Tahan Tangis, Tersangka Uang Palsu Ceritakan saat Termakan Rayuan Andi Ibrahim: Terpaksa Ikut
Ayu Miftakhul Husna January 01, 2025 07:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Seorang tersangka kasus pabrik uang palsu di UIN Alauddin Makassar bernama Mubin membagikan ceritanya.

Mubin mengaku ikut tercebur dalam komplotan pembuatan uang palsu ini berawal saat dipanggil oleh Kepala UPT Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim.

Mubin diminta datang ke kantor yang bersangkutan pada bulan November lalu.

Ia awalnya tidak tahu alasan dan tujuan dirinya dipanggil menghadap Andi Ibrahim.

"Setiba di sana kantornya beliau, ngobrol-ngobrol santai begitu, lalu diperlihatkanlah uang. Saya juga gak tahu uang apa itu," ucapnya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Rabu (01/01/2025).

Mubin melanjutkan, ia lalu diberikan contoh uang palsu tersebut.

Dirinya memegang dan mengamatinya.

"Wah bagus ini," kata dia mengulang obrolan dengan Andi Ibrahim.

Singkat cerita, Andi Ibrahim menawari Mubin untuk bergabung dalam memproduksi uang.

Kala itu, Andi Ibrahim tidak pernah menyebut uang yang produksinya sebagai uang palsu.

Ia juga memiliki cara agar Mubin ikut percaya uang tersebut bukanlah uang palsu.

"Beliau gak pernah bilang uang palsu cuma, bilang layak edar," katanya.

Bahkan, untuk menyakinkan Mubin, Andi Ibrahim mengecek uang dengan lampu lampu UV.

"Jadi ada logo BI-nya, apanya semua. Bagus ini (uang) saya bilang," kata Mubin.

Dirayu dengan keuntungan

Andi Ibrahim juga merayu Mubin agar mau ikut dengan iming-iming keuntungan.

Yakni Mubin mendapatkan bagian dari produksi uang palsu.

Misalnya mencetak Rp 3 juta uang palsu, Mubin mendapatkan Rp 2 juta uang palsu.

Mubin dalam kesempatannya menyadari apa yang dilakukannya salah.

Ia takut apabila aktivitas ilegal ini terbongkar.

"Awalnya khawatir, cuma karena faktor kebutuhan. Saya terpaksa ambil," katanya Mubin sambil menahan tangis.

Ia menyebut di awal keterlibatan dirinya diberi uang palsu senilai Rp 1 juta.

Mubin membelanjakan uang tersebut guna memenuhi kebutuhan hidup.

"Total uang palsu Rp 150 juta yang sudah beredar," tandasnya.

Proses Produksi Uang Palsu

(Kiri) Penampakan uang palsu yang diproduksi di UIN Makassar dan (Kanan) Syahruna, seorang tersangka kasus pabrik uang palsu di UIN Makassar membongkar tahapan produksi uang palsu.
(Kiri) Penampakan uang palsu yang diproduksi di UIN Makassar dan (Kanan) Syahruna, seorang tersangka kasus pabrik uang palsu di UIN Makassar membongkar tahapan produksi uang palsu. (Kolase Tribunnews.com)

Syahruna, seorang tersangka kasus pabrik uang palsu di UIN Makassar membongkar tahapan produksi uang palsu.

Syahruna menceritakan, ada 19 tahapan yang harus dilewati agar uang palsu siap untuk diedarkan.

Satu saja tahapan tidak lolos, maka uang palsu akan cacat dan terpaksa dibuang.

"Ada 19 tahapan, kalau ada salah satu tahapan rusak, maka gagal dan dibuang."

"Dari 19 tahapan itu harus lulus semua," urai Syahruna, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (31/12/2024).

Syahruna lantas menguraikan secara garis besar tahapan produksi uang palsu.

Semua dimulai dari tahapan mencetak benang pengaman dan tanda air.

Pembuatan kedua item itu menggunakan mesin sablon.

"Setelah itu cetak UV-nya dan magnetik agar lolos dari mesin (cek uang palsu)," tambahnya.

Syahruna menceritakan, di awal pembuatan uang palsu, ia dan kawan-kawan tidak memproduksi banyak.

Awalnya hanya ada satu rim atau 500 lembar uang palsu.

"Sedikit dulu karena itu butuh proses," katanya.

Syahruna mengaku dari 200 lembar komplotannya mampu memproduksi uang palsu sebanyak Rp 100 juta.

Sedangkan bahan-bahan sebelumnya sudah disimpan digudang.

Lokasinya berada di lantai dua gedung perpustakaan.

Syahruna menjelaskan, semua bahan berasal dari China.

"Pesan di China semua," tambahnya. 

Bagi tugas

Syahruna dalam kasus ini berperan sebagai operator mesin pecetak uang.

Ia dibantu tersangka lain bernama Ibrahim.

"Ibrahim dia koordinator tempat dan situasi," ujar Syahruna.

Syahruna juga mengaku pabrik uang palsu berada di perpustakaan UIN Makassar.

Tepatnya berada di lantai bawah dekat sudut kamar mandi yang sengaja disekat untuk menaruh mesin pencetak uang palsu.

"Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup," timpalnya.

Syahruna menguraikan, produksi uang palsu dimulai dari jam 11.00 menjelang siang hingga 17.00 sore.

Seminggu sebelum terbongkar, pabrik semakin menggenjot produksinya.

Bahkan, Syahruna harus lembur hingga pagi.

Para pencetak uang palsu ini diperintahkan agar bekerja sesuai jam kantor.

Mereka takut ketahuan karena ada sekuriti yang patroli secara rutin.

Ditambah, saat produksi mesin mengeluarkan suara sehingga bisa menimbulkan kecurigaan.

Gunakan mesin cetak khusus

Penampakan mesin cetak uang palsu yang disita dari Gedung Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar.
Penampakan mesin cetak uang palsu yang disita dari Gedung Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar. (Tribun Toraja)

Belakangan terungkap, mesin pencetak uang palsu di UIN Makassar berasal dari China.

Mesin dibeli dengan harga Rp 600 juta.

Syahruna menyebut, mesin memiliki tingkat presisi yang tinggi dibandingkan mesin cetak pada umumnya.

"Tingkat presisi lebih tinggi, lebih akurat. Cuma sayangnya saya belum sempat mahir untuk mempergunakan," sesalnya.

Ada pesanan untuk Pilkada 2024

Syahruna bisa mengoperasikan mesin pencetak uang palsu secara otodidak.

Ia diminta belajar sendiri oleh bosnya, Annar Sampetoding Dalang alias ASS.

Syahruna menyebut tidak ada rencana pabrik ini memproduksi uang asing.

Hanya saja, dirinya sempat mendapatkan orderan uang palsu untuk Pilkada 2024.

"Ada pesanan katanya berapa miliar untuk Pilkada. Saya tidak menanggapi begitu serius," akunya.

Di akhir pengakuannya, Syahruna bersedia bergabung karena dijanjikan mendapatkan bagian uang palsu.

Setiap 10 lembar uang yang diproduksi, dirinya mendapatkan 1 bagian.

"Dijanjikan juga dibelikan tanah dan rumah oleh (tersangka) Ibrahim," tandasnya.

(Endra)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.