Lihainya Sertu Hendri, Pecatan TNI AD, Dikepung 7 Anggota Subdenpom dan Brimob, Bisa Lolos setelah Sandera dan Tembak 1 Orang Personel.
TRIBUN-MEDAN.COM - Nasib pilu Serma Rendi, anggota TNI yang disandera dan ditembak oleh Sertu Hendri, desersi atau pecatan TNI AD yang kini menjadi DPO.
Serma Rendi bertugas sebagai anggota Subdenpom Persiapan Belitung.
Ia mengalami luka tembak yang bersarang di pinggang sebelah kiri.
Serma Rendi saat ini masih dalam perawatan di di RSUD Marsidi Judono, Belitung dan dioperasi pada Selasa (14/1/2024) siang kemarin.
Komandan Subdenpom Persiapan Belitung Letda Cpm M Jaka Budi Utama mengatakan, kondisi Serma Rendi dalam keadaan stabil, meskipun terkena luka tembak di punggung.
"Peluru belum diangkat karena pertimbangan medis. Alhamdulillah saat ini kondisinya baik dan memang akan dioperasi," ujar Letda Cpm M Jaka Budi Utama.
Penembakan berawal saat korban bersama enam petugas dari Subdenpom TNI hendak menangkap Hendri, Minggu malam.
Ketika itu, petugas menerima laporan dari istri pelaku terkait ancaman dan kekerasan.
Petugas yang bergerak ke lokasi mengetahui bahwa pelaku berada di dalam rumah.
Namun, lampu rumah tiba-tiba dimatikan.
Saat itu di rumah kontrakan istri sirinya, Sertu Hendri menenteng pistol sehingga membuat anggota Subdempon harus menjaga jarak.
Namun dalam satu kesempatan, Sertu Hendri justru menyandera Serma Rendi yang saat itu tak memiliki senjata.
Pelaku memanfaatkan situasi itu untuk kabur dengan memaksa Serma Rendi mengemudikan kendaraan.
"Di perjalanan, saat pelaku sedang menelepon, korban yang disuruh menjadi sopir sempat lari, kemudian ditembak dari belakang," kata Komandan Subdenpom Persiapan Belitung Letda Cpm M Jaka Budi Utama, Senin (13/1/2025) malam, dikutip dari Kompas.com.
Setelah penembakan terjadi, Hendri kabur dan bersembunyi di rumah mertuanya di Kelurahan Parit, Tanjungpandan sejak Senin (14/1/2025).
Dalam pelarian itu, Serma Rendi mengalami luka tembak di punggung kiri.
Sekitar pukul 01.30 WIB, pengurus sebuah pesantren mengantar Serma Rendi ke rumah sakit.
Drama Penangkapan Sertu Heri di Belitung
Malam yang mencekam di Jalan Kamboja, Kecamatan Tanjungpandan, Belitung, pecah oleh ketegangan antara aparat Subdenpom Persiapan Belitung dan Sertu Hendri, seorang disertir TNI AD yang menjadi buronan sejak 2024.
Insiden ini memuncak pada penyanderaan Serma Rendi, seorang anggota Subdenpom, yang berakhir dengan luka tembak di punggung kiri.
Kejadian itu bermula dari laporan istri siri Sertu Hendri, Minggu (12/1/2025) malam.
"Yang bersangkutan ini diduga menganiaya dan meneror istri sirinya.
Setelah dicek, ternyata dia adalah disertir dan DPO," ujar Komandan Subdenpom Persiapan Belitung, Letda Cpm M Jaka Budi Utama.
Berbekal laporan tersebut, Letda Jaka memimpin tujuh personel ke kontrakan Sertu Hendri sekitar pukul 00.32 WIB, Senin (13/1/2025).
Sebelum bergerak, Letda Jaka memberikan pengarahan kepada tim, mengingat informasi bahwa pelaku membawa senjata api.
Ketika tiba di lokasi, suasana segera memanas. Rombongan mengetuk pintu kontrakan dan meminta Sertu Hendri keluar.
Bukannya menyerah, pelaku mematikan lampu rumah dan muncul dengan menodongkan pistol ke arah aparat.
"Dia menodongkan senjata kepada saya dan Pratu Aditya. Kami harus berlindung di balik mobil," ungkap Letda Jaka.
Pantauan posbelitung.co, saat pengepungan itu, beberapa kali suara tembakan terdengar memecah keheningan, menambah kepanikan di tengah warga sekitar.
“Tembakan itu terdengar sejak pagi,” ujar seorang warga yang menyaksikan peristiwa dari kejauhan.
Penyergapan ini berlangsung di bawah pengamanan ketat.
Aparat meminta warga sekitar untuk menjauh demi keselamatan mereka.
