Bentuk Satgas Hilirisasi, Prabowo Diminta Bikin Perencanaan Jelas Komoditas RI
kumparanBISNIS January 12, 2025 03:43 AM
Presiden Prabowo Subianto resmi membentuk satuan tugas (satgas) Hilirisasi dan Ketahanan. Pembentukan satgas ini disebut tidak akan memberi dampak yang efektif dan signifikan jika tidak memiliki cetak biru pengembangan hilirisasi komoditas.
Menurut ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, perencanaan merupakan hal yang penting dan harus disusun secara komprehensif.
“Berkaca dari hilirisasi nikel untuk Electric Vehicle (EV) misal nya, pengembangan EV saja itu tidak ada dalam rencana jangka menengah pemerintah. Tapi ujug-ujug mau pengembangan EV,” jelas Eliza kepada kumparan, Sabtu (11/1).
Selain perencanaan yang jelas, tak luput Eliza juga menilai satgas tersebut perlu membangun sinkronisasi yang solid antar kementerian dan lembaga.
“Jadi memang dari sisi perencanaannya dulu harus dibenahi, disusun sekomprehensif mungkin blue print pengembangan hilirisasi dan yang paling penting adalah terbangungnya koordinasi dan sinkronisasi yang solid antar KL,” lanjutnya.
Diketahui, satgas tersebut kan mengurus hilirisasi di bidang mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, pertanian, kehutanan, serta kelautan dan perikanan untuk negeri.
Sementara untuk ketahanan energi, satgas tersebut akan memastikan ketahanan minyak dan gas bumi, batubara, ketenagalistrikan, serta pengembangan energi baru dan terbarukan dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan hilirisasi dan ketahanan energi nasional termasuk infrastruktur ketenagalistrikan, serta fasilitas penyimpanan, pipanisasi, dan jaringan minyak dan gas bumi.
Untuk hilirisasi di bidang agrikultur, Eliza melihat satgas ini dapat memastikan keberlanjutan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi kualifikasi. Selain itu, alur distribusi yang panjang juga diharap dapat lebih efisien. Ia juga meminta pemerintah dapat melirik komoditas agrikultur lain yang memiliki potensi besar.
“Dengan adanya hilirisasi ini bisa membantu menstabilkan harga pangan, substitusi impor dan penciptaan lapangan kerja baru di daerah. Jangan sampai karena pemerintah sudah menetapkan 36 komoditas (agrikultur) , sehingga komoditas potensial lain di daerah tidak dilirik,” tutur Eliza.
Sementara untuk hilirisasi di bidang mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, pengamat energi Bisman Bakhtiar menilai dengan adanya satgas tersebut, hilirisasi ke depan seharusnya tidak hanya sebatas pada kegiatan pengolahan dan pemurnian.
“Harusnya bisa sampai mengembangkan industri turunan dan membangun ekosistem industri, ini yang sangat penting karena diharapkan akan mampu menciptakan multiplier effect yang sangat besar. Selain itu tantangan bagaimana mampu menarik investor agar mau investasi,” terang Bisman.
Sedangkan untuk ketahanan energi yang turut menjadi tugas dari satgas ini, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menilai tantangan awal yang akan ditemui satgas tersebut adalah soal menaikkan lifting minyak yang selama ini turun. Maka dari itu Ia menyarankan agar satgas dapat berfokus pada energi baru terbarukan (EBT).
“Nah tetapi, dari data yang ada, sepertinya sangat sulit gitu ya (menaikkan lifting) karena memang cadangannya sudah semakin menurun gitu ya. Karena itu, satgas tadi bisa fokus pada pengembangan energi baru terbarukan untuk mencapai ketahanan energi,” terangnya.