Serba-serbi Gunung Padang: Riset Dilanjutkan, Benarkah Ada Piramida Tertua?
kumparanNEWS January 10, 2025 10:00 AM
Kementerian Kebudayaan akan melanjutkan riset serta kajian Situs Gunung Padang di Cianjur yang sebelumnya sempat terhenti pada 2014. Penyebabnya adanya perbedaan pandangan antara para arkeolog.
"Ya, Gunung Padang juga kita akan meneruskan riset dan kajiannya karena itu sempat lama terhenti. Ada pandangan yang berbeda-beda dari kalangan arkeolog," kata Menbud Fadli Zon usai melantik pejabat baru Kemenbud, di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).
Rencananya, Fadli bakal mengundang sejumlah arkeolog dengan latar belakang mazhab berbeda untuk menemukan solusi terbaik.
"Dan, saya kira itu hal yang biasa. Malah perlu kita pertemukan dalam sebuah diskusi, kelompok-kelompok, yang ada mazhab-mazhab yang ada di dalam arkeologi kita," kata Fadli.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dalam dalam sidang ke-19 the Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay yang hadir secara virtual pada Kamis (5/12). Foto: Dok. Istimewa
"Nah ini perlu kita kumpulkan biar perilmuan ini berdebat dan nanti kita cari yang terbaik, apa yang harus kita lakukan," ungkapnya.
Fadli mengatakan saat ini masih banyak cagar budaya yang belum terdata. Sehingga perlu adanya inventarisasi terhadap koleksi-koleksi tersebut.
"Selain itu, juga cagar-cagar budaya yang luar biasa dan masih banyak yang belum sebenarnya didata. Kita akan melakukan inventarisasi terhadap koleksi-koleksi museum," ujar Politikus Gerindra tersebut.
Lebih jauh, kata Fadli, pihaknya juga akan melakukan penilaian untuk mengetahui jumlah kekayaan kebudayaan Indonesia.
Arkeolog UI soal Riset Gunung Padang Lanjut: Dulu Ketemu Lapisan Tua 5.900 SM
Penampakan Situs Gunung Padang, Cianjur, Kamis (9/1/12025). Foto: kumparan
Arkeologi Universitas Indonesia, Dr. Ali Akbar, menyambut gembira rencana tersebut.
Penelitian yang sempat dimulai 2012 itu sempat terhenti pada 2014. Alasannya kurang dana dan pergantian pemerintahan.
“Jadi, yang pertama tentu saja saya menyambut gembira ya. Sangat memberi apresiasi pada pemerintah karena punya rencana ya untuk melanjutkan riset,” kata Ali kepada kumparan, Kamis (9/1).
“Nah, kita berhenti hari itu, lebih karena ini butuh, apa namanya, peralatan yang lebih memadai. Tapi ya, mungkin kan pemerintah waktu itu berganti ya. Jadi ya punya prioritas lain kali lah gitu ya,” tambah dia.
Ali menuturkan penelitian pada tahun 2014 sudah sampai pada tahap ekskavasi (penggalian) hingga ke dalaman 11 meter.
Saat melakukan penggalian pada kedalaman 4 meter tersebut, kata Ali, ditemukan lapisan tua yang usianya sekitar 5.900 sebelum masehi.
“Kita sudah ekskavasi sampai ke 2 meter ya, sampai 4 meter gitu ya, yang ketemu lapisan tua itu ya, yang 5.900 (sebelum) masehi,” tutur dia.
Dia berharap dengan adanya riset kembali, Situs Gunung Padang dapat dilakukan pemugaran. Yang kemudian dilanjutkan dengan rekonstruksi ulang.
“Harapan saya penelitian di situs Gunung Padang diharapkan dilanjutkan nantinya ya, dengan pemugaran. Jadi setelah kita buka, kita ekskavasi situs ini, kelihatan bentuknya seperti apa. Lalu direkonstruksi ulang ya, diperkuat konstruksinya. Dan dia siap dikunjungi oleh banyak orang, “ ungkapnya.
Arkeolog UI Sebut di Balik Gunung Padang Ada Piramida Lebih Tua dari Mesir
Suasana Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Kamis (9/1/2025). Foto: Dok. kumparan
Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Dr. Ali Akbar menyebut di Gunung Padang ada Piramida yang lebih tua dari Piramida di Mesir.
