TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Faktor komunikasi dengan pemain menjadi salah satu faktor alasan PSSI membuat keputusan untuk mengakhiri kontrak Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia lebih cepat.
Sebelumnya Shin Tae-yong telah memperpanjang kontraknya hingga 2027 dengan target lolos di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Namun pada perkembangan, PSSI mengambil keputusan untuk memecat atau mengakhiri kerja sama itu.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengungkapkan alasannya memecat Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia.
Shin Tae-yong resmi diberhentikan sebagai juru taktik Timnas Indonesia pada Senin (6/1/2025) siang.
Erick Thohir mengisyaratkan bahwa Shin Tae-yong memiliki masalah soal komunikasi di ruang ganti.
Selain itu, ada masalah komunikasi soal strategi yang kurang diterima secara baik oleh para pemain.
"Tentu kami mengucapkan terima kasih kepada kinerja coach Shin Tae-yong selama ini."
"Hubungan saya sangat baik, kami lakukan yang terbaik untuk program-program yang dikehendaki," ujar Erick Thohir seperti dilansir dari BolaSport.com, Selasa (7/1/2025).
"Tapi tentu dinamika Timnas Indonesia ini perlu juga jadi perhatian khusus oleh kami dalam evaluasi."
"Kami melihat perlunya ada pimpinan yang bisa lebih menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain."
"Komunikasi yang lebih baik."
"Dan tentu implementasi program yang lebih baik juga secara menyeluruh untuk Timnas," lanjutnya.
Isu pemecatan Shin Tae-yong bermula dari kegagalan Skuad Garuda di ASEAN Cup 2024.
Saat itu, Indonesia gagal melaju ke babak semifinal.
Isu tersebut makin besar seusai pemberitaan salah satu media asal Italia, Tuttosport.
Media tersebut menyoroti banyak pemain yang tidak cocok dengan strategi Shin Tae-yong yang mengandalkan fisik dan serangan balik.
Secara tersirat, Erick Thohir juga membenarkan hal tersebut.
Untuk itu, dia tidak ingin masalah komunikasi antara pelatih dan pemain terjadi seperti gambaran yang disampaikan media asal Italia itu.
"Dalam membentuk timnas Indonesia, kami tidak bisa melihat pemain naturalisasi atau pemain lokal," ujar Erick Thohir.
"Menurut saya sama saja."
"Tetapi kalau kami lihat sekarang dengan banyaknya pemain yang main di luar negeri, tentu dinamika masing-masing individu jadi perhatian."
"Dan kalau kami lihat nanti salah satunya di 12 Januari 2025 malam rencana ada pertemuan pemain timnas yang main di liga Indonesia untuk bertemu pelatih baru."
"Tetapi perlu dinamika dan komunikasi harus merata."
"Jadi tidak ada pemain yang terjebak di persepsi pemain ini baik, pemain ini kurang."
"Kami harus lihat tim ini sebagai tim yang satu."
"Memang di sepak bola yang penting itu yang terlihat, kekompakan di antara pelatih, pemain, dan PSSI."
"Tapi yang kami sampaikan, kalau coba sebaik-baiknya, paling tidak titik-titik ini bisa dikurangi."
"Seperti komunikasi atau tactical issue seperti yang ditulis media Eropa," ujarnya. (*)