadi ketika pandemi dan seluruh siswa di Malaysia diharusnya belajar di rumah.
5 tahun berlalu, bagaimana kabar dari Veveonah sekarang?
Menurut laporan New Straits Times, kini Veveonah menyelesaikan gelar sarjana ilmu kelautan dari Universiti Malaysia Sabah (UMS) dengan IPK 3,46.
Dan dirinya juga telah memulai kuliah kedokteran di Management and Science University (MSU) di Shah Alam.
Namun, ia harus melewatkan wisuda untuk gelar sarjana ilmu kelautan, bidang yang tidak diminatinya karena lanskap e-learning akibat pandemi COVID-19.
“Saya disponsori untuk terbang kembali ke Sabah untuk merayakan Natal, tetapi membeli tiket pesawat lagi untuk wisuda itu sangat mahal, terutama di bulan Desember,” curhatnya.
Dirinya juga menceritakan alasannya untuk memilih pindah jurusan dari Ilmu Kelautan ke kedokteran.
“Ceritanya panjang, tetapi kondisi mental yang tidak stabil dan depresi dapat menyebabkan pilihan yang buruk yang tidak sesuai dengan kemampuan dan hasrat seseorang,
Kegembiraan dan semangat awal saya untuk ilmu kelautan hanya bersifat sementara,
Saya mulai kehilangan minat selama pandemi, karena kami harus mempelajari semuanya secara online,
Ilmu kelautan membutuhkan lebih banyak pembelajaran secara langsung dan fisik,” katanya.
Dia telah memutuskan untuk beralih ke dunia kedokteran pada tahun 2021.
Tetapi dirinya memilih untuk menyelesaikan gelar sarjana ilmu kelautan terlebih dahulu karena dia masih memiliki kontrak beasiswa.
Perempuan berusia 23 tahun ini dalam proses pengajuan beasiswa setelah memulai program kedokteran selama 5 tahun pada bulan Oktober.
“Di sini, saya memiliki teman-teman dari berbagai latar belakang, mereka sangat baik dan ramah,
Mereka banyak membantu saya beradaptasi dengan kehidupan di MSU,
Dikelilingi oleh orang-orang yang cerdas dan pekerja keras membuat saya semakin termotivasi,” curhatnya.
Kisah lainnya yang menginspirasi adalah yang dialami anak buruh tani satu ini.
Nur Rahmah, anak seorang buruh tani akhirnya bisa bersekolah kuliah di perguruan tinggi di Makassar.
Nur Rahmah memiliki seorang ayah dan ibu yang merelakan semuanya demi kesuksesan sang anak.
Termasuk biaya untuk membeli obat penyakit tetapi dipakai untuk biaya bersekolah anaknya.
Nur Rahmah, mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, berbagi kisah perjuangannya menempuh pendidikan tinggi.
Lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Bantaeng, perjalanan hidup Nur Rahmah menjadi potret nyata perjuangan dalam keterbatasan.
Dibesarkan dari keluarga petani dengan kondisi ekonomi serba sulit, Nur Rahmah harus membantu ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga.
Ayahnya telah divonis diabetes dan komplikasi ginjal, tidak bisa bekerja, sehingga Nur Rahmah harus ikut memanen padi, jagung, hingga bekerja sebagai buruh bangunan untuk membantu menopang keluarga.
Namun, di tengah keterbatasan itu, mimpi besar untuk melanjutkan pendidikan tinggi tak pernah padam.
“Bapak selalu bermimpi agar saya bisa kuliah,” ungkap Nur.
Demi mewujudkan harapan tersebut, ayahnya rela menggunakan uang yang seharusnya dipakai membeli obat, agar dapat digunakan sebagai biaya pendaftaran kuliah sang anak.
Nur Rahmah mendaftar di Unismuh Makassar dan mengajukan diri sebagai penerima Beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah (beasiswa KIP-K).
Alhasil ia dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa itu.
Keberhasilannya mendapatkan KIP Kuliah membawa secercah harapan bagi keluarga, namun kabar baik itu juga diiringi kesedihan.
Saat pulang untuk menyampaikan kabar bahagia itu, Nur mendapati ayahnya telah berpulang.
Meski berat, ia bertekad melanjutkan pendidikan demi memenuhi harapan sang ayah.
Kisah Nur Rahmah menjadi salah satu dari 1.325 mahasiswa Unismuh Makassar yang menerima Beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada tahun 2024.
Penyerahan buku rekening bagi penerima KIP Kuliah ini berlangsung di Balai Sidang Muktamar Kampus Unismuh, Kamis, 26 Desember 2024.
Acara tersebut dirangkaikan dengan penyerahan SK pembukaan Program Studi Magister Akuntansi oleh Kepala LLDIKTI Wilayah IX, Dr. Andi Lukman.
Dalam sambutannya, Andi Lukman mengapresiasi kesigapan Unismuh dalam memfasilitasi ribuan mahasiswa penerima beasiswa.
“Unismuh adalah penerima KIP Kuliah terbesar di wilayah Sultanbatara, berkat data yang rapi dan terorganisasi,” ujarnya.
Ketua Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) Unismuh, Dr Nenny, dalam laporannya menyampaikan bahwa beasiswa KIP Kuliah di Unismuh Makassar mencatat peningkatan signifikan setiap tahunnya.
"Pada tahun 2021, penerima beasiswa tercatat sebanyak 306 mahasiswa. Jumlah ini meningkat menjadi 357 mahasiswa pada tahun 2022. Pada tahun 2023, jumlah penerima melonjak drastis menjadi 1.087 mahasiswa, dan pada tahun 2024 mencapai angka tertinggi sebanyak 1.325 mahasiswa," ungkap Nenny.
(*/tribun-medan.com)
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel