TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di tengah riuhnya pemberitaan tentang program makan bergizi gratis, banyak pihak hanya fokus dalam diskusi seperti urusan anggaran, mekanisme pengadaan, hingga tuduhan politis. Padahal, ada nilai fundamental yang justru luput dari perhatian publik. Program ini tidak hanya berbicara soal pemenuhan gizi semata.
Ada nilai-nilai luhur yang sebenarnya tertanam dan juga perlu diangkat ke permukaan pemberitaan, misal ketika siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi duduk bersama menikmati menu yang sama.
Ketika seorang siswa dari keluarga prasejahtera bisa makan bersama dengan siswa dari keluarga seorang pejabat tanpa ada perbedaan porsi maupun menu, di situlah benih-benih kesetaraan sosial mulai tertanam. Program ini secara tidak langsung ikut andil dalam mengikis kesenjangan dan menciptakan rasa persaudaraan dan kesetaraan sejak dini.
Menumbuhkan Rasa Syukur dan Menghargai Makanan
Melalui program makan bergizi gratis, siswa bisa diajarkan untuk bersyukur dan menghargai makanan yang tersaji. Sebelum makan, mereka bisa dibiasakan untuk berdoa bersama dan mengucap syukur atas rezeki yang diterima.
Mereka juga bisa diajarkan untuk tidak menyisakan makanan dan memahami bahwa setiap butir nasi adalah anugerah yang harus dihargai. Pembiasaan ini penting untuk membentuk karakter yang menghargai proses dan tidak bersikap boros, sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Memupuk Disiplin dan Tanggung Jawab
Jadwal makan bersama yang teratur mengajarkan siswa tentang kedisiplinan waktu. Mereka bisa belajar untuk tidak terlambat dan menghargai waktu makan bersama, serta tidak main handphone saat makan. Setelah selesai makan, bisa dibiasakan untuk membersihkan meja dan mencuci peralatan makan mereka sendiri.
Kegiatan sederhana ini menanamkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Mereka juga belajar untuk antri dengan tertib saat mengambil makanan, yang secara tidak langsung mengajarkan kesabaran dan menghormati hak orang lain.
Melalui kegiatan makan bersama yang terstruktur, siswa Indonesia dibentuk menjadi generasi yang berkarakter kuat, memiliki empati sosial, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.
Inilah investasi jangka panjang yang tidak ternilai harganya, di mana sebuah program kesejahteraan mampu menjadi medium pendidikan karakter yang efektif.
Keberhasilan program ini akan menjadi fondasi kokoh dalam membangun generasi emas Indonesia yang tidak hanya sehat secara jasmani, tetapi juga memiliki kepribadian yang unggul.
***
*) Oleh : Shobirin, S.Pd.I, M.Pd, Dosen UNZAH Genggong Probolinggo dan Awardee BIB-LPDP Program Doktoral di UIN Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.