TIMESINDONESIA, RIAU – Tahun baru sudah di depan mata, hanya dalam hitungan jam kita sudah akan berada di tahun 2025. Tahun yang diharapkan membawa asa baru dan keberuntungan bagi manusia sejagad, termasuk di Tanah Air.
Dalam beberapa dekade belakangan, peristiwa tahun baru juga sudah menjadi fenomena baru dan ditunggu-tunggu kehadirannya oleh warga masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Suasana tahun baru sudah mulai tercium aromanya ketika memasuki awal bulan Desember dan berlanjut hingga Januari. Banyak kota di dunia, termasuk di Indonesia ikut menyemarakkan momentum tahun baru dengan berbagai aktivitas dan kegiatan, khususnya di sektor pariwisata dan turunannya secara langsung ataupun tidak langsung, dengan berbagai kegiatan yang dibungkus dalam istilah meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE).
Tahun baru juga dijadikan moment liburan bagi warga masyarakat dengan banyaknya hari libur dan cuti panjang seperti yang terjadi pada tahun 2024, dimana tanggal 25 Desember libur hari Natal, dan berlanjut libur tanggal 26 Desember dengan istilah cuti bersama, lalu masuk kerja lagi pada hari Jumat. Sabtu dan Minggu libur lagi bagi ASN dan sebagian karyawan swasta. Senin, 30 Januari masuk lagi. Dan tanggal 31 Januari libur lagi yang diikuti libur tanggal 1 Januari 2025.
Selain itu, siswa sekolah juga bersamaan liburnya, mulai dari tanggal 23 Desember hingga 4 Januari 2025. Jadi, memang merupakan moment spesial untuk liburan bersama keluarga, karib kerabat ataupun teman.
Sehubungan itu, banyak tempat mempersiapan diri untuk menyambut arus para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Agen biro perjalanan wisata juga biasanya mengalami lonjakan pemesanan tiket dan paket wisata.
Hotel dan restoran juga mengalami kenaikan omzet penjualan, termasuk juga pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat rekreasi dan hiburan lainnya, banyak disesaki oleh para wisatawan dan pengunjung.
Harapan Baru
Selain untuk menikmati hari libur tahun baru, moment pergantian tahun baru juga dapat dijadikan sebagai momentum untuk refleksi atau muhasabah diri di dalam perjalanan hidup selama setahun yang lalu.
Dengan harapan, berbagai kegagalan dan masalah lainnya yang kurang menguntungkan dan mengenakkan dapat ditepis dan digantikan dengan keberhasilan dan kegembiraan serta keceriaan di tahun baru 2025.
Tahun baru 2025 dibuka dengan lembaran baru untuk menatap masa depan yang lebih baik dan menggembirakan. Pencapaian prestasi pada tahun 2024 dapat untuk ditingkatkan lagi pada tahun 2025.
Kegagalan usaha dan menurunnya kinerja pada tahun 2024 dapat untuk ditebus dengan kejayaan dan peningkatan kinerja pada tahun 2025. Karir yang stagnan, dapat untuk dipacu dan digerakkan lagi ke arah yang lebih menjanjikan dan peningkatan yang significant.
Bagi para pelajar dan mahasiswa yang nilai dan prestasinya biasa-biasa saja pada tahun 2024 dapat untuk berubah menjadi prestasi yang membanggakan dan nilai cemerlang di tahun baru 2025. Begitu juga tugas akhir berupa skripsi, thesis atau disertasi mahasiswa yang mentok dapat untuk digenjot dan dituntaskan pada tahun 2025.
Selain itu, yang belum bernasib baik di dalam jodoh dan rumah tangga, dapat untuk segera menemukan jodoh yang diidamkan dan solusi rumah tangga yang rukun dan damai bagi yang mendapatkan ujian dalam kehidupan rumah tangga.
Termasuk target yang belum tercapai bagi para pemimpin daerah seperti gubernur, bupati/walikota pada tahun 2024, dapat dijadikan pemicu untuk bekerja yang lebih serius dan sungguh-sungguh pada tahun 2025.
Berbagai kendala dan masalah yang ada, dapat dicarikan solusi dan jalan keluar terbaik di tahun baru 2025. Intinya, ada semangat dan harapan baru ditancapkan untuk menatap masa depan di era yang penuh ketidakpastian (uncertainity era).
Semangat dan harapan baru hanya akan mucul jika individu ada gairah dalam memasuki tahun baru. Kegairahan ini yang senantiasa harus diasah dan dipupuk agar tetap berkilau dan menyala.
Sebaliknya, jika kegairahan semakin meluntur dan redup, maka yang muncul adalah keputusasaan, kekecewaan, kesedihan, kemurungan, kemalasan, kesepian dan akan berujung kepada kebinasaan dan akhirnya ‘kematian’.
Sebagai contoh sederhana, jika dalam rumah tangga sudah tidak bergairah lagi menjalani kehidupan, maka rumah tangga akan berubah menjadi ‘dingin’ dan bisa berujung kepada perceraian.
Begitu juga jika seorang mahasiswa atau pelajar yang tidak lagi bergairah untuk kuliah dan belajar, maka akan dapat berganti menjadi mahasiswa abadi (MA) dan bisa-bisa gagal studi atau DO (drop out), atau digelari menjadi mahasiswa yang makin memble aje (MBA). Hidup adalah pilihan.
***
*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.