Tembakan peringatan sempat dilepaskan, namun tidak menggoyahkan tekad Sertu Hendri.
Justru, dalam situasi genting itu, pelaku berbalik mengejar Serma Rendi yang tidak bersenjata.
Sertu Hendri menjadikan Serma Rendi sebagai tameng manusia.
Dengan pistol di tangan, ia memaksa anggota Subdenpom untuk mundur.
"Karena alasan keselamatan anggota, saya memutuskan untuk menarik mundur tim," jelas Letda Jaka.
Penutupan jalan dan kehadiran aparat bersenjata menambah suasana dramatis di kawasan tersebut.
Pengepungan ini diharapkan menjadi akhir dari pelarian panjang Sertu Hendri.
Namun, pengepungan ini malah menjadikannya menyandera seorang personel.
Brimob ikut turun tangan
Subdenpom Persiapan Belitung bersama Batalyon B Pelopor Satbrimob Polda Kepulauan Bangka Belitung mengepung sebuah rumah.
Di dalamnya, Sertu Hendri, mantan prajurit TNI AD yang kini menjadi buronan, diyakini bersembunyi.
Keberadaan Hendri di Belitung bukanlah sebuah kebetulan.
Jejaknya terungkap berkat laporan istri sirinya, yang mengaku kerap diancam oleh Hendri.
Rasa takut mendorongnya melapor kepada aparat keamanan, membuka jalan bagi tim Subdenpom untuk melacak lokasi Hendri yang ternyata telah tiga minggu berada di Belitung.
Menurut Komandan Subdenpom Persiapan Belitung, Letda Cpm M Jaka Budi Utama, istri siri Hendri merasa terancam karena sering mendapat ancaman dari mantan prajurit itu.
“Istri sirinya takut karena sering diancam. Bahkan, Hendri sempat mencarinya ke rumah orang tuanya,” ujar Jaka.
Laporan ini menjadi titik awal perburuan Hendri di Belitung.
DPO Kasus Perampokan dan Penipuan di Palembang
Sertu Hendri, yang sebelumnya masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) karena pelanggaran berat, diduga melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
Vonis Mahkamah Militer menjatuhkan hukuman satu tahun penjara dan pemecatan dari dinas militer.
Namun, Hendri memilih melarikan diri, meninggalkan masa lalunya sebagai prajurit dan menjadi buronan yang berpindah-pindah lokasi.
Jejak Hendri pertama kali tercium di Desa Air Seruk, Kecamatan Sijuk, ketika ia meninggalkan mobil Toyota Fortuner bernomor polisi AD 1092 GM di halaman rumah seorang nenek bernama Nor.
Kepala Desa Air Seruk, Prasetya Yoga, mengonfirmasi kejadian itu.
“Beliau warga kami, dan katanya Hendri hanya menitipkan kunci mobil di sana,” kata Yoga.
Namun, kehadiran Hendri di Belitung bukan sekadar urusan mobil yang ditinggalkan.
Penelusuran tim Subdenpom mengungkap bahwa ia terus mencari istri sirinya selama berada di daerah itu.
Ketika aparat keamanan mencoba menangkapnya, Hendri justru melawan, memicu insiden penembakan terhadap anggota Subdenpom, Serma Rendi, pada Senin (13/1/2025).
“Informasinya, sejak semalam hingga pagi ini tim masih mencoba membujuk Hendri agar menyerahkan diri secara baik-baik,” ujar seorang warga yang turut menyaksikan pengepungan di Jalan Anwar Aid.
Sebelum menjadi buronan, Hendri sempat berdinas sebagai Babinsa di Desa Aik Pelempang Jaya, Belitung, sebelum dipindahkan ke Korem 042/Gapu, Jambi.
Selama bertugas, ia juga diduga terlibat dalam kasus penipuan jual beli tanah di Belitung.
Pelanggaran demi pelanggaran akhirnya membawanya pada keputusan nekat untuk melarikan diri.
“Penyebab dia disersi itu karena kasus perampokan. TKP-nya di Palembang. Ia dijatuhi hukuman oleh Mahkamah Militer, tetapi malah kabur,” jelas Jaka.
Warga setempat, yang menyaksikan langsung drama penangkapan ini, berharap Hendri segera menyerahkan diri tanpa perlawanan lebih lanjut.
“Mudah-mudahan saja cepat ditangkap,” ujar Kepala Desa Air Seruk, Prasetya Yoga.
Sementara itu, suasana di lokasi pengepungan tetap tegang. Personel gabungan terus berjaga, sementara warga dan awak media mengamati setiap pergerakan.
Semua mata tertuju pada akhir kisah pelarian Sertu Hendri, yang berawal dari ancaman terhadap istri sirinya hingga menjadi buronan yang paling dicari di Belitung.
(*/tribun-medan.com)