Ali menerangkan keberadaan situs yang lebih tua dari Piramida di Mesir diketahui dari riset penggalian bukit di Gunung Padang. Menurutnya bebatuan yang berada di permukaan Gunung Padang memang diperkirakan berasal dari 500 sebelum masehi (SM) yang artinya lebih muda dari usia Piramida di Mesir, tapi setelah dilakukan riset lebih dalam ternyata terdapat yang usianya lebih tua di Gunung Padang dan di dalam permukaan tanah.
"Riset di samping bukit-bukit itu kita perdalam ke dalam tanah ke dalam 2 meter. Nah di kedalaman 4 meter itu ketemu lapisan budaya yang lebih tua yang usianya 5.900 SM. Nah, itu yang lebih tua dari Piramida Mesir bahkan dari Ziggurat di Mesopotamia bangunan tertua di Mesopotamia di sekitar Irak sekarang seperti itu," tutur Ali kepada kumparan, Kamis (9/1).
Meski begitu ada perbedaan antara Piramida Mesir dengan yang ada di Gunung Padang. Di Gunung Padang, kata Ali, di Mesir batu yang membentuk piramida disusun di atas tanah datar, tapi di Gunung Padang batu itu disusun mengelilingi bukit yang sudah ada.
Kisah Mata Air Kahuripan di Situs Megalitikum Gunung Padang
Mata Air Kahuripan di Gunung Padang. Foto: Dok. kumparan
Situs megalitikum Gunung Padang di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tidak hanya menyajikan punden berundak. Ada juga Mata Air Kahuripan.
Mata Air Kahuripan yang berada tepat di sebelah kiri tangga utama menuju puncak Gunung Padang itu dipercaya oleh sebagian masyarakat memiliki khasiat.
Sebagian masyarakat yang berkunjung ke situs megalitikum itu, biasanya akan melakukan ritual di sana sebelum memutuskan naik ke puncak.
"Sebagian masyarakat atau pengunjung ada yang mempercayai jika mata air ini dapat memberikan khasiat atau manfaat, seperti untuk pengasihan atau enteng jodoh, sukses karir, media pengobatan dan keselamatan," kata Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Bandung, Deni Aritonang, saat ditemui Kumparan di lokasi, Kamis (9/1).
Deni mengungkapkan, Mata Air Kahuripan kali pertama berbarengan dengan keberadaan situs prasejarah itu tidak pernah mengalami kekeringan. Meskipun dalam keadaan musim kemarau.
Gunung Padang akan Dibenahi: Tarik Minat Pelaku Spiritual dan Wisatawan
Museum di Gunung Padang. Foto: Dok. kumparan
Museum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terbengkalai. Pengelola janji akan melakukan pembenahan untuk menarik wisatawan.
Museum itu berjarak sekitar 500 meter dari lokasi situs Gunung Padang. Bangunan berdiri tegap dengan balutan cat berwarna putih dilengkapi area taman berkonsep tropis.
Pengelola berjanji akan membangun sejumlah sarana, seperti miniatur tiga dimensi atau diorama, cerita atau sejarah situs Gunung Padang.
"Rencananya untuk meningkatkan tingkat kunjungan. Serta untuk memilah wisatawan yang sekadar berekreasi dengan pengunjung yang datang dengan maksud spiritual," kata Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Bandung, Deni Aritonang, saat dijumpai Kamis (9/1).
Dengan begitu, menurutnya pengunjung yang berniat datang untuk keperluan spiritual, seperti meditasi dan beribadah tidak terganggu.
"Memang masih dalam proses pembangunan, sehingga belum termanfaatkan. Bukan terbengkalai, nantinya pengunjung yang datang ke lokasi situs terpilah," katanya.
Fadli Zon: Gunung Padang Berpotensi Jadi Sejarah Peradaban Tertua di Dunia
Fadli Zon menyebut Gunung Padang berpotensi menjadi bukti peradaban tertua di dunia. Dalam wawancara di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (9/1), Fadli menyatakan keyakinannya bahwa situs ini memiliki nilai sejarah yang sangat besar.
“Dan menurut saya akan menjadi bagian dari sejarah peradaban yang penting dan tertua. Tapi setua apa, kita lihat nanti ya para ahli,” ujar Fadli.
Ia juga meyakini bahwa situs Gunung Pandang merupakan buatan manusia, bukan tercipta karena faktor alam.
“Ya menurut saya itu jelas man-made,” tegasnya.
Fadli menekankan pentingnya diskusi terbuka antara para ahli untuk menggali kebenaran.
“Ahli-ahli yang pro dan kontra, atau yang pendapat berbeda-beda, perlu dikumpulkan,” katanya. Langkah ini bertujuan untuk memulai penelitian baru yang lebih komprehensif.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.