TRIBUNMANADO.CO.ID, Seoul - Laporan intelijen muncul beberapa hari setelah Presiden Ukraina mengatakan hampir 3.000 tentara Korea Utara telah 'tewas atau terluka' dalam pertempuran.
Seorang tentara Korea Utara, yang bertempur untuk Rusia, tewas dalam tahanan Ukraina karena luka parah, menurut badan mata-mata Korea Selatan.
Pengumuman oleh Badan Intelijen Nasional di Seoul itu disampaikan pada hari Jumat, beberapa jam setelah kantor berita Yonhap mengutip kantor berita tersebut yang mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa pasukan Ukraina telah menangkap seorang tentara Korea Utara.
Laporan itu mengatakan bahwa ia masih hidup, meskipun lokasi penangkapannya tidak diketahui.
Pyongyang telah mengerahkan ribuan tentara untuk memperkuat militer Rusia, khususnya ke wilayah perbatasan Kursk tempat Ukraina melancarkan serangan mendadak ke perbatasan pada bulan Agustus.
Konfirmasi kematian tentara tersebut muncul beberapa hari setelah Presiden Ukraina Volodymir Zelensky mengklaim bahwa hampir 3.000 tentara Korea Utara telah "terbunuh atau terluka" sejauh mereka bergabung dengan pasukan Rusia dalam pertempuran.
Ini menandai perkiraan signifikan pertama oleh Ukraina mengenai korban Korea Utara beberapa minggu setelah Kyiv mengumumkan bahwa Korea Utara telah mengirim 10.000 hingga 12.000 tentara ke Rusia untuk membantunya dalam perang yang berlangsung hampir tiga tahun.
Intelijen militer Ukraina, yang dikenal dengan akronimnya GUR, mengatakan banyak korban telah menimpa unit-unit Korea Utara akibat serangan Ukraina di dekat Novoivanovka di Kursk, masalah pasokan, dan bahkan kekurangan air minum.
Hubungan Erat
Korea Utara dan Rusia telah memperkuat hubungan militer mereka sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Pakta pertahanan penting antara Pyongyang dan Moskow yang ditandatangani pada bulan Juni mulai berlaku bulan ini, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin memujinya sebagai "dokumen terobosan".
Sekutu Ukraina menyebut meningkatnya keterlibatan Pyongyang dalam perang Rusia di Ukraina sebagai "ekspansi berbahaya" dari konflik tersebut.
Politisi Korea Selatan Lee Seong-kweun mengatakan minggu lalu bahwa tentara Pyongyang "dimanfaatkan sebagai unit penyerang garis depan yang dapat dikorbankan". (Tribun)