TIMESINDONESIA, SURABAYA – Wartawan senior Jawa Timur, Amang Mawardi kembali meluncurkan buku terbarunya berjudul "Seperti Obrolan Warung Kopi”.
Acara peluncuran buku tersebut digelar di Graha A Azis PWI Jawa Timur, Jalan Taman Apsari 17 Surabaya, Jumat (27/12/2024) kemarin.
Di hadapan undangan yang mayoritas wartawan senior, Amang menjelaskan, bahwa buku itu merupakan buku ke-17 yang telah diterbitkan.
Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, Amang menceritakan, buku kali ini dicetak dengan melibatkan bantuan teman-teman media.
"Mereka bukan sponsorship. Sebab untuk mendanai buku yang dicetak dengan tiras terbatas ini, sponsor dari perusahaan enggan. Perusahaan sebagai sponsorship yang bersedia membantu, biasanya terhadap penulis yang bukunya dicetak minimal 500 eks," ucapnya.
"Mereka yang membantu saya adalah donatur, bukan yang sifatnya sponsorship. Mereka adalah teman-teman saya pemilik media online, institusi seperti PWI, dan perorangan yang peduli terhadap dunia literasi," jelasnya.
Sekilas soal buku Amang, buku ini bergenre non fiksi yang menceritakan perjalanan seorang wartawan.
Buku ini menyajikan kumpulan 40 features storytelling yang ditulis Amang Mawardi di media portal kempalan com. Di antaranya, judul features “Negara Masih Miskin kok Mancing”, contohnya. Juga, judul “Petunjuk Sepatu Gosong”.
Sementara itu, Dhimam Abror Djuraid, Ketua Dewan Pakar PWI Pusat yang kini aktif mengajar Ilmu Komunikasi di Unitomo Surabaya, turut mengapresiasi karya Amang Mawardi.
"Pak Amang ini menulis 17 buku. Kalau di kampus, dia sudah jadi guru besar. Sebab, tidak semua akademisi bisa menulis. Kalau mereka disuruh menulis, pasti gelagapan," kata Abror, sapaan akrabnya, saat menjadi pembicara.
Abror yang memberi kata pengantar di buku setebal 211 halaman ini menambahkan, karya-karya Amang merupakan pengejawantahan dari profesinya selaku wartawan.
"Buku ini ditulis dengan gaya sederhana dan melibatkan cerita sehari-hari yang ringan. Cara bertutur Amang dalam tulisan sangat mudah dicerna," jelasnya.
Abror menyebut, Amang menulis dengan teknik yang lazim disebut story telling.
"Gaya tulisan (story telling) seperti ini sangat populer dan digemari sampai sekarang. Bahkan Majalah Tempo menjadi pionir dengan jurnalisme sastrawinya yang menerapkan story telling," ungkapnya.
Senada, Ketua PWI Jawa Timur, Lutfil Hakim mengapresiasi Amang Mawardi yang meski usianya tidak muda lagi, masih produktif dalam menulis.
"Di usia yang tak muda, beliau masih bisa menelurkan karya-karya. Itulah jurnalis sejati. Jurnalis yang hebat dimanapun dia berada, dia akan terus menulis," ucap Lutfil.
Menurut Lutfil, apa yang ditulis Amang tidak sekadar berbagi cerita faktual, tidak sekadar ditulis dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Tetapi dia menghadirkan sebuah karya jurnalistik yang sederhana dan mudah dipahami banyak orang.
"Buku ini bisa menambah perbendaharaan literatur kesejarahan jurnalis maupun karya jurnalistik," tuturnya.
Ditambahkan Lutfil, produktivitas Amang di usia senja bisa ditiru oleh wartawan-wartawan muda di Jawa Timur, khususnya Surabaya.
"Saya banyak belajar dari beliau, dan banyak wartawan juga harus belajar dari pengalaman-pengalaman beliau. Amang sampai kapan pun akan tetap menjadi wartawan. Karena tidak ada yang namanya mantan wartawan," tandasnya.
Hadir dalam acara itu Tjuk Suwarsono, mantan Wapemred Surabaya Post, Hariono Onoirah Santoso mantan Dirut TVRI yang sekarang rajin nulis novel, Maksum mantan redaktur Opini Jawa Pos, Yusron Aminulloh jurnalis senior yang kini sukses sebagai pengusaha Eco Wisata Dedurian Park, Ferry Is Mirza Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Jatim, Arifin BeHa Pemred media online Lentera com.
Juga, Achmad Pramudito, Pemred Inilah Surabaya com, Wahyu Kuncoro Pemred Harian Bhirawa peraih lebih dari 40 kejuaraan lomba karya tulis baik tingkat nasional maupun regional, Yunus Supanto peraih Hadiah Adinegoro kategori Editorial dan Sasetya Wilutama pengarang sastra Jawa.
Lalu ada Syaiful Anam Pemred Tabloid Jatim Post, raja penggurit Widodo Basuki, dan Aming Aminoedhin, presiden penyair Jawa Timur.
Tak ketinggalan, Noviyanto Aji Wapemred rmoljatim id sekaligus novelis -- dimana sore itu bicara panjang lebar tentang dunia jurnalistik dan literasi.
Ada juga Mushadi Mus dan Herry Siswa alumni Akademi Wartawan Surabaya yang belakangan sering hadir pada banyak event dunia literasi.
Terakhir, ada Toto Sonata wartawan senior dan penyair, Achmad Zainuri sutradara teater Bengkel Muda, dan Denting Kemuning.(*)