Di Ciangsana, Kabupaten Bogor ada tempat makan konsep kampung dan 'ndeso' yang tengah viral. Latarnya pohon bambu asri dengan suguhan menu Jawa-Sunda prasmanan yang sedap.
Tempat makan 'ndeso' banyak berdiri di pinggiran Jakarta, termasuk di kawasan Ciangsana yang masuk Kabupaten Bogor. Meski begitu, tempat ini juga berada di dekat Cibubur. Lokasinya mudah dijangkau dari Tol Cimanggis-Cibitung.
Namanya Tanabambu yang menghadirkan konsep perkampungan zaman dulu (jadul) dengan latar pepohonan bambu yang asri dan rindang. Pohon bambunya bukan baru ditanam atau dihadirkan, melainkan memang sudah ada sebelum tempat makan ini didirikan.
Kesan 'ndeso' pun langsung terasa begitu memasuki Tanabambu. Bangunannya dihiasi pagar-pagar bambu yang digantungi padi-padi kering.
Begitu masuk, juga langsung terlihat area luas yang dipenuhi beberapa rumah joglo tua. Tiap joglo ini difungsikan jadi ruang bersantap dan area menyajikan makanan.
Tanabambu didirikan pada 14 Desember 2024 dan baru akan grand opening akhir Januari 2025. Meski baru, tempat makan ini terbilang sudah viral di media sosial berkat konsep perkampungan yang ditawarkan.
Tanabambu betul-betul berdiri di atas lahan pepohonan bambu. Luasnya mencapai 4.000 meter persegi. Kemudian pemiliknya mengisi dengan rumah-rumah joglo yang didatangkan dari Sragen, Jawa Tengah.
Area bersantapnya berupa kursi kayu dan bale bambu yang menguatkan kesan 'ndeso'. Ditambah lagi para pegawai memakai baju dan kain tradisional Jawa.
Kepada detikfood (8/1/2025), Aniss selaku Operational Manager Tanabambu mengatakan berdirinya Tanabambu dilatari asal-usul sang pemilik. Ia berasal dari daerah pegunungan Sindoro, Gunung Sumbing di Wonosobo.
"Jadi memang temanya itu kayak kembali ke desa. Jadi untuk membangkitkan memori masa lalunya pemilik kami bahwa waktu kecilnya, daerahnya itu dekat dengan alam, masih dekat dengan sesama manusia," ujar Aniss.
Mengenai menunya, Tanabambu hadirkan menu tradisional khas Sunda dan Jawa. Total keseluruhan ada 50-60 menu. Aniss menyebut pemilihan menu Sunda lantaran pemiliknya juga besar di Jawa Barat.
"Jadi menu-menunya itu adalah dari keluarga yang memang jadi favorit," kata Aniss. Semuanya dimasak fresh di dapur yang diberi nama Pawon Bu War, kemudian disajikan di Parasmanan Bude Suprap yang lokasinya berdekatan.
Sistem bersantap di sini prasmanan. Jadi pengunjung bisa ambil piring kaleng sendiri, taruh nasi sesuai porsi, hingga pilih dan ambil lauk sendiri.
Lauk ditempatkan di baskom-baskom lurik yang disusun di area tengah. Ada juga yang masih ditaruh di atas wajan yang dimasak pakai tungku kayu bakar.
Harga menunya terjangkau, mulai dari Rp 7 ribu per porsi sampai yang termahal Rp 40 ribu. Menu ini terdiri dari olahan sayuran, ayam, telur, ikan asin, sampai entok.
Uniknya, Tanabambu juga punya pelengkap sambal selain sambal bawang dan terasi yang populer . "Kita ada pencok kacang panjang, pencok leunca, sama renceuh tomat. Itu bukan sambal yang cabai saja, tapi ada isiannya. Pakai nasi hangat saja sudah enak," tutur Aniss.
Baca halaman selanjutnya untuk tahu menu andalan di Tanabambu.
detikfood mencicipi gule entok yang jadi andalan. Entok sering kali disamakan dengan bebek, tapi sebenarnya agak berbeda. Entok tubuhnya lebih besar dan paruhnya memanjang.
Entok dimasak bumbu gule, dengan paduan santan dan rempah yang menghasilkan warna oranye kemerahan. Potongan entoknya besar-besar, terdiri dari bagian paha, dada, sayap, dan potongan lain.
Slurpp! Kuah gule entok terasa gurih berempah dengan paduan santan yang tak terlalu pekat. Sensasi menyantapnya jadi ringan dan tak bikin 'eneg', meski diseruput beberapa kali.
Gule entok diracik dari paduan banyak rempah dan bumbu, mulai dari kunyit, kemiri, jahe, bawang, dan cabai. Paduan antar rempah ini terasa pas hingga tak menghasilkan jejak rasa sebuah rempah yang terlalu dominan.
Ada juga lodeh terong yang jadi andalan Tanabambu. Lodehnya memakai santan cair dengan isian hanya potongan terong ungu saja.
Terong dimasak bersama kuah lodeh sampai teksturnya empuk dan lembut. Cita rasanya gurih tak terlalu pekat di mulut.
Kunci kelezatan 2 masakan ini ada pada santan yang berasal dari kelapa perahan sendiri. Tanabambu tidak menggunakan santan instan.
Tanabambu menyediakan banyak pilihan menu pelengkap. Jangan sampai melewatkan semur jengkolnya yang empuk, pulen, dan rasanya manis berempah.
Bumbu semurnya cokelat pekat khas semur Betawi. Tercium aroma jengkol yang amat kuat dari sajian ini, tapi setelah dimakan rupanya jengkol tidak meninggalkan aftertaste tidak enak di mulut.
Ada juga telur dadar crispy yang digoreng dadakan di sini. Digoreng dengan minyak panas sehingga telur mengembang dan kering. Telur hanya diberi bumbu minimalis lada, garam, dan sedikit daun bawang.
Pelengkap lainnya yang tak kalah nikmat adalah pepes jamur atau tahu, ikan asin kapas balado, sampai cumi asin cabai hijau yang pedas segar.
Puas santap makanan utama, kamu bisa jajan gorengan di Tanabambu. Gorengan ini dibuat fresh di joglo yang diberi nama Warung Mas Yadi.
Ada pisang kepok, nangka, tempe, tahu, hingga tape. Harganya Rp 3 ribu per buah. Jika ingin yang benar-benar panas, kamu bisa minta pegawai menggoreng yang baru.
Sebagai minumannya, ada Es Cendol Original (Rp 15 ribu) dan Es Cendol Durian (Rp 25 ribu). Es cendol di sini homemade dibuat oleh pegawai yang diajarkan langsung oleh pembuat cendol asal Banjarnegara.
Kuah santan dan gulanya terasa manis ringan. Disusul buliran cendol yang teksturnya empuk, tapi tak terlalu kenyal. Ukurannya kecil-kecil sehingga enak juga diseruput langsung.
Tanabambu buka setiap hari dari pukul 9 pagi hingga 8 malam. Areanya yang luas dan konsepnya yang unik membuat tempat ini cocok disambangi bersama rombongan keluarga maupun teman.
Ingin tempat makan dan produk Anda direview oleh Detikfood? Kirim email ke foodreview@detik.com