Tabiat Pengungsi Rohingya Sering Mencuri, Padahal Tunjangannya Lebih Tinggi Dari Gaji UMR Semarang
raka f pujangga December 30, 2024 10:30 PM

TRIBUNJATENG.COM - Pengungsi Rohingya bikin resah warga Riau setelah melakukan aksi pencurian di rumah warga.

Padahal para pengungsi tersebut mendapatkan uang bulanan melebihi gaji UMR Kota Semarang sebesar Rp 3.454.827.

Diketahui tunjangan itu diperoleh dari Perserikatan Bangsa-bangsa.

Bahkan tunjangan yang diperoleh mereka setiap bulannya membuatnya bisa membeli sepeda motor.

Pantas warga geram karena kelakuan pengungsi Rohingya, sebab hidupnya sudah dicukupi, tapi masih ada yang maling. 

Kabar pengungsi Rohingya mendapatkan uang bulanan rutin dengan nominal fantastis viral di linimasa.

Kabar tersebut diungkap sendiri oleh salah satu pengungsi Rohingya di Pekanbaru, Riau bernama Syaufiq.

Dari unggahan Instagram nenktainment, Syaufiq menceritakan kepada media di Riau soal bantuan yang mereka dapatkan berupa uang.

Belakangan pun terungkap sosok donatur yang setiap bulan memberikan uang kepada pengungsi Rohingya di Riau.

Untuk diketahui, total pengungsi Rohingya di Riau kini mencapai 550 orang.

Para pengungsi tersebut tinggal di sebuah lahan kosong yang bersebelahan dengan pemukiman warga di wilayah Pekanbaru.

Mereka mendirikan rumah yang dibuat dari terpal dan kayu secara acak di lahan kosong tersebut.

Untuk atap, pengungsi Rohingya menggunakan akar dan sisa dedaunan kering untuk menutupi rumah mereka.

Tinggal di kawasan kumuh, pengungsi Rohingya nyatanya mampu membeli sepeda motor sebagai alat transportasi.

Usut punya usut, pengungsi Rohingya itu bisa membeli kendaraan lantaran rutin dapat uang bulanan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Salah seorang pengungsi Rohingya, Syaufiq merincikan nominal uang bantuan perbulan dari PBB.

Berikut rincian bantuan bulanan yang konon didapatkan oleh pengungsi Rohingya di Riau:

Remaja belum menikah: Rp1.050.000

Anak-anak: Rp300.000

Pasangan suami istri: Rp4.000.000

Jual Pemberian Warga

Seorang warga bernama Darmiwati baru-baru ini memviralkan aksi pengungsi Rohingya yang mendatangi rumahnya guna mengambil buah-buahan di kebunnya.

Awalnya diungkap Darmiwati, ia sempat memberikan buahnya untuk pengungsi Rohingya karena kasihan.

Namun belakangan Darmiwati dibuat kecewa saat tahu bahwa buah pemberiannya malah dijual kembali pengungsi Rohingya.

"Mereka (Pengungsi Rohingya) itu kasihan juga karena mereka katakan mereka tidak makan. Kita beri tapi apa kata mereka? sama mereka rupanya itu (makanan pemberian warga) dijual," ungkap Darmiwati dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan youtube sctv, Minggu (29/12/2024).

Lebih lanjut bercerita, Darmiwati mengaku sangat resah dengan perangai pengungsi Rohingya.

Sebab mereka tiba-tiba datang bergerombol dan meminta makanan kepada warga secara paksa.

"Mereka (pengungsi Rohingya) berharap dikasih satu, semua mereka harus ikut makan. Mana bisa ibu memberi makan 500 kk? jadi mereka datang bergerombolan memanjat sama-sama," imbuh Darmiwati.

Lantaran hal tersebut, Darmiwati mendesak pemerintah agar segera mengusir pengungsi Rohingya dari Riau.

"Ini masyarakat loh manusia Rohingya loh. Mereka selalu mengatakan mereka (pengungsi Rohingya) tidak mengerti aturan (di Indonesia). Loh kenapa diterima masyarakat yang tidak mengerti aturan tindak pidana dan berhubungan dengan masyarakat? Ini tugas negara loh mengusir mereka, tolong kembalikan mereka," ujar Darmiwati.

Bukan cuma mencuri, pengungsi Rohingya kata Darmiwati juga kerap mengancam warga dengan senjata tajam.

Alibi pengungsi Rohingya soal alasan membawa sajam adalah untuk mencari kayu di kebun warga.

"Mereka (pengungsi Rohingya) sering datang bawa senjata tajam, udah sering. Jangan membawa sajam ke rumah penduduk, alasan mereka membawa sajam mencari kayu," kata Darmiwati

Terkait perangai buruk pengungsi Rohingya yang membuat resah, Syaufiq pun memberikan penjelasan.

Syaufiq mengurai alasan kenapa saudaranya yakni pengungsi Rohingya meminta makanan kepada warga padahal sudah dapat uang bantuan dari PBB.

Ternyata hal itu berkaitan dengan manajemen keuangan pengungsi Rohingya yang buruk.

"Lalu ada itulah (bantuan dari PBB tapi) waktu habis (tidak cukup), dia (para pengungsi) tidak memiliki makanan," ujar Syaufiq.

Perihal perilaku buruk pengungsi Rohingya, Syaufiq mengungkap fakta tak terduga.

Diakui Syaufiq, pengungsi Rohingya sejatinya sudah diajarkan dan berusaha belajar adab agar diterima warga Indonesia.

"Kita belajar adab ada, belajar apapun boleh," pungkas Syaufiq.

Namun nyatanya pengungsi Rohingya tetap tak diterima warga lantaran tindakannya yang meresahkan. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.